Riri diam mematung di hadapan pagar sebuah rumah yang tinggi menjulang, berkali kali ia memastikan alamat rumah yang di berikan kakak kelasnya, takutnya salah rumah kan malu. Setelah mengirim pesan pada kakak kelasnya bahwa ia sudah sampai di depan rumahnya, Riri menunggu gak berani ngapa ngapain sebelum ada instruksi dari kakak kelasnya.
Gerbang nya sedikit terbuka menampilkan seorang laki-laki dengan wajah bantalnya, Riri sedikit kaget sih kirain dia bakalan cewek, taunya cowok.
“Masuk aja,” katanya sedikit melipir memberikan akses untuk Riri.
Riri menggeleng. “Ga usah kak, saya tunggu di sini aja.” katanya menolak.
“Duh, gue harus nyari dulu buku buku nya, lu mau nunggu disini? Bakalan lama, panas.” balasnya.
Ia sempat berfikir sebentar kemudian akhirnya mengangguk lalu masuk ke dalam rumah kakak kelasnya.
Setelah mengucap salam kepada kedua orang tuanya yang kebetulan sedang ada di ruang tv, Riri ikut duduk sambil menunggu kakak kelasnya mencari buku buku catatannya.
“Siapa namanya, dek?” tanya salah satu dari mereka.
“Riri Wijaya Kusuma, om.”
“Kelas berapa?”
“Saya kelas sepuluh om, semester dua.” jawab Riri sopan.
“Ohh, begitu.”
“Kamu emangnya juara berapa, dek?” tanya seorang wanita paruh baya ketika suami nya tadi pamit untuk masuk ke dalam kamar.
“Aku gatau sih kalau sma tante, tapi waktu uas kemaren dapet juara satu, gatau deh kalau nanti bisa masuk umum apa enggak, hehe.” jelas Riri.
“Kalau waktu smp?”
“Ranking pararel tante, dari kelas satu sampe tiga juara umum satu.”
“Wih, hebat banget kamu, mama bangga kan? Soalnya tante aja dengernya bangga banget, jadi anak yang baik ya, nurut sama orang tua, oke?” ucapnya sambil mengelus pelan surai Riri sambil tersenyum manis.
Riri tersenyum lalu mengangguk, ia merasakan kepalanya tengah di usap pelan oleh wanita di hadapannya.
“Nih, sori ya lama, di tumpuk di kardus sama buku yang lain.”
Riri mengangguk kemudian tangannya mengambil alih paper bag yang di berikan kakak kelasnya itu. “Iya kak, gapapa, nanti paper bag nya saya kembaliin hari senin, kakak kelas berapa?”
“Gue kelas sebelas ipa satu.”
“Oke, makasih ya kak, tante Riri pamit pulang dulu ya, assalamualaikum.”
💬💬💬
“Kamu kenal dimana?”
“Hah? Apa, bun?” tanya Aksa melepas kedua earphone nya.
“Yang tadi, kamu kenal dimana?” tanya bunda sekali lagi.
Aksa mematikan ponselnya kemudian menggeser duduknya lebih dekat dengan bunda. “Aksa gak kenal bun, dia yang chat duluan pinjem catetan Aksa waktu kelas sepuluh.”
“Riri hebat deh, dia ranking pararel waktu smp katanya.” ucap bunda lagi membiarkan Aksa menempel padanya.
“BUNDA AKSA JUGA RANKING PARAREL YA WAKTU SMP!” balas Aksa. “Tapi emang iya sih bun, kata Juan juga dia ranking pararel tiga tahun waktu smp, gak pernah kalah.”
“Ya kamu beda lagi dong, kamu kan jagoannya bunda. Oh gitu, bunda suka deh.” celetuk bunda yang langsung mendapatkan tatapan heran dari Aksa.
“Kan udah punya ayah? Riri mah buat, Aksa lah bun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ーau
Teen FictionAksa Hastanta, kapten basket dengan segudang kemampuannya dalam dirinya yang luar biasa. Aksa, telah jatuh hati pada adik kelasnya di sekolah. Riri Wijaya Kusuma, hanya seorang gadis polos berparas cantik dengan otak encer, menduduki peringkat para...