Sepertinya tuhan tidak berpihak pada kedua adam ini, nyatanya mereka sudah berada di meja makan bersama dengan kedua orang tua Haechan. Tapi Jeno sedikit bersyukur tentang hal itu, ia tidak lepas kontrol untuk menggagahi muridnya sendiri.
Saat merek mulai saling meremas satu sama lain, terdengar suara klakson mobil dari luar. Oh shit, orang tuanya sudah pulang. Padahal Haechan mengira kedua orang tuanya tidak pulang sampai besok.
"Eugh, sepertinya kita harus menunda ini dulu daddy. Orang tuaku sudah sampai di rumah." kata Haechan masih memeluk leher Jeno.
"Hm. Cepat keluar." kata Jeno datar. Kecewa? Mungkin saja namun ia tak akan mengungkapkannya. Bisa besar kepala Haechan jika mengetahui Jeno sudah terangsang olehnya.
"Jangan marah ya daddy, eugh.."
Sebuah kecupan mendarat di bibir tipis Jeno. Dengan cepat Haechan pun keluar dari arah toilet. Huh, gagal lagi dirinya merasakan penis sang guru.
Kedua orang tuanya, Johnny dan Ten sudah berkenalan dengan Jeno. Untung saja mereka tidak menaruh curiga dan menyambut Jeno dengan baik. Bahkan Ten berterima kasih karena sudah aang guru sudah mengantarkan anaknya pulang dengan selamat. Sebagai balas budi Ten menyuruh Jeno untuk ikut makan bersama. Awalnya Jeno menolak, namun dengan paksaan dari Ten dan juga Haechan akhirnya mengiyakan saja.
"Nak Jeno umur berapa sekarang?" tanya Ten.
"Umur saya 27 tahun, bu." jawab Jeno sopan.
"Wah, umurnya sudah pas untuk menikah itu. Sudah punya calonnya Nak?" Jawab Ten. Ah sebenarnya Jeno sangat malas untuk menjawab pertanyaan sejenis ini. Menikah atau tidak itu urusannya.
"Sayang, tidak sopan bertanya seperti itu. Maafkan istri saya ya Nak." kata Johnny meminta maaf. Istirnya memang asal ceplas ceplos. Maklumlah ibu-ibu.
Jeno pun mengangguk. Tanpa disadari bahwa lelaki manis disebelahnya memperhatikannya dengan seksama. Atau mungkin menatapnya dengan pandangan menggoda?
Sang guru tahu betul bahwa Haechan sedang memperhatikannya. Mereka duduk bersebelahan, bahkan paha mulus Haechan saja bisa dilihat oleh lelaki itu. Benar-benar menggoda.
Ah sepertinya akan menarik jika ia bertingkah disini?
Tangan Haechan turun ke bawah meja makan dan hinggap di paha Jeno. Sebuah remasan dapat ia rasakan saat tangan mungil itu berada di atas pahanya. Sialan! Berani sekali jalang kecil ini.
Jeno menatap tajam Haechan namun sang empunya sibuk dengan urusan perutnya. Sangat pandai berakting. Jika Haechan di debutkan menjadi aktor mungkin saja akan sukses besar. Jeno masih kuat bertahan hingga tangan mungil itu meremas gundukan diselangkangannya. Cukup sudah, Jeno sudah tidak kuat lagi.
"Maaf saya harus ke toilet sebentar."
Jeno pun bangkit dari tempat duduknya membuat tangan Haechan terlepas begitu saja. Kakinya melangkah meninggalkan meja makan."Sepertinya anak kita mendapatkan targetnya." kekeh Ten sedangkan Haechan hanya tersenyum simpul.
"Ayah tetap mengawasimu, bear." kata Johnny datar.
Dirinya benar-benar ingin membuat Jeno bertekuk lutut padanya. Gurunya yang tampan harus menjadi miliknya entah apapun itu caranya. Seorang Lee Haechan tidak akan pernah menyerah jika sudah menemukan targetnya.
Jangan tanya mengapa ayah dan ibu Haechan bisa sesantai ini kepada anaknya yang agresif. Keluarganya menganut prinsip
Kau bebas melakukan apapun namun ayah dan ibu harus tahu.
Simpel kan? Memang keluarga ini agak aneh tapi itulah kenyataannya. Haechan benar-benar beruntung dilahirkan pada keluarga aneh ini.
"Ibu, bolehkan aku dekat dengan Mr. Jeno?"
"Of course! Ibu lihat dia tampan dan kaya, hahaha."
-tbc-
Kalian jaga kesehatan ya! Aku lagi sakit nih, huhuhu ):

KAMU SEDANG MEMBACA
Fuck Me [Nohyuck]
Fiksi Penggemar"Aku menyukai Mr. Jeno." -Lee Haechan "Kau hanya anak kecil, sekolah yang benar!" -Lee Jeno