✨✨✨Hari ini rasanya sangat lelah. Langkahnya cukup berat. Pulang dengan pundak yang sudah tidak tegap lagi. Yoongi menghela napas panjangnya berulang kali. Memijat pelipisnya sendiri, rasanya pening, rasanya memuakan karena di akhir bulan ini, targetnya kurang memuaskan, ia gagal lagi dapat promosi naik jabatan di perusahaannya.
"Kak..." panggil Hyeji takut-takut.
"Hmm?" hanya berdehem saja. Tak mau menoleh dengan wajah kusutnya. Takut membuat istrinya khawatir.
"Tidak jadi," langsung dibatalkan begitu saja oleh Hyeji, ia tahu jika suaminya sedang dalam kondisi tidak mood, ia hafal sekali dengan nada bicara yang malas-malasan seperti itu.
"Ada apa, sayang? Jangan membuatku bingung."
Hyeji menggeleng, "nanti saja setelah kau mandi dan makan."
"Hmm..." lagi dan lagi, Yoongi hanya berdehem tak mau memperpanjang urusan.
Dan setelah itu, Hyeji berlalu pergi entah kemana. Meninggalkan Yoongi sendirian di tengah keheningan ruangan itu dan keramaian di hati pun pikirannya sendiri. Jika bisa, Yoongi ingin mengumpat saja, menyebutkan semua nama hewan di kebun binatang. Namun, ia tahu diri karena di rumah itu ia tidak hidup seorang diri. Ada batas diri yang tidak boleh terlewat. Ada suasana tenang yang harus ia jaga. Terkadang mementingkan perasaan orang lain lebih penting daripada perasaan diri sendiri.
Beberapa menit kemudian, Yoongi beranjak juga dari sofa ruang tengah. Ia bergegas untuk segera membersihkan diri, memakan masakan istri tercintanya, dan tidak akan melewatkan momen malam di mana ia akan memeluk tubuh istrinya sampai pagi.
"Ji, apa kau tidak mau menemaniku makan?" kata Yoongi, ketika ia selesai mandi, langsung mencari istrinya yang ternyata sedang duduk di pinggir kolam renang. Tersenyum-senyum sendiri mendengarkan alunan lagu yang terus berputar dari ponselnya.
"O-oh, sudah selesai mandi, iya ayo aku temani kak!" Jawab Hyeji begitu antusias. Segera berdiri dan lalu merangkul lengan suaminya agar dapat melangkah bersama sampai ruang makan. "Hmm, harum sekali sih~~~" Hyeji mengendus lengan kekar suaminya itu, senang sekali rasanya menghirup aroma sabun dari tubuh Yoongi.
Yoongi hanya tersenyum tipis. Ia mengelus kepala Hyeji dengan sebelah tangannya yang menganggur. "Kau tidak mau makan lagi?" Tanyanya.
"Mau. Aku mau makan lagi. Masih lapar, tadi hanya makan sedikit."
"Kenapa hanya sedikit?"
Hyeji lalu terkekeh. "Kan mau makan bersamamu. Aku tidak mau terlalu kenyang."
"Yasudah, setelah ini makan yang banyak ya, biar kau cepat gendut, jadi hangat jika dipeluk." ucap Yoongi asal.
"...memang selama ini aku kurang hangat ya, kak?" Tanya Hyeji tersinggung.
Yoongi menutup mulut rapat-rapat. Ia tersadar jika salah bicara. "O-oh, tentu hangat sekali, benar-benar hangat sampai aku tidak membutuhkan selimut lagi!" Dustanya.
"Cih, kau tidak pandai berbohong kak."
Yoongi terkekeh kecil, "yaampun, aku tidak berbohong sayang..."
Hyeji saat ini sudah menyiapkan makanan di piring untuk suaminya, sedangkan mulut Hyeji tidak berhenti untuk mengomel. "Telingamu merah, kau bohong."
"Astaga... ini karena aku kedinginan setelah mandi."
"Yasudah-yasudah, aku mengalah untuk kali ini. Tapi—" ancam Hyeji kemudian.
"Tapi????" Yoongi sedang berusaha baik-baik saja. Padahal jantungnya sudah was-was, takut disuruh tidur di luar.
"Besok belikan aku segudang coklat. Pabriknya juga kalau perlu. Aku mau program gendut dengan makan coklat yang sangat sangat banyak. Biar kalau kau peluk, aku kenyal seperti jelly." Ucap Hyeji dengan polosnya.
Yoongi terdiam sebentar. Matanya tak berkedip menatap Hyeji yang sedang berbicara random. "S-sayang, tapi itu berlebihan..." balasnya lemah.
"Hih, bilang saja jika uangnya tidak cukup untuk beli pabrik coklat." Sebal Hyeji lama-lama.
Yoongi terkekeh lagi. Moodnya tiba-tiba membaik. Ia ingin sekali menggigit bibir mungil istrinya yang terus bicara tanpa henti itu. "Iyaaaaa, kan memang tidak cukup, kalau pun cukup pasti tidak akan aku beli juga pabriknya."
"Lho, kenapa tidak mau? Kakak tidak mau menyenangkan istri ya?!"
Mereka malah tidak jadi makan. Padahal makanan sudah di depan mata. Sibuk dengan obrolan random yang diciptakan oleh Hyeji. Pokoknya menyebalkan sekali istri tuan Min itu.
"Nanti kalau aku pemilik pabriknya, tidak jadi untung tapi malah bangkrut. Kau kan pasti setiap hari datang untuk minta coklat satu truck." Kata Yoongi asal-asalan lagi.
Hyeji mendengus sebal, "bilang saja jika kau pelit."
Akhirnya, tawa Yoongi pecah juga. Ia terbahak memegangi perutnya yang mulai keroncongan tapi tidak tahan jika tidak tertawa melihat tingkah istrinya yang mengesankan itu. "Hahahahah, sayang, sumpah, kau lucu sekali. Aku bisa makan kau saja tidak? Aku tidak tahan ingin gigit!"
"Tidak boleh!" Gerutu Hyeji sembari mengerucutkan bibirnya.
"Kalau peluk?"
"Tidak boleh juga! Aku kurus kering! Tidak hangat!" Masih dalam mode marah.
Membuat Yoongi semakin gemas. "Aduh, aduh, iya maafkan aku sayang. Iya, yuk, setelah ini kita ke supermarket ya? Beli coklatnya, tapi 5 batang saja, oke?"
Hyeji melirik Yoongi sebentar, "...tambah 2 lagi, biar 7 baru aku mau pergi."
"Iya. Tambah 5 lagi juga boleh. Biar pas 10." Kali ini Yoongi sudah mengusak kepala Hyeji, menenangkan istrinya, mulai mengajak istrinya untuk memakan makan malam mereka agar segera pergi untuk berbelanja bersama.
Dan, percakapan random itu selalu ada di tengah-tengah kebisingan pikiran yang menganggu setiap hari. Selalu menjadi obat dari segala obat masalah yang ada. Ya, semoga saja memang selalu begitu.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ ILYSB.
Fanfiction[COMPLETED] [MIN YOONGI] "I love you so bad, Min Yoongi." Nandd_ 2021.