first met

11.1K 874 45
                                    


23.55

Lima menit lagi menuju bulan baru, Maret. Hampir tengah malam begini aku masih setia duduk di sebuah kedai kopi yang buka 24 jam. Asap dari cup kopi masih mengepul, telapak tanganku merasakan hangat ketika memeluk cup kopi tersebut.

"Kenapa ingin bertemu sekarang?"

Aku menoleh pada sumber suara. Si cowok bersurai hitam dengan coat warna coklat mengambil duduk di hadapanku. Dia memegang cup kopi yang sama dengan ku.

Aku membasahi bibir sebelum berbicara.

"Begini, Jake," kataku, "boleh aku minta bantuan?"

Mataku menatapnya penuh harap. Jake mengendikan bahu, menyeruput kopinya.

"Pasti kau meminta aku untuk mengerjakan tugas matematika mu lagi kan?" tebaknya nampak malas.

Aku berdecak pelan. Memang, aku sering meminta bantuan pada Jake untuk mengerjakan sebagian mata pelajaran ku. Selain anak orang kaya, cowok ini juga pintar.

Bahkan aku sama sekali tidak mengerti otaknya terbuat dari apa. Cowok Aussie itu memiliki daya ingat yang tajam, pun dengan materi-materi pelajaran dia hafal diluar kepala.

"Aku ingin meminjam uang," ungkap ku.

Jake mengernyit. "Butuh berapa?"

Aku mengembuskan napas lega. Merasa senang karena setelah dipecat dari tempatku bekerja ada seseorang yang bersedia membantuku.

Namun perkataan Jake selanjutnya membuatku kembali di ambang kebingungan, sekaligus kesal.

"Sowry. Tapi aku tidak punya uang sebanyak tahun-tahun kemarin. Maksudku, kau tau kan bahwa aku tinggal sendiri? Orang tuaku memang baru saja mengirimkan uang, tapi aku juga memiliki kebutuhan, Anna."

Aku tertegun, malu sekaligus tidak habis pikir dengan diriku sendiri. Sorot mata Jake tidak menunjukkan kebohongan maupun alasan semata. Dia benar-benar butuh sebagaimana aku butuh.

Bagaimana bisa aku tidak mengerti dengan kebutuhan Jake yang tinggal di negeri orang seorang diri?

Bagaimana bisa aku tidak menyadari kesusahan orang lain?

Fuck you Anna.

Aku menghela napas seraya memejamkan mata. "Sorry."

Setelah berbincang dengan Jake si teman SMP ku sekaligus si orang yang selalu meminjamkan ku uang, tepat tanggal satu aku menuju perjalanan pulang.

Aku berani menyebut bahwa awal bulan ini adalah suatu kesialan bagiku. Menyebalkan dan menyedihkan dalam waktu yang bersamaan.

Kesialan pertama yang aku alami, kembali jadi korban bully oleh Hye Mi dan kawan-kawannya.

Kesialan kedua, aku telat pergi ke restoran tempatku bekerja karena harus membersihkan pakaianku yang kotor akibat ulah Hye Mi.

Yang paling sial lagi aku dipecat oleh Taehyun, si pemilik sekaligus si koki di restoran miliknya.

Oh sial. Mana aku memiliki hutang pada pemuda itu.

Kesialan selanjutnya, aku tidak mendapatkan pinjaman uang dari siapapun untuk membayar rumah sewaku.

Brukk

Kesialan lagi, aku jatuh ke jalanan aspal dengan lutut sebagai korban. Aku meringis, berdiri perlahan. Mengumpat dalam hati ketika kedua lutut ku menimbulkan rasa perih karena lecet.

Aku menghela napas gusar. Banyak mobil dan kendaraan lain masih berlalu lalang tapi mereka lewat begitu saja seolah tak memperdulikan ku.

Oh! Kenapa aku harus berharap? Lagipula, siapa yang akan peduli pada orang asing?

roommate ; sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang