#07

15 5 11
                                    

Entah kemana Aksa bawa Riri sekarang yang pastinya ini bukan arah ke rumahnya, mau nanya tapi harus teriak teriak, Riri udah males duluan nanti aja tunggu lampu merah baru dia tanya.

“Kak, ini bukan arah ke rumah aku.” kata Riri ketika Aksa baru aja menghentikan laju kenadaraannya, di depan sana lampu baru saja berubah merah.

“Kan gue emang gatau.” balas Aksa.

Riri diam, diam diam bingung.

“Loh terus ini mau kemana?” tanya Riri akhirnya penasaran juga ini dia mau di bawa kemana, enggak akan di culik kan?

“Gue mau makan dulu sih.”

“Makan apa kak?”

“Nyari nasi uduk atau ga nasi kuning.” balas Aksa yang diam diam memperhatikan wajah kebingungan Riri dari kaca spion.

“Emang ada? Jam segini?” tanya Riri, merasa kalau nasi uduk sama nasi kuning tuh adanya pagi doang, kalau sore gini emang ada yang buka ya?

“Ya gak tau, makanya temenin nyari.” jawab Aksa, di balik helm nya ia sedikit tersenyum, ini emang akal akalannya Aksa aja biar masih bisa berduaan sama Riri, doain aja semoga nanti di jalan enggak nemu tukang nasi kuning yang buka.

Setelah hampir mau satu jam muter muter nyari nasi kuning yang masih buka, tapi enggak ketemu juga akhirnya Aksa inisiatif buat nanya ke Riri alamat rumahnya dia. Enggak enak juga, takutnya Riri punya kegiatan nanti di rumah malah di ajak muter muter enggak jelas sama Aksa.

“Ini enggak ada deh kayaknya, rumah lu dimana? Gua anterin, ini udah sore banget.” ujar Aksa, menepikan sebentar motornya di depan ruko kosong.

“Loh gajadi nyari nasi kuning nya, kak?”

Aksa ketawa, ini dia dosa enggak sih ngabulin anak orang kayak gini? Lagian kok Riri bisa bisanya percaya sama Aksa?

“Enggak deh, udah gak mood gue mau makan nasi goreng aja nanti malem, cepet dah rumah lu dimana?”

“Di komplek lotus kak.”

“Yaudah pegangan.”

Aksa kembali melajukan motornya, di tengah tengah ramainya jalan raya karena lagi jam jamnya pulang kerja, ada Aksa yang kini tersenyum senang, cowok itu sesekali melirik Riri lewat kaca spion yang berkali kali berusaha benerin rambutnya yang terkena angin sore.

“RI!” panggil Aksa di tengah tengah kebisingan kendaraan di sekitarnya.

“IYA KAK?”

“PEGANGAN!”

“UDAH PEGANGAN AKU!”

“PELUK AJA GUE NYA, GA USAH DI PEGANG JAKETNYA DOANG.”

Apasih?

Riri turun dari motor Aksa, ia kemudian mengembalikan helm yang sempat di pakainya tadi. Tangannya sedikit merapihkan rambutnya yang acak-acakan.

“Sorry ya, ga nemu tukang nasi kuning nya, elu jadi pulang sore banget.” ujar Aksa menerima pemberian helm dari Riri.

Riri hanya menganggukan mengiyakan, gak apa-apa. “Iya kak, gapapa. Tukang nasi kuning emang agak susah di carinya kalau sore begini.” balasnya sambil tersenyum.

Duh, Aksa jadi merasa berdosa banget kenapa sih habis di kerjain gini bisa-bisanya senyum?

“Ya oke, btw kapan-kapan mau belajar bareng gak?” ajak Aksa, cowok itu menatap ke arah Riri.

“Eh? Boleh?”

“Siapa bilang enggak boleh?”

“Enggak ada sih, yaudah kapan-kapan ya kak. Pas kakak senggang aja, nanti chat aku.” balas Riri, masih tersenyum. Aduh, enggak baik buat Aksa lama-lama deket sama Riri.

Love Talk ーau Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang