1. Selamat Malam, Putri

32.6K 777 17
                                    

========

Kerajaan Valorent

Ilsa  menatap wajah pria yang sedang berdiri di depannya. Tubuhnya yang kekar  terbalut pakaian perang dari kulit yang penuh dengan darah. Beberapa  koyakan terlihat di dadanya yang kekar, menandakan bahwa sebagian dari  darah yang menutupi wajah hingga ujung kakinya, ada kemungkinan berasal  dari tubuhnya sendiri, sementara sisanya berasal dari lawannya.

Mata  pria itu beku, menunduk ke arahnya yang sedang meringkuk dengan tubuh  menggigil karena ketakutan. Bagaimana tidak, pria bernama Samael ini  baru saja membunuh seluruh keluarganya di depan matanya. Tampak jelas  kebencian di mata Samael yang kini menatap Ilsa.

Hal yang wajar, pikir Ilsa.

Ia  sudah sering melihat tatapan mata semacam itu setiap ia keluar dari  pintu istana. Banyak orang yang mendendam pada keluarganya. Ayahnya,  Raja Terrence bukanlah Raja yang bijaksana.

Ilsa tidak tahu  dendam apa yang dimiliki oleh Samael pada keluarganya. Tapi ia yakin  bahwa apapun yang dilakukannya kini, tidak akan mampu membawa belas  kasihan di mata pria itu. Ilsa sudah bersiap hendak merasakan tajamnya  pedang yang digenggam Samael dan bergabung dengan keluarganya di gerbang  keabadian ketika mendadak suara keluar dari bibir pria itu.

"Aku  sudah membantai seluruh keluargamu," ucap Samael datar. Tidak nampak  emosi lain di suaranya yang dingin kecuali kebencian. "Mulai hari ini  kau bukan lagi seorang Tuan Putri, melainkan tahananku. Kau akan  melakukan apapun perintahku, dan menjadi bu-dak ku. Melayani apapun yang  kuperintahkan tanpa perkecualian. Mengerti?"

Ilsa bisa merasakan  lehernya tercekat ketika ia membuka mulutnya. Tidak mampu berkata-kata  ia akhirnya hanya mengangguk. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang  kecuali menurut apapun yang diperintahkan padanya.

Pria itu  menarik lengan Ilsa dan menyeretnya keluar dengan kasar. Tubuh Ilsa yang  gemetaran terseok-seok mengikuti tarikan dari Samael. Diluar kamarnya  beberapa prajurit bawahan Samael terlihat berdiri dengan wajah penuh  ekstasi akan keberhasilan mereka.

Sudah lama mereka menanti  kesempatan ini. Dibawah pimpinan Samael, perlawanan mereka mulai  membuahkan hasil. Samael berhasil mengumpulkan pemberontak yang awalnya  terpisah-pisah dan menyatukan nya di bawah pimpinannya. Ia melatih  mereka berperang, dan dengan taktik yang di gunakannya, kini akhirnya  mereka berhasil menumbangkan kekuasaan Raja Terrance yang kejam.

Samael mendorong tubuh Ilsa maju kedepan membuat gadis langsung berhadapan dengan tatapan kelaparan dari prajurit Samael. 

"Lucuti pakaiannya!" perintah Samael pada dua orang prajurit yang berdiri tak jauh darinya.

Tidak  menunggu perintah kedua kalinya, keduanya langsung meraih gaun yang  melekat di punggung Ilsa dan menyobeknya dengan kasar. Membiarkan kain  satin halus yang indah itu langsung teronggok di bawah kaki Ilsa. Kini  hanya mengenakan pakaian dalam yang tipis dan menerawang, Ilsa bisa  merasakan seluruh pandangan yang terarah kepadanya tertuju pada bagian  dadanya yang sedang menderu. Hawa panas mulai merebak di wajahnya yang  pucat. Perpaduan antara malu dan ingin menangis. Tapi Ilsa menahan.  Dirinya adalah seorang Putri. Ia tidak akan membiarkan siapapun  mematahkannya. Karenanya, Ilsa berdiri tegak. Dengan dua tangan  menyilang di depan dadanya, Ilsa menatap pandangan liar itu dengan  tegar.

Hal itu rupanya di sadari oleh Samael, dan membuatnya semakin benci.

"Kalian lihat! Putri tersayang Raja Terrance? Kini hanyalah seorang bu-dak."

Suara Samael menggema di dalam ruangan, diikuti oleh sorakan dan soraian dari prajuritnya.

"Bawakan  aku stempel," perintahnya pada salah satu prajuritnya yang langsung  berlari ke  perapian dan kembali membawa tongkat dengan ujung membara  dan menyerahkannya pada Samael.

The King's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang