#4 - Day 1 : Mission Failed

3K 562 19
                                    

You don't have to change a single thing

You don't have to try, try, try, try

(Colbie Caillat - Try)


***

Hari baru, harapan baru. Mengingat resolusi hidup yang Gia miliki, diet sudah dimulai sejak membuka mata. Bangun dan mandi seperti biasa. Namun, sarapan dengan cara yang berbeda. Jika setiap hari dia dan Bima akan ke warung nasi uduk di bawah apartemen untuk sarapan, maka tadi mereka hanya menyantap dua lembar roti dengan selai.

Sialnya, baru juga masuk ke gedung Food Favorites perut Gia sudah berbunyi kencang. Bagaimana tidak, perusahaan ini kan perusahaan makanan. Aroma berbagai macam perbumbuan duniawi tercium di hidungnya. Rasanya, dia ingin menyerah sekarang juga.

"Tahan, Gia, tahan!" Gia bergumam pelan sambil menguatkan diri.

Gia menarik napas banyak-banyak. Mengetatkan tas bahu ber-merk Gucci tersebut. Kemudian, memasuki kerumunan para pegawai lainnya ke dalam lift. Dia keluar di lantai tiga, tempat divisi marketing berada.

Menurut pandangan Gia, anak marketing sebenarnya tidak butuh-butuh amat memiliki kubikel sendiri dan satu lantai khusus untuk divisinya ini. Lagi pula, mereka jarang di kantor. Berkelana ke satu Mall ke Mall lain atau satu perusahaan ke perusahaan lain. Namun, Food Favorites merasa harus memperlakukan anak marketing sangat spesial karena mereka adalah ujung tombak perusahaan.

Baru saja dia mendudukan pantat di kursi, sebuah getaran di dalam blazer biru dongkernya mengalihkan perhatian Gia. Segera diambilnya ponsel di sana. Sebuah pesan masuk dari Bima.

FROM : Bima

Awas ya lo cheating! Gue sumpahin makin lebar dan gantiin posisi Cu Pat Kay kena kutukan penderitaan cinta selama 1000 kali reinkarnasi. Mampus lu!

Bukannya kesal, Gia malah terkekeh pelan. Salah satu alasan dia masih menempel pada Bima, di balik wajahnya yang kadang agak judes, pria itu sangatlah humoris. Alhasil, dia jadi ingin balik menggoda sahabatnya itu.

TO : Bima

Bawel ya, Cu Pat Kay! Nggak usah seret-seret gue ke dalam kutukan lo ya.

Begitu pesan terkirim, rasa puas melingkupi hatinya. Sambil menunggu respons lain dari Bima, Gia menyibukan diri dengan ponsel dan beberapa pesan lain yang butuh perhatiannya.

Hingga keributan kecil di sekitar kubikelnya berhasil membuat Gia mendongak. Seketika wanita itu terpaku di tempat. Via, supervisor RnD berjalan mendekati kubikel anak-anak marketing. Biasanya berita baik, tapi tidak untuknya saat ini.

"Pagi semuanya!" sapa Via ramah. Wanita tinggi semampai—170 sentimeter dan masih memakai heels 7 sentimeter itu mengetatkan blazer hitamnya. Bukan tipe wanita judes ataupun antagonis, dia bahkan terang-terangan menoleh pada Gia dengan senyum lebar. "Gianty, pagi! Lo kok diem aja, Gia, sakit gigi?"

Buru-buru Gia menggeleng. Hanya membalas dengan cengiran, tanpa bersuara.

Namun, Via tampak tak peduli. Dia kembali melanjutkan tujuannya ke sini. Sambil menatap satu per satu anak-anak marketing, dia bersuara, "Jadi, tau kan alasan gue datang ke sini pagi-pagi?"

"Ngajak makan-makan!" jawab beberapa anak marketing serentak. Berbeda dengan Gia yang sedang menerawang jauh sambil menatap Via. Dia dalam dilema besar, jodoh atau kariernya.

"Betul!" Via terkekeh pelan. "Nanti jam sebelasan pada ke dapur Food Favorites ya! Kami lagi bikin banyak menu baru yang wajib kalian coba."

"Asyik! Makan siang gratis."

Meaty Mate (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang