VIII. A Yoghurt

187 39 14
                                    

"Bagaimana kau bisa tahu warna kesukaanku? Bukankah aku tak pernah memberitahumu? Kita juga baru kenal kemarin kan?." Mark mencecari  Lucas dengan beberapa pertanyaan.

"A-aku hanya menebaknya saja. Kupikir kau menyukai warna biru karena barang-barang di kamarmu kemarin kebanyakan berwarna biru." jelas Lucas dengan sedikit kegugupan.

Mark menatap Lucas hingga memojokkannya. "Benar juga. Kalau begitu ini tak apa kan? Uangmu cukup untuk membelinya kan?."

Lucas meraih kemeja itu lalu melihat harga yang tertera di label kemeja pendek itu. Betapa terkejutnya ia melihat tujuh deret angka di sana. "Bukankah tadi kau bilang tak perlu yang terlalu mahal? Kau juga berkata bahwa walaupun aku kaya aku tak boleh menggunakannya secara berlebihan?."

"Terlalu mahal ya? Kalau begitu kita tak perlu membelinya." Mark mengambil kembali kemeja itu lalu menggantungnya pada tempatnya semula dengan wajah cemberutnya. 

"Tu-tunggu. Baiklah kita beli itu. Kau mau lagi yang lain?." tanya Lucas yang mengeluarkan dompetnya. "Boleh beli lagi?." kedua mata Mark berbinar mendengar ucapan Lucas.

"Haha i-iya." Lucas sedikit tertekan dengan pertanyaan Mark. Meski begitu selagi Mark bahagia Lucas akan melakukan apapun untuknya. Karena Mark adalah mataharinya.

Selesai berbelanja, Lucas terlihat sedikit murung. "Ada apa dengan wajahmu? Bukankah kau seharusnya senang karena aku membantumu menghabiskan uangmu?." tanya Mark. "Uang jajanku seminggu ini sudah habis." jawab Lucas dengan senyuman tertekannya.

"Memangnya kenapa? Bukankah kau bisa minta pada orang tuamu?." ucap Mark asal. "Aku tak punya orang tua. Aku tinggal sendiri disini."

Mark menghentikan langkahnya. "Maaf Lucas aku tak tahu." sesal Mark. Ia kemudian menahan lengan Lucas. "Ayo kita kembali ke toko tadi. Aku mau mengembalikannya!."

Tawa Lucas pecah saat itu juga. Ia baru tahu kalau Mark sepolos itu. "Lupakan saja. Aku masih punya uang. Tapi aku tak bisa makan makanan yang biasa ku beli."

"Kalau begitu kalau kau mau makanlah di rumahku. Biasanya Hyunsuk juga suka ke rumah untuk menghabiskan makananku." ucap Mark menawarkan Lucas.

Lucas sejenak diam dibelakang Mark. Kepalanya menunduk entah memperhatikan apa. "Ada apa?."

"Aku harus pulang, maaf. Ini barangmu kau tak keberatan membawanya kan?." Lucas menyerahkan beberapa tas hasil berbelanjanya sebelumnya. "Lalu barang yang kau beli tadi bagaimana?"

"Ambil saja. Itu ku beli sengaja untukmu."

"Tapi..." Wujud Lucas sudah tak ada disana. Entah bagaimana caranya Lucas pergi secepat itu tanpa meninggalkan suara langkah kaki sedikitpun.

♦️

"Yang mulia. Apakah anda mendengarku? Kumohon jawablah!."

"Aku mendengarmu Lucas. Bisakah kau kembali melewatinya? Aku membutuhkanmu. Kondisi Taeyong semakin memburuk."

"Lenganku saja tak bisa memasuki portal ini. Apakah stok oksigen disana sudah habis?."

"Sudah habis sejak beberapa bulan yang lalu. Aku juga tak bisa terus menerus merendamnya di air es."

"Bekukan dia yang mulia!."

"Maksudmu?

"Bekukan dia menjadi bongkahan es yang mulia, jaga ia dan jangan sampai esnya mencair. Dengan anda membekukannya, maka tubuhnya akan bertahan lebih lama."

Devil Who's Protect Me | LuMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang