X. Taeyong Side (It's My First)

82 14 0
                                    

"Dasar bodoh, bisa-bisanya kau melakukan hal konyol seperti ini." aku menarik lengan pria yang mencoba mengakhiri hidupnya dengan melompat dari gedung 10 lantai.

Untung saja ia tak melawan, langsung saja aku menindih tubuh pria itu. "Kau tak memikirkan bagaimana perasaan orang tuamu?." aku melihat banyak luka di sekujur tubuhnya. Tubuhnya kurus bak orang yang tak makan selama berminggu-minggu.

Rambutnya yang panjang hingga menutupi matanya itu. Pria itu kemudian meraih tanganku. "Ada apa?." Ia meletakkan tanganku pada lehernya dan kemudian mencekik lehernya dengan perantara tanganku.

Lantas aku panik, lalu mencoba melawan. Aku salah menilainya. Kukira ia lemah karena penampilannya yang tak karuan itu. Dengan sekuat tenaga aku melepaskan cengkraman tangannya. "KAU BENAR-BENAR GILA YA!!."

"To-tolong bunuh aku!." suara pria itu membuatku semakin iba. Tanpa kusadari air mataku mengalir. Ia terus menerus menarik tanganku. "Kumohon."

"Aargh. Kau membuatku gila sekarang." aku menampar wajah pria itu. "Tenangkanlah dirimu. Setidaknya ceritakan dulu apa masalahmu. Mungkin saja aku bisa membantu."

Aku membantunya membetulkan posisinya. "Manusia lemah seperti kau mau membantu apa?."

"Maksudmu? Aku lemah? Tajam juga mulutmu. Dasar tak tahu diuntung. Sudah bagus kau ku selamatkan."

"Memangnya aku meminta diselamatkan?." emosiku tak tertahankan. Rasanya ingin sekali aku memukul kepalanya itu dengan balok kayu. "Cih. Karena kau rokokku terbuang sia-sia. Susah payah aku mendapatkannya."

Pria itu seketika diam. Ia tak menanggapi ucapanku lagi. "Hei bodoh." aku menendang-nendang tubuhnya. Tiba-tiba tubuhnya tergeletak begitu saja. Ia pun diam seribu bahasa.

Langsung saja aku panik saat itu. Aku pun berteriak sekencang mungkin untuk meminta bantuan. Saat itu aku lupa membawa ponselku. Untungnya ada petugas kebersihan yang kebetulan sedang menuju ke atap. Aku memintanya agar menelpon ambulans. 

Sesampainya dirumah sakit, pria itu langsung dibawa keruangan inap darurat. Sembari menunggu, aku kemudian menuju ke bagian administrasi untuk meminjam telepon disana. Beberapa menit aku menunggu telepon itu terhubung.

"Minhyung! Bisakah kau ke rumah sakit dekat sekolahanku?."

"Ada apa? Hyung kecelakaan?."

"Kalau aku kecelakaan, yang sedang bicara denganmu itu bukan aku tapi perawat. Sudahlah cepat kesini, bawa ponsel hyung juga."

Aku segera menghampiri tempat pria tadi dirawat. Dokter dan perawat sedang berjuang untuk mengobati pria yang bahkan tak ku ketahui namanya itu. "Anda keluarga pasien?." tanya dokter diseberang.

"Bu-bukan. Tapi bisa dibilang saya mengenal orang ini." jawabku spontan. "Sepertinya dia mengalami dehidrasi. Ia mungkin akan sadar besok ataupun lusa. Perkiraan saya, dia butuh beberapa hari perawatan agar bisa kembali normal seperti biasanya. Oh iya, ini bagaimana caranya ada luka kering sebanyak ini diseluruh tubuhnya?."

Aku kebingungan harus menjawab apa. "Eeeemmm. Saya juga kurang tahu ada apa. Saya menemukannya tadi dengan keadaan sudah seperti ini." jelasku asal-asalan. "Kalau begitu mohon selesaikan administrasinya. Kalau terjadi sesuatu bisa panggil kami. Saya tinggal dulu."

"Dia tak punya kartu nama atau yang lain kah?." Aku merogoh saku celana dan bajunya itu. "Apa yang kau lakukan?." Pria itu lantas memegang tanganku yang meraba-raba tubuhnya.

"Waaaa. Ba-bagaimana caranya kau bisa bangun? Dokter bilang kau akan sadar esok?." tubuhku seketika gemetar tak karuan. "Ba-baguslah kalau kau sudah bangun. Jadi aku tak perlu memikirkan biaya perawatannya. Kalau begitu aku pergi dulu."

Pria itu menahan tanganku. Aku pun menengok kebelakang. Terlihat kedua telinga pria itu memerah. "Tolong bayarkan dulu, nanti akan kuganti."

Entah bagaimana caranya dia bisa meluluhkanku agar mau membayar biaya perawatannya. "Lihat. Sudah ku bayarkan. Sekarang pulanglah sana atau kalau mau melanjutkan yang tadi aku sudah tak peduli lagi."

Saat aku berjalan keluar rumah sakit aku bertemu Minhyung yang baru saja tiba. "Kau benar-benar tak apa-apa kan hyung?." Minhyung meraba-raba tubuhku mencari apakah ada luka disana. "Siapa pria ini?."

"Orang gila ini yang membuatku sampai seperti ini. Sudahlah ayo pulang." aku merangkul Minhyung dan ingin cepat-cepat menjauh dari orang gila tadi agar tak terlibat masalah-masalah konyol seperti tadi.

"Tunggu, perkenalkan namaku Jef- Jaehyun. Jung Jaehyun. Sepertinya aku menyukaimu."

Saat itulah pertemuan pertamaku dengan Jaehyun. Si bodoh yang suka membuat keonaran di sepanjang hidupku.

♦️

Sekitar satu tahun yang lalu adalah hari kelulusanku. Hari kelulusanku bersama Jaehyun. Kekasihku.

Kami sudah berencana untuk berlibur untuk merayakannya. Sekaligus untuk merayakan ulang tahun Jaehyun yang selang beberapa hari setelah hari kelulusan. Segala jenis akomodasi sudah disiapkan. Hanya tinggal menunggu keberangkatannya.

Sebenarnya aku berencana mengajak Minhyung. Namun Minhyung menolak karena ia akan mengikuti pertandingan judo nantinya.

Kami berencana untuk berjumpa di kedai kopi dekat rumahku. Tak lupa aku mampir untuk membeli bunga yang letaknya hanya diseberang kedai itu.

Pegawai toko merekomendasikan untuk membeli tulip. Aku pun memutuskan membeli tulip merah.

Setelah keluar dari toko bunga tersebut, aku melihat Jaehyun diseberang sana. Melambai-lambaikan tangannya sebagai bentuk isyarat padaku. Lampu merah menyala. Aku pun mulai menghampiri Jaehyun yang ada diseberang sana.

Terdengar suara klakson beruntun. Ternyata ada sebuah mobil berkecepatan tinggi yang menuju ke arahku.

Baru saja aku akan menengok, mobil itu tinggal berjarak beberapa meter saja dariku. Saat itu juga aku berpikir bahwa itulah akhir hidupku.

Kedua mataku pun terpejam saat itu. Namun saat aku membuka kedua mataku, yang kulihat adalah Jaehyun yang mendekap tubuhku dengan erat. Yang benar saja, rupanya aku sudah diseberang jalan. Mobil sebelumnya ternyata menabrak sisi depan toko bunga yang ku kunjungi tadi.

Jaehyun memelukku erat dengan tubuhnya bersandar pada dinding. Bunga yang ku beli tadi sudah lepas dari genggamanku. Bunga itu masih tergeletak di tempatku berdiri sebelumnya.

Jantungku rasanya seperti akan meledak. "Kau tak apa-apa?." Jaehyun dengan napas terengah-engah dan keringat bercucuran, berusaha bersikap tenang.

"Ba-bagaimana caranya?." aku benar-benar kebingungan saat itu juga. Yang ada dipikiranku saat itu adalah cara Jaehyun menyelamatkan diriku. "Kita akan pergi kemana?."

Tiba-tiba saja Jaehyun membawaku pergi. Aku dibawa ia menuju sebuah atap gedung. "Kau lihat tadi? Akhirnya aku bisa melakukannya."

Ekspresi wajah Jaehyun berubah seratus delapan puluh derajat. Tiba-tiba terdengar suara robekan baju. Asal suara itu dari Jaehyun. Perlahan satu persatu tulang tumbuh dari punggung Jaehyun. Terbentuklah urat dan daging ditulang-tulang itu. Tak lama bulu hitam layaknya bulu burung timbul bergantian.

Tubuhku yang masih lemas karena kejadian sebelumnya kini menjadi dua kali lipat rasanya daripada sebelumnya.

Aku mulai sadar tentang perkataannya bahwa manusia tak akan bisa membantu menangani masalahnya.

Sejak saat itu sifat Jaehyun berubah. Ia seperti bukan Jaehyun yang ku kenal. Ia lebih seperti monster yang haus akan segalanya.

Tidak dia memang monster.

Dan aku membencinya.

♦️ To be continued.

NB : Mungkin Nanti ada tahap revisi jadi maklumin ya :)

Devil Who's Protect Me | LuMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang