[18]

945 163 83
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"...selamat pagi, kak." Ucap Hyeji, ketika kedua mataku mulai terbuka perlahan.

Aku mengeratkan dekapanku padanya, mencium keningnya lembut, "Iya, pagi, sayang."

Ia hanya tersenyum. Kembali menenggelamkan wajahnya di dadaku, menikmati rutinitas kami setiap pagi tiba, seakan lupa jika semalam kami berdua sudah diambang akan lanjut atau berakhir, namun nyatanya pagi ini kami kembali menghangat seperti ini tanpa banyak bertingkah.

"Hari ini ikut aku pulang ya?" ajakku perlahan.

Awalnya diam saja, tapi lama kelamaan ia mengangguk juga rupanya, "..iya," katanya malu-malu. Masih tidak mau melihatkan wajahnya padaku. Masih suka bersembunyi pada dadaku yang mulai agak bidang ini.

"Coba lihat aku sebentar Ji."

Ia menggeleng. "Tidak mau."

"Sebentar saja, hanya ingin memastikan matamu bengkak atau tidak."

Perlahan ia merenggangkan pelukanku, memperlihatkan matanya yang nyatanya sangat bengkak karena menangis semalaman. "Astaga Hyeji... sayang, maafkan aku, padahal aku sudah berjanji tidak akan membuatmu menangis." aku mengelus bagian-bagian matanya yang membengkak itu, ia pun hanya terdiam, membiarkanku melakukan apapun yang aku inginkan di wajahnya itu.

"Iya, kau memang sudah mengingkari janjimu kak. Kau harus dihukum." Ia dengan sigap langsung bangun dari tidurnya dan terduduk di sampingku yang masih terbaring nyaman.

"Iya maaf... hukumannya apa memang?" tanyaku, mencoba berdamai dengan dirinya.

Ia lalu mengelus kepalaku. Rasanya nyaman sekali setiap kali ia berlaku manis padaku seperti itu. Namun, sedetik kemudian, semua itu sirna ketika Hyeji sudah mulai menjelaskan apa hukuman untukku.

"Minta maaflah kepada kak Sunny."

Aku menghembuskan napas panjangku, "iya, meskipun aku sudah berkali-kali meminta maaf padanya, iya, oke, aku akan melakukannya lagi, demi kau."

"Lalu..." ia memberikan jeda pada kalimat yang akan ia ucapkan.

"Lalu apa?" Tanyaku penasaran.

"Menikahlah dengannya—"

"JI, KAU SUDAH GI—"

Kalimatku ia potong dengan cepat, "kak, please, aku sudah pikirkan ini matang-matang. Aku sudah merestui kalian. Aku ingin kau menebus kesalahanmu dengan menikahinya. Aku ingin kau bahagiakan dia seperti seharusnya. Aku tidak mau jika anakku nanti menerima karma dari ayahnya, aku sendiri tidak akan mau jika anakku kelak diperlakukan seperti itu!"

Kepalaku sudah sukses berdenyut lagi. Ternyata semua yang ia lakukan di awal tadi hanya karena ada maksud dan tujuan yang harus tercapai.

Memang benar. Sangat benar bahkan jika orang tuaku menyuruhku untuk lekas menikahi Hyeji— wanita yang jadi istriku ini benar-benar jelmaan malaikat. Baik sekali. Namun, juga sedikit gila. Bagaimana bisa ia merestuiku tanpa berpikir panjang. Bagaimana bisa ia menyuruhku untuk menikahi mantan kekasihku yang sudah lama aku lupakan itu?

✔️ ILYSB.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang