10. Départ

45.3K 5.1K 156
                                    

"Panggil namaku lagi."

Mataku mengerjap berkali-kali sanking kagetnya. Panggil namanya? Kapan aku menyebutkan namanya? Bukankah aku berteriak dalam hati?

HUWA!

Aku hampir saja terjungkal ke belakang saat tangan kekar Arthur meraih kedua tangan ku. Aku ikut terduduk di tanah dengan ekspresi yang... Ah sudahlah. Jelas sangat kaget! Tanganku tiba-tiba di genggam loh! Di GENGGAM!

JANTUNG OH JANTUNG KUMOHON BERTAHANLAH!!

Senyuman tipis itu berganti dengan kekehan geli. Wait a minute, apa yang lucu tampan?! Kenapa kau tertawa? Apa ku bawa ke rumah sakit saja ya? Di sini ada rumah sakit tidak sih, atau kubawa ke dokter untuk periksa kejiwaan nya?

Kurasa karena terlalu lama bergelut di medan perang dan berkencan dengan tumpukan kertas, Arthur jadi sedikit melenceng dari kewarasan nya. Tapi tak apa, meskipun tidak waras aku masih suka kok, hoho!

"Isi kepala mu ini berisik sekali." Jari telunjuk dari tangan kanan nya mendarat di dahi ku.

Aku refleks memejamkan mata dan lagi-lagi pria itu tertawa. Apa sih yang lucu? Kok lama-lama aku kesal ya?!

Bentar, tunggu. Isi kepala ku berisik? Memangnya dia bisa membaca pikiran ku? Haha, jangan bercanda. Di dalam novel tidak pernah membahas jika Arthur--

"Ya, aku bisa baca pikiranmu."

FUCEK?! SERIUSAN?!!

"Ya, serius." Masih tertawa pria itu berdiri lalu mengulurkan tangan nya ke hadapan ku. Bermaksud membantu ku agar ikut berdiri.

Aku menerima uluran tangan nya masih dengan air muka syok. Ingin rasanya aku menggali lobang lalu bersembunyi di dalam nya sekarang juga. Jika kalian bertanya kenapa? Ya, karena aku MALU teman-teman!! Huhu hancur sudah image baik ku di depannya!

Arghh! Jadi dari awal bertemu dia sudah membaca pikiran ku? Oh astaga, boleh tidak aku kabur saja? Aku tidak kuat menahan rasa malu ini sungguh!

"Aku membaca pikiran mu sejak awal namun sekarang baru aku mengerti. Kata-kata dalam kepala mu saat pertama kali kita bertemu itu sedikit membingungkan. Aku tidak pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya. Jadi tak perlu merasa malu."

Oh wow. Barang sedikit pun kemarin dia tidak ada niatan untuk tersenyum tapi sekarang malah tertawa dan banyak bicara? Aku tidak bisa mencerna perubahan yang tiba-tiba ini. Damage nya membuat jantungku tak aman!

"Damage?" Tanya Arthur bingung.

"Bukan apa-apa!" Ah, kenapa nada bicara ku jadi aneh seperti ini? Bikin malu saja.

"Maaf menyela. Ta-tapi kita harus segera berangkat nona."

Oh astaga, aku bahkan hampir lupa dengan tujuan ku sendiri! Dasar bodoh!

"Kau mau pergi?"

Aku mengangguk. Rasanya sedikit aneh tiba-tiba langsung berbicara santai karena aku sudah mulai terbiasa dengan dunia ini. Tapi tak apa, justru malah bagus bukan?

"Maaf kalau aku lancang. Tapi aku harus bergegas pergi, Yang Mulia. Kami pamit undur diri." Aku mundur sedikit sebelum membungkuk hormat. "Sampai jumpa, Yang Mulia. Semoga setiap langkah Yang Mulia di berkati."

"... Ya. Sampai bertemu lagi."

Aku melangkah pergi dengan Olive yang mengekor di belakang setelah melemparkan senyuman tipis. Walau tidak rela berpisah, mau tak mau aku harus melakukan nya. Bisa bertemu tanpa di duga seperti ini saja aku sudah senang sekali.

Kyaa!! Rasanya aku tidak mau mencuci tangan ini berbulan-bulan!

Sadarlah! Sadar! Arghh! Apa dia masih membaca pikiran ku? Semoga saja tidak!

Fall into another world | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang