[10]

1.2K 225 40
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

     Kak Yoongi benar-benar datang menjemputku. Ia turun dari mobilnya. Berlari menghampiriku yang masih duduk di halte bus yang terlalu sepi untuk malam menyedihkan ini.

Aku tidak membenci Jungkook atas sikapnya yang kurang ajar tadi, aku lebih benci diriku sendiri yang tidak sadar jika aku sebenarnya yang jahat di sini. Aku masih terlalu naif untuk mengakui jika hatiku sudah aku berikan untuk kak Yoongi yang selama ini sudah sabar dengan segala tingkah laku anehku.

"Hyeji—kau tak apa, kan? Ada yang sakit? Ada yang terluka? Hmm?"

Aku terkekeh kecil, entah kenapa melihatnya sepanik itu membuatku gemas sendiri. "Aku tak apa kak, aku hanya lelah saja."

"Ya sudah," dengan cepat ia lalu berjongkok di depanku yang masih duduk di bangku halte, "cepat naik ke punggungku, aku akan menggendongmu sampai mobil."

Ah, laki-laki ini memang benar-benar!

"Tidak usah, aku masih sanggup berjalan kak."

"Penawaran ini hanya satu kali, kalau kau menolak kau akan merugi. Jadi cepat naik sebelum aku berubah pikiran."

Kak Yoongi tetap bersikeras, aku yang ragu ini hanya mengiyakan tawarannya, "tapi aku berat ya, kau tidak boleh protes!"

"Iya tentu aku—" waktu aku sudah naik di punggungnya dan ia mulai berdiri menggendongku, "a-aduh punggungku—" keluhnya yang entah bercanda atau apa.

Aku memukul lengannya, "kak, sumpah, aku turun saja kalau begitu!"

Ia lalu tertawa keras, "bercanda sayang, kau bahkan terasa sangat ringan sekali, seperti kapas!" Katanya menggodaku.

"Jangan berlebihan!"

"Tidak berlebihan, kau ringan sekali sampai membuatku ingin mengajakmu berlari—" dan benar, ia menggendongku sembari berlari kecil. Kami berdua sama-sama tertawa renyah disepanjang perjalanan yang terasa jauh padahal mobilnya ada di depan mata.

Ya, entah mengapa ini terasa lebih menyenangkan. Kegiatan yang tak banyak menyita waktu dan uang, namun ketika sampai di dalam mobil; kami berdua kembali saling terdiam sampai kak Yoongi mengelus puncak kepalaku sembari sebelah tangannya menyetir mobil.

"Terima kasih ya sudah berjuang hari ini. Kamu hebat. Istriku terbaik." ucapnya lirih, seperti sedang menyemangatiku dan memberi energi positif agar aku kembali baik-baik saja setelah tadi ia mendengarkan tangisanku di telepon.

Pun aku juga seperti langsung mendapatkan kekuatan, aku meraih tangannya yang sedang mengelus kepalaku, aku menggenggamnya erat, mengecup punggung tangan hangat suamiku dengan mata yang sudah berkaca-kaca lagi tanpa berbicara apa-apa.

Melihatku yang bertingkah manis itu, tentu membuat kak Yoongi sedikit bergetar, aku bisa merasakannya ketika tangannya masih aku genggam dengan erat seperti tak mau melepaskannya.

"Kak, misal aku ingin punya anak kembar apa kau mau mengantarkan aku untuk ikut program hamil ke dokter kandungan?"

Mobilnya langsung ia rem mendadak. Ia terkejut tampaknya. Aku pun hanya tersenyum dengan jantung yang berdegup kencang.

"A-ah maaf, tadi aku melihat ada kucing sedang menyebrang—" katanya, berbohong agar tak terlihat sedang salah tingkah.

"Y-ya tak apa— eum, jadi?"

Tanpa basa-basi dan banyak mengulur waktu, kak Yoongi menepikan mobilnya lebih dulu di pinggir jalan, ia mematikan mesin mobilnya dan setelah itu menatapku dengan tatapan yang sangat berbeda dari biasanya, "mau—tentu aku sangat mau, sayang! Apa dokter kandungannya masih buka malam ini, aku antar sekarang saja ya? Ah, atau besok pagi kita izin tidak berangkat saja? Aduh, jangan izin lagi, jatah cuti kita sudah menipis, pulang kerja langsung saja bagaimana? Ah tapi sangat lama, aku benar-benar tidak sabar la—"

Ah, bawel sekali suamiku itu. Aku yang terlalu gemas itu akhirnya menghentikan kebawelannya dengan cara membungkam bibirnya dengan bibirku.

Ciuman pertamaku dengannya yang memakai perasaan. Awalnya hanya mau mengecup sekali, dan langsung melepaskannya. Namun, ia tak mau, ia membawaku kedalam pelukan hangatnya sembari kami terus berciuman yang semakin lama semakin intens dan menggunakan lidah.

Ah, aku bisa gila lama-lama, ternyata kak Yoongi adalah seorang pro. Bagaimana bisa ia menahannya selama ini? Bagaimana ia bisa tahan tidak melakukan sesuatu hal yang pasti ia inginkan sejak pertama kali kami menikah?

Malam ini aku banyak tersadar tentang apa yang dilakukan kak Yoongi selama ini agar aku tetap merasa nyaman di dekatnya. Ia tak bertingkah kurang ajar. Ia bahkan tak berani meminta haknya sebagai suami ketika aku sendiri belum menyerahkan diriku dengan suka rela.

"A-ah kak—jangan di sini—" rengekku ketika pergerakan tangannya sudah acak menggerayangi tubuhku kemana-mana.

"Maafkan aku—hah, kau terkejut ya? Maaf ya sayang, sepertinya pikiranku sudah tidak terkendali lagi sekarang." tangannya langsung menjauh, ia duduk di mobil seperti semula, napasnya terengah setelah kegiatan yang kami lakukan barusan.

"Maksudku—ayo lakukan di rumah saja, ini di jalan, takut mobilnya goyang-goyang dan ada yang melihat, takutnya nanti ada yang video dan kita jadi terkenal karena mobil goyang di pinggir jalan—"

Perkataanku itu malah membuat kak Yoongi tertawa keras, tangannya yang hangat dan besar itu ia gunakan untuk menangkup pipiku, "Iya, ayo pulang, iyaa tidak akan aneh-aneh di mobil, kalau nanti ranjangnya yang goyang apa itu membuatmu takut juga?"

Dengan cepat aku menggeleng, "tidak, aku malah senang kalau itu, kan tidak ada yang bisa melihatnya juga kalau di lakukan di kamar."

Iya, setelah perkataan polosku itu, kak Yoongi langsung menghidupkan mesin mobilnya lagi, ia menyetir dengan kecepatan kencang tapi tetap aman. "Hyeji, jangan salahkan aku jika hasilnya tidak kembar ya, karena kita belum ikut promil tapi sudah melakukannya lebih dulu."

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Karena dalam hatiku sudah ada jawabannya, tak masalah karena aku hanya ingin memancingmu agar segera melakukannya denganku.

[Lee Hyeji POV; end]

/besok gantian POVnya Yoongi ya!/

✔️ ILYSB.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang