30. planifier

18.7K 2.4K 24
                                    

"Dan seperti itu lah bagaimana kau bisa masuk ke dalam raga Joey."

Wajar jika respon Aletha cukup terkejut setelah mendengarkan cerita singkat dari Rose sewaktu mereka kecil. Ternyata hidup Joey lebih rumit dari yang pernah ia bayangkan.

Dan awalnya ia yang menganggap sihir itu mustahil ada, sekarang ia percaya. Terlebih lagi ia sudah bolak-balik ke dimensi lain seperti ini meski sulit untuk di percaya dan tidak masuk akal. Namun ini lah kenyataan nya.

Takdir nya benar-benar sebuah lelucon. Seperti cerita dongeng saja.

"Aku tidak langsung menuruti permintaan Joey." Lia atau yang biasa di panggil Rose di 'dunianya' itu mendengus pelan. "Kami meminta nya untuk istirahat dan memulihkan kondisi tubuh nya dahulu agar aku bisa dengan mudah memindahkan jiwa nya."

"Jadi kau memindahkan nya setelah acara debutante?" Tebak Aletha dan Rose mengangguk.

"Aku tidak tahu jika Joey sampai semabuk itu saat debutante. Karena aku sudah ke tempat ini lebih dulu untuk mencari kondisi jiwa seseorang yang bisa ku pindahkan ke raga Joey. Dan kebetulan sekali, aku bertemu denganmu."

Aletha meraih tangan Rose dan mengusap punggung tangan gadis itu pelan. "Pilihan mu tidak salah. Kau sudah berusaha keras."

"Kau boleh membenci ku jika kau mau, Aletha."

Aletha menggeleng beberapa kali. "Aku tidak ada alasan untuk membenci mu. Aku justru bersyukur karena berkat mu, aku bisa menghilang dari dunia yang melelahkan ini meski hanya sebentar."

"Anu, maaf saya mengganggu latihan drama nona-nona sekalian, kita sudah tiba di tempat tujuan." Ujar supir taxi yang menggaruk belakang kepala nya yang tak gatal.

Aletha dan Rose sontak menahan tawa mereka. Untung sih di sangka sedang latihan drama. Daripada di sangka yang macam-macam seperti orang gila atau sudah tidak waras.

"Terimakasih pak, kembalian nya ambil saja." Rose memberi selembar uang yang nilai nya lebih dari ongkos yang seharusnya. "Dan tolong rahasiakan dialog drama kami tadi ya, pak. Soalnya drama nya belum di pentaskan."

Pak supir itu lantas mengangguk dengan senyuman ceria. "Siap, nona."

Kedua gadis itu pun turun dari mobil taxi yang mulai melaju setelah meninggalkan mereka di sebuah taman yang sangat ramai. Taman yang terkenal hingga ke luar negri itu memang tidak pernah sepi oleh pengunjung hingga larut malam sekalipun.

Terlebih lagi sekarang akhir pekan. Mereka mungkin akan sulit menemukan Arthur di antara lautan manusia ini. Apalagi mereka hanya bermodalkan bertanya pada orang-orang sekitar saja.

"Baiklah, kau cari sebelah sana, aku akan mencari di sebelah sana." Tunjuk Aletha menginteruksi dan Rose mengangguk. "Kita akan kembali bertemu di dekat air mancur itu setelah puas mencari, oke?"

Rose mengangguk mengerti dan mereka mulai bergerak.

Kaki panjang Aletha semakin menelusuri luasnya taman. Kalau ia tidak salah, di sekitar taman ini di tumbuhi oleh beberapa pohon apel yang berjejer.

Disana sering menjadi tempat orang-orang untuk bersantai seperti mengadakan piknik, belajar bersama, atau hanya sekedar berbincang-bincang saja untuk menghabiskan akhir pekan mereka.

Dan di sana, ada satu lagi kegiatan, yang paling banyak mendapat perhatian semua orang. Kegiatan yang dilakukan dengan meniru objek yang di tangkap oleh pandangan nya, dan di torehkan keatas kertas putih melalui alat seperti pensil atau pun kuas.

Ya, apalagi kalau bukan melukis!

Wah, ia benar-benar tidak menyangka bahwa instingnya bisa sehebat ini. Ia benar-benar berbakat menjadi peramal atau cenayang nih.

Fall into another world | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang