p.s
ada media yaa, jd data nya harus on!!!“Serius gak mau gue anterin aja?” tanya Aksa entah untuk yang keberapa kalinya, lelaki itu ikut duduk di bangku yang memang sengaja di taruh di teras.
“Enggak, Kak. Naya jemput kok, sama yang lain juga.” jelas Riri, Aksa mengangguk lesu.
Selang beberapa menit sebuah mobil hitam terparkir di depan rumah Aksa, si pengemudi kemudian menekan klaksonnya lalu menurunkan kaca jendelanya, terlihat di dalam ada Naya yang duduk di kursi pengemudi di sampingnya ada Nadine lalu di jok belakang ada Anna.
“Aku duluan ya, Kak Asa. Bilang Buna aku pamit gitu, maaf ga pamitan langsung aku ga enak kalau harus bangunin Buna.” jelas Riri, Aksa kemudian bangkit mengantar Riri sampai pada pagar rumahnya.
Riri melambaikan tangannya tak lupa senyuman manisnya yang indah ia tunjukan kepada Aksa sebagai salam perpisahan hari ini. Aksa yang mendapat serangan dadakan hanya dapat menghela nafasnya kasar, Riri ini kayaknya enggak akan berhenti deh kalau belum lihat Aksa pingsan di depannya.
“Hati-hati.” ucap Aksa akhirnya, sedikit so cool karena menutupi rasa salah tingkahnya, soalnya malu kalau kelihatan sama temen-temen Riri yang lain.
“Iya.”
Aksa kemudian menutup pagar rumahnya yang tinggi, sambil sesekali tersenyum kecil mengingat beberapa kejadian hari ini yang sangat amat di luar ekspetasi nya, Riri memberikan harapan yang Aksa harapkan dari dulu, pokoknya hari ini memang harus Aksa lingkari di kalender rumah juga di ponselnya, bahkan jika harus Aksa ingin memberitahukan kepada semua orang, tapi jangan deh, alay nanti Riri enggak suka.
“Apanih, senyum senyum.” celetuk Bunda Tessa mengagetkan Aksa yang sedang menutup pintu Rumah.
“Dih, bikin kaget aja, Bunda.” celoteh Aksa.
“Ya kamu, senyum senyum mulu dari tadi, Bunda takut bukan Aksa.” katanya sedikit bercanda, sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.
“Yeu, enggak juga.”
“Halah, tadi juga kenapa tuh, Riri teriak teriak.” tanya Bunda.
“Aksa cubit, Bun.”
“Dih, cubit cubit, emang siapa kamu?” kata Bunda meledek Aksa.
Aksa hanya mendengus. “Pacar aku lah.”
Bunda melotot kaget, kemudian Aksa hanya bisa cengengesan enggak jelas lalu lari terbirit-birit takut di interogasi lebih sama Bunda.
Aksa kemudian membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya, tangannya membuka ponsel yang tergeletak di atas kasur karena sedari tadi notifikasi handphonenya terus menerus masuk.
••
Naya berulang kali bulak balik dari meja ke beberapa tempat stand makanan untuk mengambil pesanan bersama namun tetap saja di dominasi oleh pesanan miliknya sendiri.
“Abis?” tanya Nadine, ia melihat ke arah meja yang penuh makanan kemudian menatap wajah Naya sedikit was was, kalauh gak habis mubazir, sayang.
Naya mengangguk mantap, ia mengacungkan jempolnya. “Abis lah.” katanya setelah menegak minuman yang baru di pesannya yang sudah tersiss setengah.
“Gua mah bukan takut gak abis.” celetuk Anna. “Takut perutnya meledak anjir.” lanjutnya.
“Tenang, gue belum makan kok dari siang, santuy santuy.” balas Naya, mencoba menenangkan kekhawatiran para teman temannya.
“Yaudah lah, enggak aneh kok, gue malah aneh kalau si Naya makan nya dikit.” kata Riri, sambil mengunyah dimsum.
“Yeu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ーau
Teen FictionAksa Hastanta, kapten basket dengan segudang kemampuannya dalam dirinya yang luar biasa. Aksa, telah jatuh hati pada adik kelasnya di sekolah. Riri Wijaya Kusuma, hanya seorang gadis polos berparas cantik dengan otak encer, menduduki peringkat para...