The campaign of Submarine [Setsuna Yuki x Male Reader]

Naven's siblings

Y/n's perspective

Jadi, keluarga Hominem memang sangat mengharapkan kami untuk tinggal di kapal selam ini sampai campaign kami selesai... Begitu, ya....

Setelah itu, mereka menyuruh kami mengganti Skin bagian atas kami dengan sebuah kaos berwarna hitam lengan pendek. Nyaman juga rupanya. Ditambah lagi, sandal selop yang mirip di hotel.

Oh. Aku melihat salah satu anak perempuan gemuk yang sedang mengambil sebungkus camilan di ruang makan. Aku menghampirinya.

"Kau.."

Dia terkejut dan menoleh kepalanya ke arahku dengan gemetaran.

"Ah.... Raiden?"

"Kau tahu namaku?"

"Tentu saja. Semua yang ada disini mengenal semua Soulmate player yang mengikuti campaign ini."

"Aku paham. Kau sangat suka nyemil, ya?"

"I-itu... Memang benar."

"Kalau begitu, namamu pasti Heaven. Soalnya.... Dari kata Heavy yang artinya berat, dan maaf... Kau juga gemuk sedikit."

Dia memukul-mukuli pundakku.

"Jangan menafsirkan namaku seperti ituuuu!!! Tapi... Itu juga benar. Analisamu luar biasa, ya! pantas saja Setsuna tidak mengakui kehebatannya sendiri."

Berbeda dengan Naven yang dingin, Heaven justru lebih banyak tersenyum. Begitulah yang tertulis di "catatan"-ku.

Dan ada seseorang yang memelukku dari belakang. Dari beratnya, siapa lagi kalau bukan Setsuna?

"Kau ini asyik sekali, ya, Raiden-san."

"Oi, lepas!"

"Tidak mau~ aku masih terlalu suka caramu menyelamatkanku tadi!"

"Kalian berdua.... Sangat cocok." puji Heaven.

"Heaven-san juga! hentikaaaan!!!" omelku.

"Tidak juga, kok." jawab Setsuna mengelak.

"Raiden.... Sebagai cowok, apa kau bisa melakukan sesuatu yang sangat romantis untuk Setsuna sampai dia tersentuh?"

"Te-tentu saja! aku, kan, laki-laki! pasti bisa, lah!!" jawabku membela diri dengan kepalan tangan.

"Kalau begitu, coba." tantang Heaven.

Aku menurut. Lalu mengatur nafasku, dan mengambil tangan kiri Setsuna, hingga...

Menciumnya.

Tanpa kusadari, setelah aku membuka mata, Heaven masih menatapku berbinar-binar dan mulut melebar, serta Setsuna yang tergeletak lemas di lantai dengan wajah merah dan kepala berasap.

"HEEEEEEEHH!?!?!? PADAHAL YANG TADI SAMA SEKALI GAGAL TAHUUUU!!!!"

"Tidak..... Justru ini lebih dari berhasil...." ujar Setsuna yang masih pingsan di lantai.
______________________________________

"Oh iya. Setsuna, bagaimana dengan bekas luka di jari yang kau buat minggu lalu?" tanyaku penasaran di kamar tidur untuk Setsuna. Sebenarnya kamar kami dipisah.

"Masih ada bekas goresnya sedikit." jawabnya sambil melihat bekas luka di jari.

"Sudah lama sekali, ya..." kataku sambil meregangkan tubuhku.

"Ya... Waktu itu aku kasihan melihatmu terus dikatai masih Sque."

Aku merenung sebentar.

"Seandainya Setsuna tidak datang dan nekat melukai jarinya...." kataku berandai dengan suara kecil.

"Ng? barusan... Raiden-san bilang apa tadi?"

"Ah. Itu... Sesuatu yang tidak membuatmu puas. Jangan terlalu dipikirkan."

"Huh? baik?"
______________________________________

Setsuna's perspective

"Ahhaha! yo, Setsuna!"

Seorang laki-laki ramah menyapaku. Pastinya bukan Naven karena dia tidak pernah tersenyum. Kalau diurutkan lagi nama saudara Hominem, yang sulung laki-laki dan yang bungsu juga laki-laki. Pastinya....

"Steven....-san?" aku mencoba menebak.

"Yap! benar sekali! memang mudah dikenali, ya, aku ini!" pujinya pada diri sendiri.

Steven-san bisa dibilang sifatnya bertolak belakang dengan Naven-san. Dia sangat ramah.

"Oh iya. Kalau dipikir-pikir.... Kita ini senasib, ya. Sama-sama pernah rela terluka demi menolong seseorang!"

Silau!

"Maksudnya... Sama dimananya?"

"Ahem.... Jarimu terluka demi menolong Raiden, dan aku, pernah tertusuk demi menolong Naven! Hahahahahahahahaaa!!"

Bagaimana dia bisa tahu? padahal Raiden-san tidak pernah cerita.

"Maeven-san dimana? aku belum pernah melihatnya." tanyaku.

"Oh. Dia selalu berada di kamar karena suatu alasan tertentu. Kamarnya sangat jauh, sih... Mau kuantar?" tawar Steven-san.

"....Boleh. Sekalian berkeliling kapal ini."

______________________________________

G's word

Sepertinya Setsu udh ga tinggal diem huehehehehe.

Revenge.

Next.