Napas ku tercekat di tenggorokan. Memperhatikan Sunoo yang lagi-lagi membuatku baru sadar bahwa dia memang mirip dengan anak kecil yang ada di foto ruangan papa ku.
Demi kerang ajaib! Apa maksudnya ini dewa Neptunus?!
Aku menyimpan foto tersebut. Sial. Tanganku tremor. Aku berdeham, mencoba untuk bersikap tenang. Aku menghampiri Sunoo, berdiri di hadapannya.
"Kenapa, kau membenci nama itu?"
Baiklah. Ini sangat natural. Aku harus memastikan bahwa dia bukan orang yang dimaksud oleh Cassandra.
Sunoo menengadah, menatapku lalu tersenyum miris.
"Yakin kau ingin mendengarnya?"
Aku mengangguk mantap. Sunoo menarik lenganku, lantas dia mendudukkan ku di pahanya. Sial! Tidak ada waktu untuk terbawa perasaan! Aku sungguh penasaran dan takut!
"Sebenarnya aku tidak suka mengingat masa lalu." Dia menatapku dengan tatapan sulit diartikan. Aku menahan napas saat dia menarik belakang leherku, memberikan rasa yang pernah kami lakukan beberapa waktu lalu.
"Ini untukmu. Aku akan memberitahukan segalanya."
Aku mengangguk. Wajah ku benar-benar panas, aku yakin saat ini pipi ku merona. Tapi masa bodoh! Aku kelewat penasaran.
"Kim Dongsan. Dia anak yang selalu diacuhkan oleh ayahnya. Bahkan sang ayah tega membunuh istrinya sendiri dan meninggalkan anaknya sendirian. Terpuruk dalam kesusahan, beraroma bak air got jalanan, berakhir dia hidup dalam kegelapan." Sunoo menarik napas dalam-dalam. Dia berbicara panjang lebar tapi kalimatnya terucap dengan rapi.
"Aku memiliki dendam terdalam pada mereka yang membuatku seperti ini. Terutama ayahku yang sudah mati. Pria brengsek itu bahkan tega mengambil ginjal ku dengan tangannya sendiri demi anak dari istri yang lain."
Sunoo tersenyum remeh. Diam-diam aku meremat ujung baju. Apa yang Sunoo ceritakan, kenapa mirip dengan latar belakang Kim Dongsan yang dimaksud oleh Cassandra?
Tapi ada beberapa perbedaan; Cassandra tidak pernah bilang bahwa papa membunuh istri keduanya.
Tidak mungkin papa melakukan itu. Dari sini sudah jelas kan? Bahwa Sunoo bukan Dongsan yang aku cari? Benarkan?
"Kenapa wajah mu pucat sekali?"
Aku mengerjap. Menangkup wajah ku lalu menggeleng seraya menyengir kaku.
Sunoo tersenyum kecil. Dia mengusap rambut ku beberapa kali.
"Aku sedang mencari anak dari ayahku. Anak yang selama ini hidup dengan ginjal ku di tubuhnya."
Aku mematung. Otakku benar-benar blank. Banyak sekali hal yang aku pikirkan, hingga hal-hal itu berserakan kesana-kemari dan aku bingung harus memeriksa yang mana terlebih dahulu.
"Jangan memikirkan yang tidak perlu dipikirkan. Kita lihat saja nanti, kau akan tau segalanya."
Bisikan itu seolah menyadarkan ku dari lamunan, seolah menarik ku dari lubang hitam.
Aku mengerjap, menarik napas dalam-dalam.
Oh? Bahkan aku tidak sadar Sunoo menidurkan ku di sampingnya. Cowok itu menyimpan kepalanya di leherku, lantas tangannya memelukku dengan erat.
Sialan! Sialan!
Bahkan tubuhku tidak menolak dan malah memeluk kepalanya.
Baiklah. Ini agak aneh dan mengerikan. Tapi aku tidak terima jika Kim Sunoo adalah Kim Dongsan yang aku cari.
Aku benar-benar tidak menerima itu! Saat ini belum ada bukti yang kuat, dan masa lalu sunoo bisa saja hanya kebetulan kan?
Ya, aku harap hanya kebetulan.
•••
"Dia bilang, nama aslinya adalah Kim Dongsan,"
"Apa kau tidak curiga bahwa dia orang yang kau cari?"
Aku menghela napas. Berhenti mondar-mandir seperti setrika, memilih untuk duduk di kursi kayu, menghadap Haechan.
"Tidak. Aku tidak curiga karena latar belakang Sunoo memiliki perbedaan dengan latar belakang Kim Dongsan," elakku.
Kening Haechan berkerut, dia mengusap-usap dagunya. Sepertinya dia sedang berpikir.
Oh? Kalian tidak perlu heran kenapa aku menceritakan hal ini pada Haechan. Bisa diibaratkan Haechan itu seperti buku diary bagiku. Segalanya aku curahkan pada Haechan. Aku sungguh mempercayai dirinya.
"Tapi, bagaimana bisa tanggal lahir mereka sama?" Haechan benar-benar sangat heran sepertinya.
Aku diam. Mengingat kembali tanggal lahir mereka yang memang sama.
"Aku tidak percaya ini hanya kebetulan," sanggah Haechan.
Aku menghela napas lagi. Bahuku merosot lesu. Sungguh tidak terima dan merasa putus asa.
"Aku tidak akan percaya sebelum aku menemukan bukti yang benar-benar kuat," ujar ku kukuh.
Haechan mendesah frustasi. Dia menyeruput jus jeruknya.
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan untuk mencari bukti itu, huh?"
Bahuku semakin merosot, aku menggeleng pelan seraya memainkan jari-jari tangan.
Suasana hening diantara kami cukup lama. Hingga Haechan kembali bersuara dan memberikan sebuah ide yang luar biasa cemerlang.
"Bawa dia ke makam ayahmu."
Mulut ku menganga kemudian tersenyum lebar sambil bertepuk tangan ria untuk Haechan. Idenya benar-benar cemerlang. Jika aku membawa Sunoo ke makam papa, aku bisa melihat ekspresi seperti apa yang akan dia lakukan.
Ceklek
Pintu utama terbuka, aku dan Haechan sontak menoleh bersamaan.
Oh! Kim Sunoo?
Sedang apa dia disini?
Haechan tersenyum lebar, menyambut kedatangan Sunoo. Mereka sempat berbincang. Dari interaksinya saja mereka seperti saling mengenal?
Apa-apaan ini.
Apa yang Haechan sembunyikan dariku?!
- - - TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.