Lelah menertawakan foto dan surat, [Name] meletakkan dua jenis benda itu kembali ke tempat semula. Sebuah kotak kecil yang berisi banyak kenangan. Mungkin saja foto dan surat itu juga akan membuatnya menangis suatu saat nanti.
[Name] melirik jam yang menempel di dinding, sudah saatnya makan malam. Wanita itu berjalan menuju dapur. Tentu saja Shinichirou ikut dengannya. Shinichirou kan suami idaman. sayangnya gepenk.
Saat pulang lebih awal, Shinichirou selalu membantu [Name] memasak makan malam. Atau terkadang justru hanya Shinichirou yang memasak, dan menyuruh sang istri untuk mengamatinya saja.
Menu makan malam kali ini selesai dibuat, dibuat dengan bumbu-bumbu candaan dan tawa. Tidak peduli jika menjadi gosip tetangga karena setiap detik selalu saja ada tawa di kediaman Sano.
"Shinichirou, maaf." Ucap [Name] setelah memasukkan satu sendok nasi goreng kedalam mulutnya. Raut wajahnya mendadak menjadi sedikit murung.
Shinichirou menaikkan salah satu alisnya, tidak paham dengan permintaan maaf [Name] barusan. Padahal baru saja tertawa, kenapa tiba-tiba minta maaf?.
"Asin." [Name] mengpundung. Gara-gara menertawakan Shinichirou, ia memasukkan garamnya kebanyakan.
Kali ini giliran Shinichirou yang tertawa. Tingkah sang istri memang terlampau absurd. Walaupun begitu, Shinichirou tetap mencintainya.
"Tidak apa-apa." Shinichirou tersenyum ke arah [Name].
[Name] menyukai senyuman itu. Senyuman yang begitu menenangkan. Ia ingin selalu melihatnya!!.
Mungkin mulai besok [Name] akan mengupgrade selera humornya menjadi dollar.