[3]

1.3K 231 23
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Boleh aku duduk di sini?"

Aku hanya mengangguk saja, lebih ingin menikmati cake yang baru saja aku beli diperjalanan pulangku tadi. "Kau mau ini, kak?" tawarku pada kak Yoongi.

Lelaki itu menggeleng. Menunjukan secangkir kopi hitamnya yang pahit. "Aku cukup ini saja ya. Makanan manis terkadang membuat gigiku ngilu." keluhnya.

"Oh, oke." Hanya itu responku. Tidak lebih. Aku kembali asik dengan cake dan film yang sedang ku tonton di layar ponsel. Sedangkan lelaki di sampingku juga asik dengan buku dan kopi panasnya.

Perbedaan kami benar-benar sangat ketara. Setelah satu bulan aku hidup bersama dengannya, di apartemen miliknya karena rumah yang ia bangun belum selesai, aku jadi sedikit lebih banyak tahu tentang lelaki ini setelah kami menikah.

Lelaki yang ada di sampingku ini memang bukan pria jahat. Ia hanya pria kaku yang sangat lembut.

Sering berkata secukupnya. Tapi kalau sudah membicarakan apa yang menjadi kegemarannya akan jauh lebih cerewet dari biasanya.

Pun juga senang dengan kegelapan. Ia harus tidur dengan lampu kamar yang di matikan, sedangkan aku sendiri tidak bisa tidur jika kondisi kamar terlalu gelap. Sehingga, sebulan kami menikah, ia memilih untuk tidur di sofa depan televisi. Kami sama sekali belum melakukan skinship apa-apa. Bahkan melakukan ciuman panas untuk merayakan telah resminya hubungan suami-istri pun juga tidak. Tidak ada hal yang terjadi setelah kami menikah. Entahlah, aku juga tidak tahu kedepannya aku akan hamil anaknya atau bahkan tidak sama sekali.

Aku masih terlalu tertutup dengannya. Begitu pula ia padaku. Sampai sekarang, ia tak memaksaku untuk melakukan kewajibanku sebagai istri. Ia tak pernah membahas apapun itu. Sejujurnya, jika ia memintapun aku sebisa mungkin akan merelakan masa jayaku sebagai seorang gadis.

Namun, ia lagi-lagi bersikap sok keren padaku.

"Jika tidak dengan hati, aku tidak mau. Itu akan menyakitkan. Karena aku tahu, kau pasti belum siap untuk itu." Katanya padaku di malam pertama kami tempo lalu.

"Hyeji kau tahu tidak?" tanyanya tiba-tiba, membuat lamunanku tentangnya buyar seketika.

"Tentu tidak."

Ia langsung tertawa kecil. Selalu seperti itu ketika aku menanggapi pertanyaannya yang ambigu. "Ini makanya akan aku kasih tahu."

"Dipersilahkan untuk berbicara kak. Ceritakan saja."

Ia pun menatapku, "kata kolega kantorku, kau cantik sekali, ia berkali-kali menepuk pundakku dan mengatakan jika aku tidak salah pilih wanita lagi kali ini karena bisa menikahimu," ia tersenyum bangga, jantungku entah mengapa berdetak kencang, "hehehe—padahal jika mereka tahu yang sebenarnya, kau yang telah salah pilih lelaki untuk dinikahi."

✔️ ILYSB.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang