XI. Taeyong Side (Last Time)

79 12 0
                                    

Semenjak kejadian sebelumnya, aku selalu menjaga jarak dengan Jaehyun. Bahkan di hari ulang tahunnya yang selang beberapa hari saja, aku hiraukan.

Ketakutan menghantuiku. Aku selalu merasa resah setiap saat.

Hingga suatu hari ada panggilan dari wali kelas Minhyung. Aku tidak menjawab panggilan itu karena ponselku sedang kehabisan baterai.

Minhyung pulang bersama Jaehyun. Seketika aku terkejut dengan penampilan Jaehyun. Tubuhnya yang sebelumnya kurus, kini berubah seratus delapan puluh derajat.

Bahkan dia yang sebelumnya selalu menjaga rambutnya agar senantiasa rapi, kini menjadi berbanding terbalik. Rambutnya kini sudah memanjang dan acak-acakan. Aku semakin ketakutan melihatnya.

"Punya ponsel itu dijaga, jangan hanya dipakai sebagai pajangan. Minggir." seperti biasa, Minhyung selalu bersikap kasar padaku. Aku sedikit kebingungan dengan maksud perkataannya.

Jaehyun masih diluar sana menunggu perintahku agar memperbolehkan dirinya untuk masuk. Aku masih takut untuk berbicara dengannya. Bahkan aku pun tak berani untuk menatap matanya.

Aku hendak menutup pintu namun Jaehyun menahannya. "Bisa kita bicara sebentar?." suara Jaehyun juga berubah drastis. Aku tak berani menjawabnya. Alhasil aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Kau sakit?." tanya Jaehyun. "Kau tak menyuruhku untuk masuk dulu? Apa ada yang salah denganku?."

"Aku baik-baik saja. Bisa sedikit lebih cepat? Aku sedang sibuk." ucapku yang membelakangi Jaehyun.

Tiba-tiba saja Jaehyun memelukku dari belakang. Aku sedikit merinding ketika kedua tangan Jaehyun melingkar di perutku. "Apa kau tak merindukanku?." Jaehyun menyandarkan kepalanya pada punggungku.

Argh. Aku sangat menyukainya. Aku sangat menyukai ketika Jaehyun bertingkah manja seperti ini. Sifatnya memang masih belum berubah. Tapi masih ada sedikit ketakutanku terhadapnya.

"Minhyung tadi bertengkar dengan teman sekelasnya. Saat aku datang, Minhyung berada di ruang konseling dan sedang disidang oleh guru lainnya. Aku sudah bertanya padanya tentang masalahnya namun dia hanya diam." ujar Jaehyun. Ia masih memeluk tubuhku dengan erat.

Dapat kurasakan tubuh atletis Jaehyun itu. Seharusnya aku ketakutan. Namun aku menjadi sedikit tertarik dengan penampilan barunya. "Oh begitu. Terimakasih sudah datang untuk Minhyung."

"Kau tak merindukanku? Sudah lama kita tidak melakukannya. Apa kau ingin melakukannya denganku malam ini?." tangan kiri Jaehyun meraba-raba area sensitifku

Seketika aku melepaskan pelukan Jaehyun. Aku menampar wajahnya dengan sekuat tenaga. "Pulanglah. Aku sedang ingin sendiri."

Aku menutup pintu dengan sedikit keras. Aku menyandarkan punggungku pada pintu. Mendadak kakiku terasa lemas. Ucapan Jaehyun tadi membuatku salah tingkah. Ingin rasanya aku teriak saat itu juga.

Aku mengintip lewat lubang pintu untuk memastikan Jaehyun sudah pergi atau belum. Kulihat tak ada seorangpun disana. Aku pun kemudian teriak bak orang keranjingan.

Minhyung tiba-tiba langsung turun dari kamarnya dengan membawa tongkat baseball karena teriakanku tadi. "Apa? Ada apa?."

"Ti- tidak ada apa-apa. Hanya main-main saja." ujarku pada Mark. "Oh ya kebetulan kau ada disini, ada masalah apa kau disekolah? Kenapa harus memanggil Jaehyun?."

"Bukan apa-apa. Sudahlah lanjutkan saja teriakanmu tadi. Buat panik saja." ucap Mark acuh lalu kembali menuju kamarnya.

Jika Minhyung sudah berbicara seperti itu, percuma saja kalau menasehatinya. Tapi aku tetap mencoba memgejarnya lalu menggodanya.

Devil Who's Protect Me | LuMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang