Hominem special cookings

6 1 0
                                    

Setsuna's perspective

Besoknya, aku ke tempat pemandian setelah melihat denah interior kapal yang diberikan oleh Steven-san.

Ah. Sepertinya ruang ganti atau lepas pakaiannya belum ada yang menempati. Baiklah. Mungkin aku bisa memakai ruangan i---

...tu.







"HIYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!" aku menjerit.

Tadi aku sempat membuka hordeng ruang ganti, dan tidak kusangka.... Ternyata ada Raiden-san yang tidak memakai skin apapun sama sekali dari atas hingga bawah.

Setelah menyadarinya, aku langsung menutup hordengnya kembali dan berlari menjerit hingga berhenti di dekat wastafel. Lalu, aku mengatur kembali pacu jantungku dan wajah merahku. Sangat memalukan!!

"Ta-tadi itu.... Tadi itu....!!!"

Sesaat, aku merasakan aura panas mendekat dari belakang, menghantuiku.

Ya. Raiden-san.

"Padahal hordengnya sudah kututup, looooh~~" katanya dengan senyuman menakutkan.

Berharap ada yang menolongku di situasi seperti ini.

______________________________________

"Ah. Setsuna! selamat pagiii!!!!" sapa Deven-san.

"Pa.... Pagi..." jawabku tidak bersemangat gara-gara kejadian tadi.

"Eh? kenapa denganmu!? kenapa tidak semangat seperti biasanya?"

Aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya kalau aku tidak sengaja mengintip Raiden-san sedang mandi. Jadi, aku berbohong.

"Mungkin... Hanya sedikit merasa lapar saja."

"Kebetulan sekali! aku akan mempersembahkan masakan buatan Deven Hominem!! ayo kita ke ruang makan sekarang!" ajaknya menarik tanganku dan berlari ke ruang makan.

______________________________________

"Jadi, kau yang selalu menggantikan ibumu memasak, ya?" tanyaku.

"Benar. Tapi lama-lama, aku semakin lelah karena ibuku diculik hingga aku yang selalu memasak dan mencucikan piring!" keluhnya.

"Sendirian?"

"Ya. Tapi yang biasanya mau membantuku hanya Kak Navel ataupun Steven... Heaven juga membantu.... membantu menghabiskan camilan di laci."

Aku tertawa sedang.

"Oh. Kalian berdua sudah disini, ya? kukira ada Heaven dan Steven juga."

"Raiden-san..!" aku langsung menelan ludah. Apa dia masih dendam, ya?

Dia duduk di sebelahku.

"Deven sangat jago memasak, ya!" puji Raiden-san.

"Eh? benarkah? terimakasih! itu memang sudah tugasku!"

"Kau memang berjasa sekali, ya."

______________________________________

"Sudah selesaaaai!!"

Luar biasa!! dia bisa dengan cepat membuat 4-6 menu makan, dan dalam sekejap saja, meja makan sudah dipenuhi itu semua! Jadi inikah keterampilan Deven-san!?!?!?!?

"Tenang saja. Aku mana mungkin meracuni kalian, kan!? ayo kita makan dan bertahan hidup bersama!"

"Se-selamat makan."

Yum.

"Deven-san.... Ini sangat sempurna!!!!" pujiku.

"Aku senang mendengarnya. Ahhaha..."

Rasanya aku ingin menertawakan keterampilan memasakku sendiri.

"Deven! apa aku boleh membantumu mencuci piring??"

"Ah. Terimakasih banyak! aku sangat tertolong!!"

______________________________________

21:56

"Raiden-san, selamat malam!" sapaku masuk ke kamarnya.

"Setsuna, ya..... Huh!" dia menyahut, tapi tahu-tahu memasang wajah ngambek.

"Maaf soal yang tadi pagi."

"Lupakan. Selain itu, kau mau apa kesini?"

"Sebagai bentuk permintaan maafku, jadi aku mau menemanimu tidur disini."

"Eh? ke-kenapa!? pendingin ruangan di kamarmu rusak?"

"Tidak, kok. Tapi, kan... Di dunia nyata, kita sudah jadi pacar. Bukannya seharusnya tidak masalah sekarang?"

"Benar juga, sih...."

Dia menghembus nafas.

"Baiklah, baiklah. Kau di pojok."

"Terimakasih banyak, Raiden-san! baiklah, aku ke sebelah pojok dulu, ya."

Ternyata Raiden-san sudah terbaring di tempat tidurnya. Apa dia benar-benar lelah, ya?

Y/n's perspective

"Raiden-san, kenapa tidak berpelukan saja saat tidur?"

"Oh? baiklah."

Tadinya memang begitu, tetapi tahu-tahu dia mendekap kepalaku di dadanya. Agh.

"O-oi, Setsuna! ngapain, sih!?"

"Habisnya, setiap kita berpelukan di saat apapun, kau yang selalu mendekapku di dada. Jadi sekarang, gantian aku yang akan mendekapmu."

"Tu-tunggu!! aku bisa sesak, nih!" keluhku.

"Kenapa tidak menghadap samping saja?"

"Ah. Benar juga."

Aku menurutinya. Dia tertawa kecil.

Sebenarnya, wajahku mulai memerah. Bukannya ini aneh, ya? mana di atas dada perempuan pula! dasar OP.

Tunggu dulu. Rasanya.... Aku bisa mendengar suara detak jantungnya yang lembut. Ini menenangkan. Kalau begini, aku bisa tidur dengan nyaman.

Ditambah lagi, dia mengelus kepalaku dengan lembut. Aku jadi teringat ibuku sendiri.

Aku memejamkan mata, mulai tidur. Lumat-lumat, masih bisa mendengar suaranya sedikit.


"Selamat tidur, Raiden-san".

______________________________________

G's word

GOOD STRATEGY, SETSU!!



Next.

The campaign of Submarine [Setsuna Yuki x Male Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang