[15]

1K 187 45
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

     Tak seperti biasanya, Hyeji malam ini sudah terlelap lebih dulu ketika aku lagi-lagi harus pulang telat karena lembur. Ia mematikan seluruh lampu di dalam kamar. Sangat gelap, hingga aku kesusahan untuk melihat sekelilingku. Ingin sebentar menghidupkan lampu tidur, namun takut mengganggu Hyeji yang tengah tertidur pulas. Jadi, aku mengurungkan niatku. Aku keluar dari kamar dan segera membersihkan diri lebih dulu, setelah itu ikut beristirahat dengan tenang di samping istriku.

Pun beberapa menit kemudian, aku selesai dengan diriku. Perutku sangat lapar, namun ketika aku ke dapur—kosong, Hyeji tidak menyiapkan makan malam seperti biasanya. Tidak ada satupun yang bisa aku makan.

Aku hanya bisa menghela napasku, sejujurnya sangat lelah, ingin juga di layani seperti seharusnya, namun aku tak bisa berbuat banyak. Akhirnya aku memasak 2 bungkus mie instan lengkap dengan telur dan kimchi. Memakannya sendiri di ruang makan, ditemani dengan keheningan yang semakin mencengkam seperti dahulu ketika awal aku dan Hyeji mulai hidup bersama.

Dan, pagi harinya. Belum ada jam 6 pagi. Ketika aku ingin memeluk Hyeji karena merasa pagi ini cukup dingin, wanita itu sudah tak ada di sampingku.

"Sayang—" teriakku, memanggil istriku yang tumben sekali sudah bangun, padahal biasanya kami masih sayang-sayangan sampai waktunya bersiap untuk berangkat kerja.

Namun hening, Hyeji tidak menyaut panggilanku. Aku bergegas bangun dari tidurku. Berjalan ke dapur, ke halaman belakang, ke lantai atas, ke semua penjuru ruangan, ia tak ada di mana-mana.

"Tidak mungkin kan ia sudah berangkat tanpa berpamitan denganku?" Gumanku yang sudah pusing sendiri jika memikirkan Hyeji yang akan bersikap dingin seperti dulu lagi.

Mengecek ponselku pun juga percuma. Pesannya tak ada. Aku coba untuk meneleponnya pun tak diangkat.

Ah, sial. Ada apa lagi dengannya? Kenapa ia kembali membuatku sedih.

Ok, aku harus tenang. Mungkin ia semalam sangat lelah, mungkin tadi pagi ia ada urusan mendadak jadi tidak mau membangunkanku. Ok, tetap tenang—tapi, hei, pagi ini lagi-lagi ia tak menyiapkan sarapan untukku. Biasanya, mau sesibuk apapun, ia selalu menyiapkanku sarapan meski ala kadarnya, ia tak mau membuatku kelaparan.

Karena semenjak kami mulai dekat, ia benar-benar berbakti kepadaku. Selalu membuat aku menjadi suami seutuhnya. Selalu memujiku apapun yang aku lakukan. Ia tak akan membiarkanku merasa tak berguna.

Namun, kali ini apa lagi Ya Tuhan....

Aku bahkan tak akan sanggup jika ia mengabaikanku seperti dulu.

✔️ ILYSB.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang