"Ayo kita berkencan."
_______________________
Semuanya bermula ketika Shin Woori dan Na Jaemin bersembunyi di dalam satu ruangan yang sama saat berusaha menghindar dari seseorang yang selalu mengganggu mereka.
Kesepakatan konyol yang dibuat karena s...
Jaemin menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebar. Mereka baru saja kembali dari pariwisata sekolah dan kini tengah berdiri di hadapan rumah Woori.
"Kita benar-benar berkencan, kan?"
"Iya, Jaem."
"Kau menyukaiku?"
Woori menganggukkan kepalanya. "Iya. Aku menyukaimu dan kita benar-benar berkencan. Sekarang, pulanglah."
Masih dengan senyuman lebarnya, Jaemin mengacak pelan rambut Woori.
"Kau satu-satunya orang yang kubiarkan melakukan ini" kata Woori dengan bibir mengerucut dan jari telunjuk yang mengarah ke rambutnya. "Berantakan, Jaem."
"Aku akan merapikannya untukmu," kata Jaemin sembari merapikan helaian rambut Woori dan sesekali mengusap kepala gadis itu lembut.
Woori memperhatikan Jaemin lalu menghela napas pelan. "Jaem, haruskah kita memberi tahu teman-teman jika sebelumnya kita hanya pura-pura berkencan?"
"Kenapa?" tanya Jaemin bingung.
"Tidak. Aku hanya merasa tidak enak."
"Tidak perlu. Cukup kita berdua saja yang tahu soal itu. Lagi pula, itu tidak penting lagi karena sekarang kita sudah benar-benar berkencan, bukan pura-pura."
"Benarkah?"
Jaemin memgangguk pelan. "Tidak perlu beri tahu siapa pun. Cukup kita saja yang tahu."
"Baiklah. Kalau begitu aku tidak akan mengatakan soal ini pada siapa pun."
"Keputusan bagus," kata Jaemin sembari mencubit pipi Woori gemas.
Woori menyingkirkan tangan Jaemin dari pipinya dengan wajah kesal. "Pulanglah."
"Kenapa kau terus mengusirku?"
"Karena aku ingin kau istirahat. Dan tentu saja aku juga ingin istirahat, Jaem."
Jaemin berdecak pelan. "Kau ini. Tidak ada romantis-romantisnya."
Woori mengerutkan dahi bingung. "Apa hubungannya tidak romantis dengan perkataanku barusan?"
"Tidak," sahut Jaemin pelan. "Aku pulang."
Woori menganggukkan kepalanya dengan senyuman dan melihat Jaemin yang mulai melangkah menjauh.
"Aku akan mengirim pesan setelah tiba di rumah."
Woori kembali menganggukkan kepalanya dengan senyuman lebar. Sepertinya berkencan dengan Jaemin akan menyenangkan sekaligus merepotkan. Sikap posesif pria itu kadang membuatnya merasa tidak nyaman, tapi biarpun begitu Woori tetap menyukai Jaemin.
Getaran pada ponselnya membuat Woori merogoh saku celananya. Ia menatap Jaemin yang baru saja masuk ke dalam halaman rumahnya lalu kembali membaca pesan yang dikirim lelaki itu dan tersenyum lebar.
Jaemin :
Aku juga menyukaimu. Sangat.
🐰🐰🐰🐰🐰
Terima kasih banyak untuk kalian semua yang setia menunggu update-an cerita ini<3 Mohon maaf jika endingnya tidak sesuai ekspetasi:)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.