03. jodoh Pilihan bapak [part 2]

49 20 52
                                    

Maaf kalau ceritanya rada gaje, soalnya cerita pertamaku, hehe. Btw, ada beberapa kata yang bahasanya bahasa jawa, dimaklumi ya, soalnya biar mendalami. so, happy reading! :)

---🦋---

Gendhis dan Ardi duduk bersebelahan. Mereka berdua masih bertanya-tanya tentang hal ini. Kenapa dipertemukan dengan cara seperti ini? Sebelumya, Bapaknya Gendhis dan Ardi memang sahabat karib. Tapi sebelumnya tak pernah ada rencana mendadak seperti ini.

Ardi menyenggol bahu Gendhis. lalu berbisik pada Gendhis. "Ndis!" panggil Ardi, "Ini acara apa sih?" tanya Ardi yang melirik ke Gendhis.

Gendhis yang merasa tersenggol pun menoleh sebentar lalu kembali dalam tatapan sebelumnya. ia melirik Ardi. Lalu berbisik. "aku nggak tau apa-apa. Habis pulang dari rumah Alfa, tiba tiba didepan rumah udah ada kamu sama orang tua kamu" ujar Gendhis pelan.

"Eh! Ardi! feeling aku udah ndak enak nih, kayak ada sesuatu yang janggal gitu nggak sih?" tanyanya dengan suara rendah pada Ardi.

"Sesuatu apaan? Sesuatu yang ada di hatiku?" tanya Ardi membuat lelucon. Hal itu membuat Gendhis melirik tajam pada Ardi.

"Tak bacok cengelmu nek iseh guyon!" sarkas Gendhis melirik tajam.
Nb: tak bacok cengelmu nek iseh guyon = tak bacok lehermu kalau masih bercanda.

"Wanjirr, pawangnya Damar galak juga. aku jadi takut" cibir Ardi pelan, raut wajahnya mengejek Gendhis.

Bugh!

"Ssshhh! aduhh! Sakit ndis!" ringis Ardi yang kakinya dipijak oleh Gendhis.

"Makanya, jangan bercanda-"

"Wahhh, kalian makin akrab aja, Bapak jadi seneng liatnya" ujar Galih Bapaknya Gendhis yang datang bersama Ibu Gendhis dan orang tua nya Ardi. Awalnya memang mereka sengaja untuk melihat kebun milik Pak Galih yang katanya memliki berbagai tanaman hias. Orang tuanya Ardi tak segan melihat nya karena mereka juga pecinta tanaman hias. Tak lain biasanya janda bolong, lidah mertua, pohon palem, daun monstera, dan lain sebagainya.

"Hehe iya, Pak" ujar Ardi membalas. Namun respon Gendhis sebaliknya, ia hanya menatap datar Bapaknya.

Selanjutnya, orang tuanya Gendhis dan Ardi duduk dan Ibunya Gendhis pergi ke dapur untuk membuat kan minuman dan membawa kan beberapa makanan untuk suguhan.

"Silahkan pak, bu, Nak Ardi, diminum dan dimakan, maaf hanya seadanya saja" ujar Ibunya Gendhis sambil menaruh minuman tadi di meja.

"Oh, iya Mbak, malah merepotkan, terima kasih Mbak, ini sudah lebih dari cukup" ujar Ibunya Ardi

"Sama-sama" ujar Ibunya Gendhis tersenyum simpul lalu duduk disampingnya Galih.

"Jadi, apa tujuan Bapak untuk mengundang kami kesini? kok tiba-tiba gini. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan atau dibahas" tanya Bapaknya Ardi pada Bapaknya Gendhis.

"Nah, jadi begini Pak, langsung saja ya, seperti yang kita janjikan dulu, bahwa anak kita akan dijodohkan-"

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Gendhis kaget dengan perkataan bapaknya tadi, sampai-sampai ia tersedak minuman yang Ibunya suguhkan tadi.

"Eh Ndis! Pelan pelan makanya kalau minum! Jadi kesedak gini kan" ujar Ardi sambil menepuk-nepuk punuk Gendhis.

"Aduh ... uhuk! Uhuk! Udah pelan ini tu minumnya, uhuk! Uhuk! Uhuk!" ujar Gendhis sambil terbatuk-batuk.

Jika kalian mengira bahwa Ardi tidak kaget, kalian salah besar. "Pak! Bapak ini apa-apaan sih! Saya sama Gendhis ini sudah punya pasangan sendiri-sendiri. Kami dekat bukan berarti saling suka, tapi memang kami berteman, bahkan Gendhis ini sudah saya anggap seperti adik saya sendiri" jelas Ardi pada Bapaknya Gendhis.

WETON [vers 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang