C-20 [Selamat]

354 59 20
                                    

][Happy Reading][

Di suatu ruangan bernuansa putih, terdapat seorang remaja yang terbaring lemah di kelilingi oleh para dokter dan suster. Mereka memakai pakaian serba hijau, mulai dari pakaian serta penutup kepala.

Perlahan tapi pasti, dokter itu mengoyak kulit bagian luar dada remaja itu. Dan segera melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Di luar ruangan..

Seorang lelaki paruh baya dan juga wanita paruh baya sedang terduduk di kursi tunggu.

Yap, tuan Ananda George sudah mendapatkan pendonor Jantung untuk putra nya. Dalam waktu dua hari ia sudah mendapatkan pendonor jantung itu. Beruntung Tuhan memberikan kesempatan dan keberuntungan kepada keluarga George.

.

.

.

Beberapa saat kemudian, Dokter keluar diiringi oleh para suster keluar dari ruangan operasi. Alwi sudah di pindahkan ke ruang rawat. Baru saja dokter itu keluar, sudah di serbu oleh banyaknya pertanyaan dari Nanda dan Inne.

"Jadi bagaimana dengan anak saya dok?" Tanya inne.

"Operasi berjalan dengan lancar. Beruntung tuan ananda dapat menemukan pendonor jantung dalam waktu yang dekat"

Nanda dan inne mengucapkan rasa syukur kepada tuhan dan berterima kasih kepada sang dokter.

"Sama-sama Tuan, Nyonya. Saya pamit undur diri"

"Sekali lagi terimakasih"

Dokter mengangguk seraya tersenyum. Dan segera meninggalkan mereka. Bagi yang bertanya dimana Ridho dan Tammy, mereka sekolah. Awalnya mereka menolak untuk sekolah namun karena di beri nasehat oleh Nanda dan Inne mereka terpaksa masuk sekolah.

Nanda dan inne pergi menuju ruang rawat alwi.

Cklek..

Pintu terbuka lebar. Menampilkan seorang remaja yang terbaring dengan alat bantu pernapasan di hidungnya. Mata nya masih terpejam sempurna. Mereka melangkah mendekat ke arah brankar remaja itu. Di elusnya kepala remaja dengan lembut.

"Alwi... lekas sembuh ya sayang. Di sini ada mama sama papa yang nungguin kamu. Kamu g rindu sama kami al. Kakak kamu khawatir sama keadaan kamu lho. Jangan tidur lama-lama ya al" Liquid bening turun tanpa komando dan membasahi pipi Inne. Nanda memeluk inne erat, dan mencium kening sang istri.

"Alwi anak kuat, al pasti bisa. Bangun ya nak"

Sudah tiga hari alwi belum sadarkan diri. Keluarganya pun terasa sepi dan hampa tanpa kehadiran alwi. Ridho selalu keluar malam dan pulang dengan wajah babak belur sedangkan Tammy mengurung diri di dalam kamar. Mona tidak mau makan kalo tidak di suapi alwi. Inne lebih sering berada di rumah sakit dari pada berada di rumah, Nanda selalu sibuk bekerja.

.

.

.

Hari ini adalah hari ke empat alwi. Sudah cukup lama ia tertidur. Dan sekarang waktunya ia untuk membuka mata dan menghadapi dunia.

"Eungh..." lenguhan kecil dari mulut alwi membuat sepasang mata menoleh ke arahnya.

"Alwi.."

Alwi mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. "Mama.."

"Ya sayang, ini mama. Alwi mau minum?" Tanya lembut Inne. Alwi mengangguk. Tenggorokan nya terasa sangat kering. Inne segera mengambil segelas air dan meminumkannya kepada alwi dengan hati-hati. Lalu menidurkan sang putra kembali.

"Sudah berapa lama, aku tidak sadar" tanya alwi dengan lemah.

"3 hari" jawab inne. Alwi mengangguk lemah.

"Dimana yang lain" tanyanya lagi.

"Papa lagi ada di kantornya, kedua kakak kamu sedang bersekolah dan mona sedang demam di rumah" jawab inne jujur.

"M-mona sakit?" Inne mengangguk.

"Aku mau pulang" ucap alwi lalu berusaha melepas alat bantu pernapasan yang melekat di hidungnya. "Argh" tetapi Dada nya sangat sakit sehingga membuatnya terbaring kembali.

"Alwi.. kamu belum sepenuhnya sembuh sayang. Mona hanya demam biasa kok. Di rumah ada bik asan yang menjaga mona"

"Tapi ma, alwi khawatir sama mona"

"Kamu kalo di bilangin kenapa ngeyel sih!. Kamu seharusnya mikirin keadaan kamu! Kesehatan kamu! Bukannya orang lain!" Bentak inne. Entah mengapa ia menjadi marah seperti ini.

Alwi yang terkejut karena bentakan inne hanya menunduk. Memejamkan matanya, berusaha mengatur deru nafasnya. "Maaf.." cicit alwi.

"Sudah lah urus saja diri mu sendiri!" Itu ucapan terakhir Inne dan setelah itu inne melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

"Mah.." panggil alwi lirih.

Apakah dia marah?

Alwi berusaha berdiri dan bangkit. Ia mencabuti infus yang berada di tangannya. Lalu mengejar kepergian inne.

Tiba-tiba seorang suster memasuki ruangan alwi.

"Eh kamu mau kemana" tanya suster itu sambil menahan lengan alwi.

"Lepas, saya ingin mengejar ibu saya"

"Jangan, kamu belum sembuh total" cegah suster tadi.

"Lepas!" Alwi terus memberontak membuat suster tadi kewalahan. Alhasil suster tadi memanggil suster dan dokter lainnya. "Dokter! Suster!" Teriak suster.

Beberapa suster menghampiri mereka berdua. "Ada apa Nis" tanya salah satu suster kepada Kanisa yang sedang menahan lengan alwi.

"Bantuin, dia berusaha kabur" ucap Kanisa. Suster tadi mengangguk. Lalu ikut menahan lengan alwi.

"Lepas.. ku mohon.. aku harus mengejar ibuku" ucap alwi terus memberontak. Namun apalah daya, dirinya juga baru sadar. Tubuhnya lemah dan sangat lemas. Ia tak bisa menandingi kekuatan kedua suster yang menahannya.

Saat kedua suster itu lengah, alwi memanfaatkan kesempatan itu. Alwi menginjak kaki kedua suster itu. Kedua suster itu meringis.

"Maaf kan aku" Ujar alwi lalu berlari sekuat tenaga nya.

"Kejar" perintah Kanisa yang diangguki suster.

Sepanjang koridor rumah sakit terjadi aksi kejar mengejar antara pasien dan beberapa suster. Alwi menambah kecepatan lari nya, namun naas dirinya tertangkap oleh seorang dokter. Dokter membekap tubuh alwi erat. Lalu seorang suster menghampiri dokter itu.

"Terima kasih dokter Revan atas bantuan anda" ucap Kanisa berterima kasih.

"Hm, suntikkan obat penenang padanya" ucap dokter Revan. Kanisa mengangguk lalu menyuntikkan cairan mengandung obat penenang di lengan alwi.

Tiba-tiba tubuh alwi bertambah lemas dan lemah. Matanya memburam lalu kesadarannya diambil alih oleh kegelapan. Dokter Revan merasakan tak ada pergerakan dari alwi, langsung menglonggarkan dekapannya. Lalu menggendong alwi ala bridal style ke ruangan nya.





























Vote+Follow me!

Oh ya, aku lebih suka di panggil Kania dari pada thor/author.

See you next Chapter and bye

My Heart HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang