11 : Marah?

530 98 7
                                    

"Bagaimana filmnya? Kau suka?"

"Hah?"

Woori mengerjap pelan menatap Woojae yang duduk di depannya.

"Filmnya, kau suka?"

Woori mengangguk pelan menjawab pertanyaan sang kakak. Sementara pikirannya tertuju pada saat di bioskop. Jaemin terus menggenggam tangannya dari pertengahan hingga akhir film, membuatnya tidak bisa fokus menonton.

"Filmnya sangat seru, Hyung," sahut Jaemin tersenyum lebar kemudian meminun es americano-nya.

Woori menghela napas panjang dan meminum matcha green tea latte miliknya dengan pandangan tertuju pada Jaemin.

"Kenapa?" tanya Jaemin menyadari tatapan Woori.

"Tidak," sahut Woori cepat.

"Ayo, sekarang temani aku beli pakaian." Woojae bangkit dari kursi, menatap Woori dan Jaemin bergantian.

Woori mengangguk kemudian bangkit diikuti Jaemin.

"Apa yang akan Oppa beli?" tanya Woori pada sang kakak.

"Aku tidak tahu. Kau bantu pilihkan yang bagus," kata Woojae dengan senyuman lebar.

"Aku juga akan membantu, Hyung."

Woojae menatap Jaemin kemudian menganggukkan kepalanya. "Boleh. Sepertinya seleramu juga cukup bagus."

Woori menatap Woojae dan Jaemin bergantian kemudian menghela napas panjang. Mereka berdua sangat cocok.

Setelah menghabiskan waktu selama dua jam, akhirnya Woori selesai memilihkan pakaian untuk Woojae. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk langsung pulang karena waktu sudah mulai sore.

"Aku masuk duluan," ucap Woojae pada Jaemin dan Woori begitu mereka tiba di halaman rumah Woori.

"Iya Hyung. Terima kasih," sahut Jaemin tersenyum.

"Aku akan masuk. Kau juga pulanglah," ucap Woori pada Jaemin yang berdiri di hadapannya.

"Kau melupakan sesuatu," kata Jaemin dengan senyuman lebar.

"Apa?" tanya Woori dengan kerutan di dahi.

Jaemin merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel milik Woori yang sejak tadi disimpan olehnya. "Ponselmu," ucapnya sembari menyodorkan benda pipih tersebut pada pemiliknya.

Woori mengambil ponselnya dan menatap Jaemin kesal. Ia baru ingat jika pria itu mengambil ponselnya sejak tadi.

"Jika Mark mengirim pesan, jangan dibalas."

"Terserahku mau membalas atau tidak. Pergilah!"

Jaemin mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala Woori pelan. "Aku suka jika kau marah-marah."

Woori menepis tangan Jaemin dan menatap pria itu kesal. "Kau sudah melanggar banyak poin, Jaem!"

Jaemin terseyum kecil. "Apa hukuman bagi yang melanggar? Aku tidak ingat."

Woori terdiam mendengar ucapan Jaemin. Hukuman? Mereka tidak membahas soal itu sejak kesepakatan dibuat.

"Bagaimana dengan mentraktir makan sepulang sekolah?" tanya Jaemin dengan senyuman lebar.

Woori menatap Jaemin lama lalu tersenyum kecil. "Tidak. Jika ada yang melanggar, kita sudahi saja kesepakatannya."

"Apa?!"

"Jadi, jangan melanggar lagi!" ucap Woori kemudian memutar tubuhnya dan meninggalkan Jaemin yang masih terkejut.

💚💚💚

Fake Relationship ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang