best friend

4.7K 715 23
                                    

Sebetulnya kehidupan ku sangat tidak menarik. Aku tinggal sendiri dan berjuang memenuhi kebutuhan hidup ku sendirian kalau kalian ingin tahu.

Sesungguhnya bagiku, hidup sendirian itu menyenangkan. Aku bebas melakukan ini itu sendirian. Namun pastinya, aku mengalami kesusahan yang tak berkesudahan.

Omong-omong, namaku Kim Anna. Sebagian besar para pembaca pasti akan mengira atau menebak bahwa aku ini blasteran.

Bisa dibilang begitu.

Ayah dan ibuku bukan asli orang Korea.

Ayahku, Johannes Kim memiliki darah Korea dan Amerika. Sedangkan, Cassandra Jensen berasal dari Eropa.

Jangan bayangkan bahwa aku ini anak yang populer dan memiliki paras bak dewi seperti tokoh-tokoh dalam novel yang aku baca.

Aku, orang biasa.

Baiklah cukup. Hari ini aku harus pergi ke toko bunga untuk,

membayar hutang

Aku mendengus malas saat mengingat bahwa aku memiliki banyak hutang pada banyak orang. Setelah menyisir rambut dan mengikatnya, aku segera keluar dari rumah. Tujuanku adalah halte.

Pagi-pagi begini entah kenapa aku menginginkan es krim. Tapi saat aku melihat jam di ponsel, ternyata aku hampir telat.

Oh sial. Padahal ini baru jam sembilan.

Selama di perjalanan, aku hanya diam seraya membuang muka keluar jendela. Suasana bus lumayan sepi, ini benar-benar diluar kebiasaan.

Menghabiskan waktu sekitar lima belas menit, aku turun di depan sebuah toko bertuliskan Haechan's Flowers di atas atapnya.




"Donghyuk!" teriakku saat memasuki toko tersebut.

Ini yang paling aku suka! Pemandangan berbagai macam bunga ditata dengan rapi dalam box besar. Serta buket bunga yang di taruh di dalam rak kayu. Aromanya yang sopan di hidung membuatku ingin terus menerus menghirupnya.

"Dasar bocah! Aku lebih tua darimu! Mana sopan santun mu, huh?"

Aku memutar bola mata malas saat gerutuan sang pemilik toko terdengar dari lantai dua.

Haechan menuruni tangga dengan secangkir kopi—entah teh ditangannya.

"Kenapa baru datang kemari? Kau tidak merindukan kakakmu ini?" Haechan bertanya dengan nada kesal.

Aku mengendikan bahu lalu duduk di kursi kayu disusul Haechan yang duduk di depanku.

"Aku sakit," jawab ku berbohong.

Karena pada kenyataannya selama seminggu ini aku pusing dan mati-matian menyingkirkan trauma atas kejadian malam itu. Sampai-sampai aku tidak masuk sekolah bahkan enggan keluar dari rumah.

Bertemu manusia pun rasanya sangat takut.

Ini menyebalkan!

Aku dilecehkan!



"Hey! Anna ada apa?"

Bahuku di guncang kecil oleh Haechan. Aku menatapnya, dan baru sadar bahwa pipiku basah.

"Kenapa kau menangis?"

Oh! Aku terkesiap. Mengusap kasar pipiku yang basah.

"Tidak," elakku, "langsung saja ke intinya, aku ingin membayar hutang."

Raut wajah Haechan nampak bersinar. Pemuda yang tiga tahun lebih tua dariku itu menyandarkan punggungnya pada punggung kursi. Aku tahu dia memang mata duitan. Uang yang dia pinjamkan padaku saja memakai bunga.

roommate ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang