Aksa keluar kamar ketika indera penciuman nya menangkap sebuah bau dari masakan, meski masih setengah sadar lelaki itu mampu mencapai dapur dengan selamat. Hanya ada Riri disana yang tengah memasak sarapan untuk Pagi ini, di meja makan ada Anna yang sedang tertidur sepertinya perempuan itu terpaksa karena Riri meminta nya.
“Dor!”
“Eh, udah bangun?”
Aksa tiba-tiba saja tersenyum malu, lelaki itu bahkan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Riri di buat keheranan ini baru saja Pagi atau memang setiap Pagi Kak Aksa ini selalu seperti ini? Bukannya menjawab, Aksa kini merosot, ia terbaring di lantai.
“Kak? Kenapa sih?”
“Duh, berasa simulasi gak sih, Ri?”
“Hah?”
“Simulasi rumah tangga kita nanti.” katanya, lalu Aksa kembali menutup wajahnya lalu cekikikan enggak jelas.
“Dih? Haha, ada ada aja pikiran nya.” balas Riri. “Ini aku yang bikin sarapan karena Naya tiba-tiba enggak ada, tau! Soalnya dia yang mau bikin sarapan katanya, eh malah enggak ada orangnya.” Jelas Riri.
Aksa dengan cepat langsung saja berdiri, ia berdeham berusaha untuk kelihatan menjadi cowok cool seperti biasa setelah melakukan hal random dan konyol seperti tadi.
“Yang tadi bukan, Aksa Ri.” katanya.
“Terus siapa?”
“Aska.”
“Dih, haha ada ada aja.”Riri tertawa lepas, merasa terhibur oleh guyonan Aksa Pagi ini. “Tapi, Kak liat Naya enggak sih?”
Aksa menggeleng sambil meminum habis air putih di dalam gelas yang baru saja di ambilnya.
“Sa! Lo tidur sama si Naren kan?” tanya Yoga yang baru saja masuk ke area dapur.
“Ambigu banget anjir.” balas Aksa mendecih.
Juan tertawa renyah, tak ingin ambil bagian pada obrolan aneh teman-temannya ia lalu menghampiri meja makan dimana Anna tengah tertidur yang sama sekali enggak terganggu dengan suara suara keras khas laki-laki di sekitar nya.
“Naren kemana deh? Kok enggak ada.” celetuk Rian, ikut menghampiri teman temannya di area dapur. Lalu semuanya serentak menghentikan kegiatannya, Anna-Juan dan Riri-Aksa langsung saja berpandangan ketika Yoga ingin melakukan hal yang sama namun siapa sangka kalau ternyata Rian sudah mengepalkan tangannya bersiap untuk menghajar Yoga kalau saja lelaki itu ingin seperti temannya yang lain.
“Eh, serius anjir itu dua orang kemana?” tanya Rian sekali lagi.
“Yaudah si, biarin aja mereka berdua paling juga udah pacaran, iya gak?” balas Yoga.
“Enggak tau anjir, kok lu bawa kita kita?” jawaban nyeleneh Juan mampu menyentil emosi Yoga yang saat itu juga lelaki yang tengah mengenakan kacamatanya itu sudah melepaskan sendalnya.
“Bocah gak waras, gini nih kalau cinta di tolak adek kelas.” celetuk Aksa mengekor di belakang Riri menjadikannya tameng kalau saja Yoga benar-benar melayangkan sandalnya.
Yoga diam tak menanggapi, namun ternyata lelaki itu tengah mengumpat di dalam hatinya ia masih berfikir keras bagaimana jadinya kehidupan kedepannya nanti bila terus berteman dengan Aksa yang semakin hari semakin enggak jelas.
“Berisik lu! Gue telfon si Sahlan juga nih?!” ancam Yoga, Aksa langsung saja mati kutu. Ia melipat bibirnya ke dalam mulutnya, masih merasakan malu jika mengingat nama Sahlan.
“Si anjir, licik lo!”
Dari arah atas turun Nadine dengan wajahnya yang sangat terlihat jelas kalau perempuan itu masih ingin melanjutkan waktu tidurnya, lalu duduk bergabung bersama dengan yang lain untuk menunggu sarapan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ーau
Teen FictionAksa Hastanta, kapten basket dengan segudang kemampuannya dalam dirinya yang luar biasa. Aksa, telah jatuh hati pada adik kelasnya di sekolah. Riri Wijaya Kusuma, hanya seorang gadis polos berparas cantik dengan otak encer, menduduki peringkat para...