#28 - Fried Fries

4.6K 516 110
                                    

When we're old and gray

And our faces changed

There won't be a moment when my heart don't feel the same

That's some type of love

(Charlie Puth - Some Type of Love)

***

Resign tanpa backup plan adalah keputusan paling terbesar yang diambil seseorang dalam hidup. Dan saat Gia mengetahui Bima melakukan hal itu, wanita itu mengangah saking terkejutnya. Hingga, kata-kata prianya—lamaran boleh gagal, tapi persahabatan mereka kini naik ke level romansa yang serius—sukses menenangkannya.

"Gue paham, Gia, mendadak resign kayak gini itu gila! Tapi, gue sadar, gue nggak mau terus-menerus diinjak-injak bos gue dan terjebak dalam perkantoran yang toxic. Terpaksa diet dan memenuhi semua ekspektasi orang-orang, tapi tetap terlihat salah dan kurang di mata mereka. I'm done. I quit."

Gia ingat, dia langsung bertepuk tangan dengan hebohnya, kemudian memberikan pelukan hangat. Tak banyak orang yang seberani Bima, apalagi meninggalkan gaji dan bonus yang sangat besar setiap bulannya. Kebahagiaan mental lebih diutamakan daripada membahagiakan orang-orang jahat.

Itulah alasan mengapa sore ini Gia mendatangi kantor pusat Cozette di Jakarta Selatan. Hari ini adalah hari terakhir Bima bekerja dan dia akan memberi support pria itu. Selain itu juga, dia ingin mengawasi Putri. Meskipun tahu hubungan mereka hanya pura-pura semata, tapi api cemburu di hati Gia masih meletup-letup.

Perlahan taksi berhenti di depan sebuah gedung perkantoran puluhan lantai. Begitu membayar argo, bergegas dia turun memasuki gedung. Sambil memberikan KTP untuk mendapatkan ID card tamu, Gia meraih ponsel dari saku blazer untuk menghubungi Bima.

"Di mana, Gia?" todong Bima di ujung sana.

"Di bawah. Gue tunggu dekat lift ya."

"Oke. Gue jemput."

Panggilan diputus, Gia bergegas mendekati area lift. Bersandar pada salah satu dinding. Salah satu tangannya memainkan ponsel, sementara tangan yang lainnya dimasukan saku blazer.

Entah berapa menit yang telah dia lalui, tahu-tahu saja Gia merasakan sebuah usapan lembut di puncak kepalanya. Refleks, dia mendongak. Senyum di wajah wanita itu mengembang ketika menemukan sosok Bima berdiri di sampingnya.

Cakep! Puji Gia puas, terlebih karena penampilan Bima hari ini adalah pilihannya. Pria itu mengenakan kemeja pas badan warna marun. Dasi hitam yang senada dengan celana kainnya. Aroma musk dan wood dari parfum baru yang Gia berikan. Tak lupa, tatanan rambut rapi nan klimis.

"Hai," sapa Bima. Tangannya tak pernah lepas menyentuh Gia dan kali ini mengusap lengan wanita itu. "Udah lama?"

Buru-buru Gia menggeleng. "Enggak kok. Udah kelar farewell lo?"

"Karena lo datang, maka kelar sudah pesta gue sama anak-anak." Bima terkekeh. Salah satu tangannya mengusap perut. "Lapar nih, Gia."

"Loh? Bukannya habis makan-makan?"

Gelengan Bima sukses membuat kening Gia berkerut. Pria itu melanjutkan, "Iya, gue sengaja nggak ikut makan dengan alasan diet, biar gue bisa makan malam sama elo, Gia. Dan gue nggak mau ah ninggalin lo makan malam sendirian. Nggak tega!"

"Oh ...." Gia tersenyum malu-malu. "Gitu."

"Yuk!"

Ajakan Bima menarik kembali Gia ke dunia nyata. Bergegas wanita itu berjalan mengikuti prianya menuju lift, kemudian berlanjut ke lantai 11 tempat kantor Cozette berada.

Meaty Mate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang