XII. Taeyong Side (Maybe)

81 15 2
                                    

Aku terbangun dari tidurku. Tubuhku saat ini sudah tak memakai sehelai benangpun. Aku memandang ke sekeliling kamarku.

Tidak ada Jaehyun.

Mungkinkah itu semua mimpi? Tapi bagaimana caranya aku bisa tertidur. Dan juga kenapa aku harus telanjang seperti ini. Aku melihat keluar kamar dan memang aku tak melihat siapapun disana.

"Minhyung?."

Sepertinya Minhyung juga sudah berangkat ke sekolah. Ku lihat hampir saja pukul sembilan saat ini. Aku dengan segera bergegas mandi dan berangkat kuliah.

Setelah selesai berbusana, aku mengambil tas ku lali menuju halte bus. Sepanjang perjalanan aku seperti melupakan sesuatu. Aku sudah mengecek semuanya dan tidak ada yang tertinggal sama sekali.

Usai kelas, aku kemudian berangkat ke tempat kerja paruh waktuku. Ku lihat kafe belum buka sama sekali. Aku sedikit heran karena sudah hampir jam makan siang namun belum kafe belum buka.

"Mungkinkah hari ini sedang tutup? Kenapa tak kabari aku?." gumamku.

Aku kemudian memutuskan untuk pulang dan beristirahat saja. Entah kenapa kejadian dalam mimpiku tadi terasa nyata. Atau memang itu benar-benar terjadi semalam?

Sesampainya dirumah, aku pun berhati-hati dengan mengintip dalam rumahku terlebih dahulu agar tak terjadi kejadian seperti didalam mimpiku semalam.

Syukurlah tak ada Jaehyun. Aku kemudian bergegas masuk kedalam rumah dan mengunci pintu ku dari dalam. Saat aku berbalik aku dibuat terkejut karena Jaehyun hanya berjarak beberapa centi saja dariku.

'plak'

"Sialan!." tanganku refleks menampar wajah Jaehyun. "Bagaimana kau bisa masuk brengsek!."

"Kau punya bir? Dirumahku habis?."

Sial. Rupanya kejadian kemarin bukan mimpi. Lalu bagaimana dengan aku yang terbangun dengan tubuh telanjang. Mungkinkah..

"Kau kan punya uang. Kenapa minta padaku?!." ucapku dengan nada membentak. "Ayah dan ibu meninggal semalam."

'plak'

"Apa kau bilang?."

"Kenapa kau menamparku terus menerus?." eluh Jaehyun. Tubuhnya kemudian merendah dan bersandar pada kakiku. Jadi ini alasan Jaehyun berpakaian rapi seperti ini. Itu juga penyebab kafe tutup tadi. "Kenapa kau baru bilang sekarang!."

Mataku mulai menitihkan air. Orang tua Jaehyun sangat baik padaku. Bahkan ia memberikan restu padaku dan Jaehyun pada hubungan ini. Tak kusangka mereka pergi secepat itu. Keduanya sudah ku anggap seperti orang tuaku sendiri.

"Cepat antar aku ke pemakaman. Mereka sudah dikremasi kan?." tanyaku.

"Jaehyun tertidur dengan memeluk kedua kakiku." hatiku merasa iba pada Jaehyun saat ini. Untuk saat ini aku melupakan tentang monster yang ada di dalam tubuh Jaehyun.

Jaehyun sepertinya sangat tertekan saat ini. Bau alkohol dari tubuhnya menyeruak. "Kau kan tak terlalu kuat minum, kenapa harus kau paksakan."

Aku memeluk tubuh Jaehyun walau bau alkoholnya sangat menyengat hidungku. Air mataku tak henti-hentinya menetes.

"Bangun bodoh. Tubuhmu tak seringan dulu."
aku menyeret tubuh Jaehyun dengan susah payah ke dalam kamar mandi kamarku. Aku melepas satu persatu pakaiannya.

Tubuh Jaehyun benar-benar berbeda dari sebelumnya. Namun bukan saatnya memikirkan hal kotor itu disaat keadaan seperti ini.

Aku melihat sesuatu yang aneh di bagian pinggang kiri Jaehyun. Terlihat seperti luka tembak dan bekas cakaran disana. Luka terlihat belum terlalu kering. Bagaimana Jaehyun bisa mendapatkan luka seperti ini?.

♦️

Lantas aku membuat sup pereda pengar. Suara pintu berbunyi. Kedengarannya Minhyung pulang dari sekolahnya. "Hyung ada makanan apa?."

"Kau lapar? Kau mau sup juga?." tanyaku. "Untuk siapa itu? Jaehyun? Dia mabuk-mabukan lagi?."

Seketika aku melemparkan sendok ke arah Minhyung. "Jaga ucapanmu itu. Sudah kubilang panggil dia dengan benar!."

"Lupakan saja. Aku akan makan diluar."

Aku harus menahan emosiku. Entah kenapa Minhyung akhir-akhir ini sedikit kurang ajar padaku. Sepertinya aku terlalu membiarkannya bergaul dengan orang sembarangan.

Suara pintu kamarku berbunyi. Sepertinya Jaehyun sudah sadar. "Kau tak ada baju lain? Ini terlalu kecil bagiku." keluh Jaehyun. "Hei bodoh. Kalau saja tubuhmu masih seperti dulu, maka akan muat-muat saja pakaian itu."

Minyung turun dari kamarnya. Ia memandang Jaehyun dengan tatapan menyebalkannya. "Hei Minhyung mau kemana kau?."

"Sudah kubilang aku akan makan diluar!." Minhyung pun pergi. Kini tinggal aku dan Jaehyun.

"Cepat makan ini. Aku ingin berbicara padamu."

Jaehyun menurutiku. Ia memakan sup itu dengan sangat terburu-buru seperti orang yang belum makan berhari-hari. "Cepat apa yang ingin kau katakan?!."

"Kau ini sebenarnya manusia atau bukan?."

"Bukan." jawab Jaehyun singkat. "Sekarang aku akan bertanya balik. Kau masih menyukaiku atau tidak?."

"Jawab dulu pertanyaanku dengan lengkap. Kau ini sebenarnya apa?!."

'uhuk uhuk'

"Bodoh! Kalau makan itu pelan-pelan!." aku mengambilkan segelas air untuk Jaehyun. "Aku memang bukan dari sini. Tapi aku dibuang ke dunia ini." tutur Jaehyun.

"Kita sebenarnya berbeda dimensi. Lihat ini."

Suara sobekan baju. Sial, kini giliran bajuku menjadi korbannya saat ini. Kedua sayap Jaehyun terbentang. Barang-barang dirumahku hampir berjatuhan karena sayap Jaehyun yang memenuhi rumahku itu. "Iya aku sudah tahu itu."

"Sebentar lagi, mungkin aku tak akan bisa bertemu denganmu lagi. Aku harus kembali ke tempatku semula. Itulah alasanku me-"

'brak'

Aku memukul meja makan dengan keras. "Kenapa kau tak bilang dari awal! Kenapa kita harus berpisah sekarang. Kau sudah lupa janji kita?." ucapku tak rela.

"Melihatmu seperti ini, membuatku memiliki alasan untuk bertahan agar dapat tinggal disini lebih lama."

Kedua sayap Jaehyun menghilang bak menjadi debu. "Sisa waktuku tak banyak. Mungkin ini saatnya aku berkata selamat tinggal padamu."

'plak'

"Berani-beraninya kau bodoh! Apa.. apa kau lupa kita belum menyelesaikan liburan kita sebelumnya? Dan juga masih banyak hal yang belum bisa kulakukan denganmu." tak sadar, air mataku kembali mengalir.

"Tenang saja. Masih ada sedikit waktu. Kita bisa mulai dari sekarang."

Sejak saat itu aku mulai menerima Jaehyun. Siapapun dirinya sebenarnya, kini aku sudah tak peduli. Dia adalah orang yang sangat penting bagiku saat itu juga. Kehadirannya benar-benar dapat mengisi hatiku yang sudah lama kosong itu.

Namun tak ku sangka itulah terakhir kalinya aku bertemu dengannya.


Benar.










Itu adalah kali terakhir aku bertemu dengannya.

























Minhyung.









♦️ To be continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devil Who's Protect Me | LuMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang