jake

3.1K 610 16
                                        

Suasana di sekitar kami terasa dingin dan canggung. Aku sendiri terus membuang muka karena tidak ingin bersitatap dengan tatapan dingin dan mengintimidasi dari Sunghoon.

Kami berada di rooftop sekolah, duduk berhadapan di kursi reyot. Meskipun cuaca sejuk, tapi dapat aku rasakan bahwa pelipis dan leherku berkeringat.

"Padahal aku bisa memberimu segalanya. Kenapa harus mempersulit hidup dengan menghutang?"

Perihal soal hutang belum selesai. Justru malah makin melebar. Aku terus mengutuk Taehyun dalam hati, kenapa juga harus memberitahu hal ini pada Sunghoon?

Entah ada hubungan apa diantara chef muda dengan teman ku itu, setahuku keluarga mereka lumayan dekat.

Aku menghela napas pelan. "Lalu, aku harus merepotkan mu begitu?"

Sunghoon memutar bola matanya malas. "Aku melakukan semuanya untukmu hanya karena ingin, bukan peduli."

Aku memicingkan mata, menatap nya penuh curiga. Dapat aku tangkap gelagatnya yang agak aneh. Sayangnya wajah datarnya itu dapat menyembunyikannya dengan apik.

"Tidak mungkin kau melakukan segalanya tanpa alasan. Apa yang kau inginkan dariku?"

Sunghoon diam. Menatap padaku dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku sendiri hanya diam, mengantisipasi kata yang akan keluar dari mulutnya.

"Apa segala sesuatu itu harus memiliki alasan?" tuturnya pelan.

Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi, aku rasa penuturan Sunghoon dan ekspresi wajahnya sulit aku tebak. Intinya aku tidak pernah merasakan tatapan Sunghoon dan nada bicaranya yang seperti itu.

Aku berdeham. Mengalihkan topik dengan membicarakan cuaca. Sunghoon pun nampaknya tidak ingin membahas hal tadi lebih lanjut.


"Wah! Lihatlah—HEY!"

Aku kaget, hampir saja terjungkal dari kursi ku kalau Sunghoon tidak sigap menahan lengan kursi. Deru napasnya yang sedikit memburu menerpa wajahku.

"So ... rry," katanya.

Aku terkesiap, memundurkan wajah karena posisi kami terlalu dekat. Ini kali pertama aku merasakan desiran aneh saat dekat-dekat dengan Sunghoon. Desiran aneh saat hembusan napasnya menerpa ku, desiran aneh saat dia menatapku dengan penuh kekhawatiran.

"S-sunghoon, menjauhlah." Aku meletakkan telunjuk di dadanya lantas mendorongnya.

Namun anehnya Sunghoon malah diam. Aku menatapnya lamat-lamat, sekaligus gugup.

"Lucunya~" Dia tersenyum girang, mengusak rambut ku hingga berantakan bak mengusap Gaeul— anjing peliharaannya.

Aku mendengus lalu berdiri saat dia sudah menjauh.

"Kenapa harus kaget sih?" tanyanya heran.

Aku mendelik tak suka. Bagaimana tidak kaget? Dia muncul di atas kepalaku secara tiba-tiba saat aku mendongak ke atas langit!

Aku tidak menyahuti perkataannya. Sunghoon berdiri di depanku, dia mengeluarkan sesuatu dari celananya. Lalu tanpa diduga dia melingkarkan sesuatu di leherku.

Sebuah kalung dengan bandul satu sayap putih.

Aku melebarkan mata, menatap penuh binar pada kalung yang sudah apik terpasang di leher.

"Wah! Ini keren!" seru ku.

Sunghoon tersenyum menahan tawa. Entah apa yang lucu sehingga dia menatapku seperti itu.

"Maaf aku baru membelinya sekarang, maksud ku baru memberikannya sekarang."

Aku menatap penuh tanya pada Sunghoon. Cowok itu memasukkan kedua lengannya ke saku celana, lalu menatap langit.

roommate ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang