Hai hai hai gaissss, masi stay aja niii, makasi loohh, hehe. Masi sama kok, minta bantuan Krisar nya yaaa, masi belajar soalnya :) yuk tetep cermatin di setiap paragraf, biar ngga salah paham, emng banyak teka-teki
Selamat membacaa---🐽---
Selama lamanya perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di kota Jogja, tempat yang mereka tuju. Nara yang membonceng Arsa pun langsung turun karena merasa sudah tidak enak badannya jika berlama-lama lagi di atas motor.
"Badan gue sakit-sakit anjir" keluhnya sambil menarik kedua tanganya ke atas (menggeliat).
"Alah lebay lo" cibir Arsa pada Nara.
Nara yang dirasa telah disindir oleh Arsa pun menoleh. "Paan si lo, ih dasar cowo aneh, kalau di WhatsApp aja lo manis kaya diabetes stadium akhir, padahal aslinya mah nyebelin" ujar Nara yang kesal dengan sikap yang ditunjukkan Arsa beberapa waktu akhir ini.
"Lah, lo juga. Nggak usah sok playing victim" ujarnya masih dengan nada yang sabar menghadapi sikap Nara ini.
"Ya elah... kalian berdua ini ribut aja terus kerjaannya, nggak capek apa?" tanya Afkar pada Nara dan Arsa.
"Nggak!" jawab Nara dan Arsa bersamaan.
"Ra, dicariin Darren tuh" ujar Dea yang baru saja menghampiri Nara dan Arsa. Memang awalnya, Darren akan membonceng Nara, namun karena Nara ternyata bersama Arsa, akhirnya Darren pun membonceng Dea.
Nara mengangguk paham. Ia bergegas menuju ke tempat Darren.
"Gue ikut." pinta Arsa dengan cepat sambil mencekal lengan milik Nara.
"Ngapain? Udah di sini aja, nanti gue balik lagi ke sini kok" ujar Nara. Kali ini Nara tidak dengan nada sinisnya lagi.
"Ada yang mau gue omongin sama dia" Arsa menatap manik mata Nara dalam. Nara yang ditatap seperti itu pun langsung paham. Mereka berdua berjalan menuju ke tempat Darren.
---🐽---
"Kenapa, Ren?" tanya Nara pada Darren yang baru saja sampai di tempatnya.
"Nih!" ujarnya sambil menyerahkan benda berbentuk kotak, tempat bekal. "Tadi, Mama nitip ini buat lo" ujarnya.
"Oh... iyaa makasih, salam juga buat, Mama" ujar Nara sambil tersenyum mengembang.
"Iyaa, besok kalau pulang dari sini gue sampein ke, Mama"
"Ekhm! Ren?" panggil Arsa.
"Gue lagi nggak mau ribut" ujar Darren yang sebenarnya malas menjawab Arsa, bahkan sejak Arsa datang pun, Darren sudah tidak suka melihatnya.
"Gue nggak nyari ribut. Gue mau ngomong sama lo" ujar Arsa yang menatap Darren serius.
"Yaudah, buruan ngomong" ujar Darren sambil membuang muka.
"Empat mata" ujar Arsa sambil bersedekap tangan di dada.
Darren yang mengerti pun langsung menjauh dari tempat tersebut dan memilih pada tempat yang sepi. Sebenarnya ia sangat malas menuruti perkataan Arsa. Namun karena di sana ada Nara, tak mau gaduh terjadi, terpaksa Darren harus bersikap dewasa dan menuruti perkataan Arsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WETON [vers 1]
Fiksi Remaja⚠️KISAH INI DIAMBIL DARI TANAH JAWA YANG SUDAH TURUN TEMURUN. TOLONG MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, WETON YANG SAYA ARTIKAN MEMANG BENAR, TAPI BUKAN BERARTI CERITA SAYA ADA DI REAL LIFE. SAYA HANYA MENULISKAN ISI IMAJINASI SAYA⚠️ "Kita hitung dulu puny...