========
Kerajaan Valorent
Ilsa menatap wajah pria yang sedang berdiri di depannya. Tubuhnya yang kekar terbalut pakaian perang dari kulit yang penuh dengan darah. Beberapa koyakan terlihat di dadanya yang kekar, menandakan bahwa sebagian dari darah yang menutupi wajah hingga ujung kakinya, ada kemungkinan berasal dari tubuhnya sendiri, sementara sisanya berasal dari lawannya.
Mata pria itu beku, menunduk ke arahnya yang sedang meringkuk dengan tubuh menggigil karena ketakutan. Bagaimana tidak, pria bernama Samael ini baru saja membunuh seluruh keluarganya di depan matanya. Tampak jelas kebencian di mata Samael yang kini menatap Ilsa.
Hal yang wajar, pikir Ilsa.
Ia sudah sering melihat tatapan mata semacam itu setiap ia keluar dari pintu istana. Banyak orang yang mendendam pada keluarganya. Ayahnya, Raja Terrence bukanlah Raja yang bijaksana.
Ilsa tidak tahu dendam apa yang dimiliki oleh Samael pada keluarganya. Tapi ia yakin bahwa apapun yang dilakukannya kini, tidak akan mampu membawa belas kasihan di mata pria itu. Ilsa sudah bersiap hendak merasakan tajamnya pedang yang digenggam Samael dan bergabung dengan keluarganya di gerbang keabadian ketika mendadak suara keluar dari bibir pria itu.
"Aku sudah membantai seluruh keluargamu," ucap Samael datar. Tidak nampak emosi lain di suaranya yang dingin kecuali kebencian. "Mulai hari ini kau bukan lagi seorang Tuan Putri, melainkan tahananku. Kau akan melakukan apapun perintahku, dan menjadi bu-dak ku. Melayani apapun yang kuperintahkan tanpa perkecualian. Mengerti?"
Ilsa bisa merasakan lehernya tercekat ketika ia membuka mulutnya. Tidak mampu berkata-kata ia akhirnya hanya mengangguk. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang kecuali menurut apapun yang diperintahkan padanya.
Pria itu menarik lengan Ilsa dan menyeretnya keluar dengan kasar. Tubuh Ilsa yang gemetaran terseok-seok mengikuti tarikan dari Samael. Diluar kamarnya beberapa prajurit bawahan Samael terlihat berdiri dengan wajah penuh ekstasi akan keberhasilan mereka.
Sudah lama mereka menanti kesempatan ini. Dibawah pimpinan Samael, perlawanan mereka mulai membuahkan hasil. Samael berhasil mengumpulkan pemberontak yang awalnya terpisah-pisah dan menyatukan nya di bawah pimpinannya. Ia melatih mereka berperang, dan dengan taktik yang di gunakannya, kini akhirnya mereka berhasil menumbangkan kekuasaan Raja Terrance yang kejam.
Samael mendorong tubuh Ilsa maju kedepan membuat gadis langsung berhadapan dengan tatapan kelaparan dari prajurit Samael.
"Lucuti pakaiannya!" perintah Samael pada dua orang prajurit yang berdiri tak jauh darinya.
Tidak menunggu perintah kedua kalinya, keduanya langsung meraih gaun yang melekat di punggung Ilsa dan menyobeknya dengan kasar. Membiarkan kain satin halus yang indah itu langsung teronggok di bawah kaki Ilsa. Kini hanya mengenakan pakaian dalam yang tipis dan menerawang, Ilsa bisa merasakan seluruh pandangan yang terarah kepadanya tertuju pada bagian dadanya yang sedang menderu. Hawa panas mulai merebak di wajahnya yang pucat. Perpaduan antara malu dan ingin menangis. Tapi Ilsa menahan. Dirinya adalah seorang Putri. Ia tidak akan membiarkan siapapun mematahkannya. Karenanya, Ilsa berdiri tegak. Dengan dua tangan menyilang di depan dadanya, Ilsa menatap pandangan liar itu dengan tegar.
Hal itu rupanya di sadari oleh Samael, dan membuatnya semakin benci.
"Kalian lihat! Putri tersayang Raja Terrance? Kini hanyalah seorang bu-dak."
Suara Samael menggema di dalam ruangan, diikuti oleh sorakan dan soraian dari prajuritnya.
"Bawakan aku stempel," perintahnya pada salah satu prajuritnya yang langsung berlari ke perapian dan kembali membawa tongkat dengan ujung membara dan menyerahkannya pada Samael.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Slave
Historical FictionWARNING! 21+ BUKAN BACAAN BOCAH! "Lucuti pakaiannya!" Suara Samael menggeram pelan. Memberikan perintah kepada kedua prajuritnya untuk menanggalkan gaun yang di pakai Ilsa. "Mulai hari ini kau bukan lagi seorang Tuan Putri, melainkan tahanan ku. Ka...