02. soeur du personnage principal

74.6K 7.3K 60
                                    

“Joey! Berhenti! Ganti piyama mu dulu!” Gadis cantik bernama Iris mengejar Aletha yang berlarian di lorong kediaman mereka sambil melihat ke sekitar. Bukan, apa harus ia sebut Kediaman Berenice yang ada di novel 'Sun and Moon'?

“Olive! Lila! Bantu aku menangkap Joey!” Teriak Iris pada dua orang pelayan yang tengah asyik mengobrol di lorong yang baru saja Aletha lewati.

“Baik, nona!” Jawab Lila lantang.

Sementara Olive mengeluh tidak semangat. “Oh ayolah... Padahal masih pagi seperti ini nona Joey sudah membuat masalah saja.”

“Cepat bergerak! Kau pelayan pribadi nya, bodoh!” Lila menarik Olive agar berlari dengan cepat mengikuti langkahnya.

Pandangan Aletha berpendar ke setiap sudut tempat yang ia lewati dengan ekspresi kagum. Ia bahkan tidak berhenti tertawa cekikikan karena merasa sangat senang bisa masuk ke dalam dunia novel yang paling ia sukai. Meskipun ini hanya mimpi, biarkan ia menikmati waktunya di dunia ini terlebih dahulu.

Bruk!

“Aw!” Ringis Aletha. Terlalu terlena dengan imajinasi sampai membuat dirinya tersandung sesuatu dan berakhir tersungkur dengan posisi menelungkup. Untung saja wajah nya tidak ikut terseret.

Ia cepat-cepat kembali berdiri dengan kedua kaki nya yang berdenyut nyeri. Ia tidak peduli dengan rasa sakit. Yang ia perdulikan sekarang hanyalah 'mengamati dunia ini sampai puas!', itulah yang di pikirkan gadis berusia 18 tahun ini.

Ia berusaha berlari dengan sekuat tenaga agar ia tidak berakhir tertangkap oleh tiga orang yang mengekor di belakang nya. Ketiga orang tersebut sudah berulang kali memanggil dan meminta Aletha berhenti, namun empunya justru tak mengindahkan teriakan mereka.

“Adik berhenti!! Kau boleh kembali berkeliling jika sudah membersihkan tubuhmu!”

Teriakan Iris kali ini membuat Aletha mendadak mengerem langkah nya. Gadis itu sontak berbalik dengan tatapan berbinar yang sangat menyilaukan.

“Beneran?!” Tanya nya antusias namun sedetik kemudian berubah cemas. “Tapi 'gimana kalau abis mandi aku malah bangun?”

“Kau ini bicara apa sih dari tadi? Jangan membuat kakak khawatir! Kemarilah! Kau bukan anak berusia 5 tahun lagi Joey!” Akhirnya Iris berhasil menarik Aletha kembali menuju kamarnya.

“Sudah kubilang aku bukan--” Ucapan Aletha menggantung kala ia mengingat sesuatu. “Tunggu, tadi kakak memanggil ku Joey?”

“Iyalah! Tidak mungkin kakak memanggilmu Olive!” Kesal Iris yang sudah naik pitam. Untung saja Aletha pasrah di seret olehnya.

“Maksud kakak, aku Joey Gretl Berenice yang penyakitan itu?” Tanya Aletha tanpa sadar.

Langkah besar penuh semangat yang tadinya tercipta, mendadak terhenti dan hampir saja membuat Aletha menabrak punggung kokoh Iris.

Kepala Iris perlahan menoleh ke belakang. Tepatnya ke arah Aletha yang baru saja sadar dengan ucapan nya. Ia sudah sedikit keterlaluan. Lagi-lagi ia menyakiti perasaan orang lain bahkan di dalam mimpi.

Aletha menunduk saat Iris menatap nya tajam. Ia bisa mengerti kenapa Iris marah padanya. “Siapa yang berani mengata-ngatai adikku seperti itu?” Nada dingin Iris membuat Aletha tersentak.

“Ma-maafkan aku.” Lirih Aletha tidak berani mengangkat kepalanya.

Terdengar suara gertakan gigi dari arah Iris. Meski ia sangat ingin melihat bagaimana ekspresi sebenarnya saat pemeran utama marah, sekarang ia harus lebih paham akan situasi.

Dirinya lah yang membuat Iris marah dan bukan pemeran utama laki-laki seperti yang seharusnya. Padahal ia ingin melakukan hal yang menyenangkan dalam mimpi yang ajaib ini.

“Kakak tidak ingin kata maaf darimu. Yang kakak inginkan adalah jawaban. Siapa yang berani mengata-ngatai mu seperti itu?” Iris mengulangi pertanyaan yang sama dengan nada dingin yang juga masih sama.

“Aku nggak bermaksud--”

“Bicara lah yang jelas! Kakak sedang tidak ingin bercanda, Joey!” Amuk Iris membuat Olive dan Lila yang berdiri di belakang mereka menunduk takut.

Duh, kelihatannya aku emang harus makek bahasa baku biar Iris paham tapi agak geli 'gimana gitu jadinya, Batin Aletha Dilema.

“A-aku yang mengatakan nya sendiri, ” Aletha berusaha mengatup mulutnya, sebenarnya ia tidak ingin mengatakan hal ini bila memang seandainya ia sekarang sedang menjadi Joey. Namun, ia terpaksa mengatakan nya karena situasi. Toh ini juga di alam mimpi, pikirnya. “... Aku sadar diri.”

Kayaknya aku punya bakat akting deh. Batin Aletha memuji dirinya sendiri.

Ia masih tak berani mengangkat kepala meskipun Iris sudah bergeming sekarang. Ia sangat penasaran bagaimana reaksi sang pemeran utama selanjutnya.

Aletha dapat melihat kaki Iris yang bergerak lalu berhenti tepat di hadapannya. Sepasang tangan ramping terulur padanya dan memaksa agar ia menatap mata lawan bicaranya.

“Dengarkan kakak baik-baik,” Ujar Iris dengan tatapan mata amat serius. Aletha tahu saat ini ia tidak boleh menyela. “Kau, Joey Gretl Berenice. Adik dari Iris Vias Berenice dan Putri bungsu seorang Count. Tidak ada seorang pun yang akan berani mengganggu mu jika orang itu cari mati dengan kakak, ”

“Apalagi jika Kak Amon tahu ada yang berani macam-macam denganmu. Bisa-bisa orang itu akan lenyap besoknya.” Tambah Iris berhasil membuat kedua bola mata besar milik Joey membulat.

Tatapan mata yang teramat serius tadi seketika berubah menjadi tatapan penuh kekhawatiran. “Maaf kakak memarahi mu sampai kau jadi kaget seperti itu. Kakak hanya kesal jika benar-benar ada orang yang berani menganggu mu dan terlebih lagi kau bercanda di saat kakak sedang serius. Maka dari itu kakak jadi hilang kendali.” Iris menghela nafas kemudian melepaskan tangan nya dari wajah mungil Joey.

“Ayo kembali ke kamar.” Tangan Iris menggenggam tangan Joey erat sementara Aletha dalam hati masih terkejut dengan perlakuan hangat yang sudah lama tidak ia terima. Setelah kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan, ia di rawat oleh paman dan bibinya yang workaholic. Selalu pulang sebelum subuh. Dan berambisi akan prestasi. Tidak pernah peduli pada perasaan Aletha dan selalu mengekangnya agar memiliki nilai tinggi sedari kecil.

“Duduk di sini. Kakak akan mengobati luka di lutut mu.” Tanpa sadar mereka sudah kembali ke kamar karena Aletha melamun memikirkan bagaimana kehidupan nya berjalan tanpa merasakan kasih sayang setelah tumbuh remaja. “Kaki mu berdarah seperti ini kau masih ingin berlari. Aneh-aneh saja kau ini. Jika Ayah dan Ibu tahu, pasti kakak yang akan di salahkan.”

Aletha terkekeh. Dalam novel 'Sun and Moon', Joey justru memiliki kehidupan yang berbanding terbalik dengan dirinya. Joey nyaris memiliki segalanya kecuali umur yang panjang dan cinta sejati. Sayangnya hingga akhir, penulis tidak memberitahukan orang yang Joey cintai.

Apa boleh ia menikmati menjadi Joey walau hanya sebentar?

“Jika aku sudah terbangun nanti, ku harap aku masih mengingat kakak.” Ujar Aletha tulus membuat Iris tertawa pelan.

“Kau pikir, kau sedang bermimpi?” Tanya Iris tak habis pikir. Tangan nya sibuk mengobati luka pada kedua lutut Joey. “Apa muka mu perlu di cuci kembali? Atau... ”

Iris dengan sengaja menekan luka pada lutut Joey hingga empunya meringis. “Sakit kak!” Aletha mengerucutkan bibirnya. “Tega sekali sih.”

“Supaya kau sadar bahwa ini bukan mimpi.” Iris tersenyum sementara Aletha tersentak kaget.

Bukankah ia baru saja merasakan rasa sakit? Apa ini tanda nya ia benar-benar sedang tidak bermimpi?

Aletha tiba-tiba saja menampar pipi Joey–dirinya sendiri hingga membuat Iris kaget. Gadis itu menggeleng saat kembali merasakan rasa sakit di sekitar pipinya.

“Apa yang kau lakukan?!” Baru saja ia bisa menghirup udara dengan tenang, Joey–Aletha kembali bertingkah.

Aletha termangu karena akhirnya sadar bahwa ini bukanlah mimpi yang seperti ia pikirkan.

“... Nggak masuk akal.”

Fall into another world | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang