8. Pelampiasan

12.7K 534 17
                                    

Hari kedua melayani Lolerei, Ilsa kembali berada di dapur untuk menyiapkan air mandi bagi selir Samael. Dengan tubuh masih terasa remuk oleh apa yang dilakukan Samael padanya semalam, gadis itu berdiri termenung di depan kompor menunggu air mendidih sementara Anna ikut terdiam di sebelahnya.

Sesekali ia meringis menahan rasa sakit di tubuhnya. Ujung da-danya terasa nyeri setiap tersentuh, bahkan oleh pakaiannya sendiri. Gaun kerja berwarna coklat yang diberikan padanya memiliki serat yang kasar dan menggesek langsung ke ujung da-danya yang meradang dan tidak berpa.kaian da.lam.

"Anna," panggil Ilsa sambil mendudukkan tubuhnya keatas lantai dapur yang gelap. "Apa yang kau tahu tentang Pesta Penamaan?"

Ilsa tidak bisa berhenti memikirkan tentang acara yang hendak diadakan oleh Samael dua hari lagi.

Anna mengikuti aba-aba Ilsa dan ikut menghempaskan pinggulnya ke bawah.

"Mengapa kau menanyakan hal itu?" tanya gadis berambut kuning itu kepada Ilsa.

"Raja Samael hendak mengadakan Pesta Penamaan dua hari lagi—"

"Apa?!" potong Anna dengan mata terbelalak. Tangannya menarik lengan Ilsa agar gadis itu menghadap ke arahnya. "Tidak mungkin!" serunya.

Ilsa mengerutkan keningnya.

"Yang Mulia mengatakannya sendiri padaku semalam. Ia hendak membawaku ke Pesta Penamaan yang akan diadakannya."

Anna menggeleng dengan mata membelalak, cengkeraman tangan wanita itu kini meremas lengan Ilsa keras, hampir menyakiti gadis itu.

"Oh... Ilsa...," desah Anna.

Ucapan dan reaksi Anna mendengar Pesta Penamaan membuat Ilsa kian penasaran.

"Apa sebenarnya yang terjadi di Pesta itu, Anna? Aku melihat ayah sering menghadiri Pesta Penamaan di kerajaan tetangga. Ia pergi membawa peti emas dan bu-dak lalu pulang tanpa membawa apa-apa."

Anna menarik nafas panjang beberapa kali seolah sedang berusaha menenangkan dirinya sendiri. Wanita itu selama ini merasa cukup beruntung belum pernah dibawa ke Pesta Penamaan, tapi bukan berarti ia tidak tahu apa yang terjadi pada Pesta Penamaan. Semua bu-dak tahu apa yang terjadi pada Pesta Penamaan.

"Jadi...," lanjut Anna setelah bisa menguasai kekagetannya. "Pesta Penamaan diadakan oleh Raja yang baru naik tahta. Tujuannya adalah untuk melihat siapa yang lawan dan siapa kawan. Raja baru akan menyebarkan undangan ke kerajaan tetangga, dan jika mereka mendukung posisi Raja baru, maka mereka akan hadir dengan membawa hadiah. Peti emas dan bu-dak yang jumlahnya tergantung kemampuan masing-masing kerajaan."

Ilsa mengangguk, sejauh ini blum memahami apa yang membuat Anna cemas. Raja tetangga akan memberi Samael bu-dak baru untuk dijadikan mainan. Hal yang bagus bukan? Siapa tahu mungkin pria itu akan melupakan dirinya, pikir Ilsa.

"Lalu, sebagai ucapan terima kasih atas dukungan raja-raja itu, Raja yang mengadakan Pesta Penamaan, dalam hal ini Raja Samael, akan meminjamkan bu.daknya sendiri untuk melayani selama mereka menginap." Anna menatap Ilsa tanpa berkedip. "Melayani dalam arti melakukan apapun yang mereka perintahkan," lanjutnya pelan. " Apapun. Kau paham, Ilsa?"

Jantung Ilsa mendadak terjatuh dari tempatnya mendengar kelanjutan cerita Anna.

"Tapi... bu-dak Raja Samael... hanya diriku...," bisik Ilsa pelan.

"Tepat sekali, Ilsa. Dan melihat dari reputasi Raja Samael, bisa dipastikan akan ada banyak Raja yang datang memberi dukungan. Apalagi mereka pasti sudah mendengar nasib yang menimpa dirimu. Reputasi akan kecantikanmu tidak asing di telinga raja-raja itu. Berapa banyak lamaran yang pernah kau tolak ketika dirimu masih menjadi Putri Volarent? Penolakan bukan sesuatu yang dilupakan oleh sorang Raja, Ilsa. Bisa dipastikan, sekarang mereka pasti berlomba-lomba untuk menidurimu."

The King's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang