08. Sur les sentiments

49K 5.4K 112
                                    

Suara cuitan merdu para burung yang saling bersahutan bagaikan alarm alam bagiku. Cahaya matahari yang masuk di sela-sela kaca jendela yang tinggi itu berusaha menerobos kelopak mataku yang masih tertutup rapat.

Belum lagi suara dengkuran dan nafas seseorang dari sisi kanan dan kiri ku ini mau tak mau membuatku terbangun dengan paksa. Aku langsung duduk dan menatap dua manusia yang mengepit diriku di tengah-tengah dengan kesal.

Iris yang tidur menghadap kearah ku dengan pose cantik nya. Cantik sih cantik tapi nafas nya nyapu wajah orang dong. Dan di sebelahnya lagi ada Amon yang dengkuran nya sudah seperti dengkuran naga.

Kalian ingin tau apa yang terjadi? Yah, mereka tidur bersama ku semalam karena hari ini aku akan pergi ke negara tetangga. Mereka bahkan menawarkan diri untuk menemaniku. Baik sekali.

Tapi tentu saja pak tua itu tidak setuju. Iris dan Amon sama-sama punya kegiatan dan pekerjaan. Jika mereka pergi mengikuti ku, akhirnya ayah lah yang membereskan kekacauan yang mereka tinggalkan. Aku sedikit mengerti sih perasaan nya. Membereskan suatu masalah bukanlah perkara mudah.

Lihatlah sekarang. Gara-gara mereka aku jadi tidak bisa tidur nyenyak dan mereka seperti tanpa dosanya justru masih tertidur pulas.

Yasudah deh. Tinggalkan saja mereka.

“No--”

“Stt!”

Olive baru saja hendak bersuara namun aku menyela sambil menggeleng. Dengan gerakan perlahan aku menuruni ranjang lalu berjalan mendekati Olive yang membawa air cuci muka beserta handuk kecil.

Lebih praktis pergi seperti ini. Malah jika mereka terbangun akan sangat merepotkan. Entah tingkah ghaib apalagi yang akan Amon lakukan nanti. Jadi lebih baik mereka tidak menyaksikan kepergian ku. Walaupun aku sendiri rasanya tidak mau pergi hiks.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain pasrah. Selamat tinggal Kekaisaran Zherion, Kerajaan white wood aku datang! Sampai jumpa juga Grand Duke yang sangat tampan dan mempesona! Baru juga bertemu sekali sudah di pisahkan saja. Memang seperti nya kita tidak jodoh.

Olive berbisik. “Nona mau bersiap sekarang?” Yang ku balas dengan anggukan lalu berjalan ke kamar mandi yang berada di sudut kamar luas ini.

“Aku bisa mandi sendiri, kau siapkan saja gaun yang akan ku gunakan nanti.” Ujar ku sebelum menutup pintu kamar mandi dari dalam.

“Baik.” Balas Olive sambil berbisik.

××××

“Yang Mulia, ada surat dan undangan dari keluarga Duke Russel, Kerajaan White wood.” Filip menyerahkan sepucuk surat pada Arthur yang sedang bergelut dengan tumpukan kertas di atas meja kerjanya.

Pria tampan bersurai segelap langit malam itu melirik sekilas. Tampak tak tertarik dan bodo amat dengan apa yang ada dalam surat tersebut. Ia lebih tertarik pada kertas-kertas di hadapan nya.

Filip menghela nafas singkat. Lelah melihat Arthur yang sama sekali belum merubah posisi nya sejak tadi malam. Pinggang nya tidak sakit apa duduk di sana terus? Dasar penggila kerja akut.

“Saya letakkan di sini.” Akhirnya Filip meletakkan sepucuk surat berlambang keluarga Duke Russel itu di atas meja kerja Arthur. Tepat di hadapan Arthur. “Saya pamit undur diri. Jika butuh sesuatu panggil saya.”

Filip berbalik. Berjalan keluar kemudian menutup kembali pintu ganda ruang kerja tersebut. Lagi-lagi pria bersurai cokelat itu menghela nafas. “Aku ini pengasuh atau sekertaris nya sih.”

Sementara Filip mendumel di luar ruangan, Arthur kembali melirik surat yang tadi sekertaris nya berikan. Tangan nya yang tadi sibuk menuliskan sesuatu, kini berhenti dan beralih meraih surat itu.

Fall into another world | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang