6. Menundukkan Langit

9K 524 6
                                    

Kembali ke kamar Lolerei, Ilsa mendekatkan ember seng yang dibawanya ke bak mandi milik selir Raja.

Baru saja ia hendak menuangkan air mendidih itu mendadak terdengar ketukan di pintu kamar.

"Masuk!" Lolerei menjawab.

Seorang prajurit membuka pintu dan membungkuk memberi hormat pada Lolerei. Ilsa langsung mengenali pria itu sebagai prajurit yang sama dengan yang sebelumnya menjemputnya.

"Yang Mulia baru saja pulang dari berburu dan menginginkan kehadiran—"

"Katakan pada Yang Mulia, aku akan segera ke kamarnya setelah mandi," balas Lolerei cepat, memotong ucapan pria itu.

Sang prajurit mendongak menatap Lolerei dengan wajah kebingungan.

"Uhm... Yang Mulia menginginkan kehadiran... bu-dak nya, Nona."

"Apa...?" balas Lolerei kaget. Wanita itu langsung menoleh ke arah Ilsa yang masih memegang ember seng air panas di tangannya. "Yang Mulia mencari Kutu Busuk itu?"

Sang prajurit ikut menoleh dan menatap ke arah Ilsa. Walaupun badan dan rambut Ilsa masih agak basah dari guyuran para pelayan di dapur, yang menjadikan penampilannya kian acak-acakan dari sebelumnya, tapi nampak jelas kecantikan wajah polos Ilsa jauh berada diatas Lolerei.

"Be..benar, Nona. Yang Mulia meminta Nyonya Magda untuk membersihkan gadis itu dan menyiapkannya untuk menemaninya."

Jantung Ilsa berdegup dengan keras mendengar ucapan Sang Prajurit. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke Lolerei yang kini menatap nya dengan pandangan yang sama dengan yang diterimanya dari para pelayan istana. Penuh kedengkian.

"Kau dengar perintah Yang Mulia," ucap Lolerei dengan gigi menggeretak. "Tunggu apa lagi. Keluar dari sini!" usirnya.

Ilsa langsung meletakkan ember yang di pegangnya dan buru-buru berdiri di belakang prajurit yang menjemputnya. Setelah menghormat, pria itu kembali mencengkeram lengan Ilsa dan menariknya keluar dari kamar.

Tapi bukannya ke arah kamar Magda, prajurit itu menarik Ilsa ke arah sebaliknya menuju sebuah lorong gelap.

Ilsa yang awalnya tidak sadar kini mulai mengerutkan keningnya kebingungan ketika menyadari bahwa lorong yang mereka lalui bukannya mendekati kamar Magda tapi makin menjauhi.

"Uhm... Kemana kau membawaku, Prajurit?" tanya Ilsa mulai gelisah. Apalagi ketika dirinya menoleh ke belakang dan mendapati tidak ada saorangpun di sekitarnya.

Bukannya menjawab, pria itu mendorong tubuh Ilsa keras hingga punggung gadis itu menabrak ke dinding.

Ilsa menjerit kaget dengan perlakuan pria itu. Baru saja ia hendak membuka mulutnya untuk memprotes, pria itu membungkam bibir Ilsa dengan tangan kirinya dan ia mulai menciumi leher gadis itu.

"Baru kali ini aku merasakan kehalusan kulit seorang putri," erang pria itu. Tangan kanannya menyambar da-da mungil Ilsa dan mulai meremas.

Ilsa meronta, ia mencoba berteriak, tapi bungkaman tangan pria itu semakin erat menekan wajah Ilsa ke belakang. Walaupun hanya dengan satu tangan, tapi kekuatan pria itu tentu saja tidak sebanding dengan tubuh kurus milik Ilsa.

Gadis itu mencoba mendorong, tapi ketika tangan kanan pria itu terus meremas, mencari pucuk dada Ilsa dan setelah menemukannya, memilinnya keras, tidak ada yang bisa dilakukan Ilsa kecuali menjerit dalam bungkaman.

Sejak Samael menjadikannya bu-dak, Ilsa tidak pernah memakai bra, dan kini cubitan dari tangan prajurit itu langsung terasa menyakiti bagian sensitifnya.

The King's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang