Chapter 2.2: Kalung Meteor

41 8 6
                                    

Masih dengan gaya yang sama dan tersenyum lebar dia mengatakan, "Rio sudah datang."

"Rio kamu mengejutkanku, teman-teman perkenalkan dia Rio anggota keempat Klub Astronomi, dia sekelas denganku ya. Dia baru saja pulang dari luar negeri," jelas Putri.

Satu lagi orang aneh telah masuk ke lingkunganku. Bagaimana kabarmu jantungku apa baik-baik saja?

"Selamat datang Kak Rio di Klub Astronomi, aku Dina ketua Klub. Mohon bantuannya," ujar Dina.

"Aku Lenan. Penggembira Klub," ucapku.

Rio menatap kami semua kemudian menunduk dan berkata, "Mohon bantuannya Dina dan Lenan, semoga aku bisa membantu ya. Aku mau ikut klub ini karena orang tuaku dulu juga adalah anggota klub Astronomi." Rio kemudian duduk di samping Putri.

Walaupun cara dia memulai perkenalan terkesan tidak berpendidikan tetapi dari tutur katanya dia sepertinya orang yang baik. Tapi, kenapa Rio terus-terusan melihat Putri. Tepatnya melihat leher atau selangkanya. Apa dia tipe laki-laki hidung belang?

"Putri, hari ini kamu tidak memakainya ya?" tanya Rio.

"Iya. Maaf Rio, sebenarnya..."

"Sebenarnya kenapa Putri?" tanya Rio memotong.

Mereka sepertinya ada hubungan khusus. Apa yang dimaksud Rio bahwa Putri tidak memakainya? Tidak memakai apa?

"Sebenarnya seminggu yang lalu aku menghilangkannya," jawab Putri menunduk.

"Hilang? Dimana kamu menghilangkannya Putri?!" tanya Rio dengan tegas kemudian tiba-tiba berdiri.

Aku dan Dina hanya diam tidak bersuara. Tapi mataku terus memperhatikan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan Dina sepertinya sedikit merasa takut melihat sikap Rio yang mulai memanas. Biar kutebak benda apa yang begitu berharga dan membuat Rio begitu marah. Tentu saja benda ini begitu mahal atau langka. Dari arah pandangannya tadi mungkin saja itu adalah benda yang biasanya digunakan di leher.

"Sepertinya ada di ruang klub musik. Aku curiga ada yang mengambilnya waktu aku latihan renang minggu lalu karena aku melepas dan menyimpannya di sebuah kotak di pinggir kolam. Saat itu aku latihan dengan seorang wanita dari klub musik. Dia selesai renang duluan, anehnya setelah aku selesai dan melihat isi kotaknya barang itu telah hilang. Jadi hari itu juga aku mencarinya di ruang klub music tetapi karena terlalu gelap aku tidak menemukannya dan malah aku terkunci di dalam," jelas Putri.

"Kalau begitu ayo kita cari sekarang," tegas Rio.

"Dia itu wanita yang selalu berangkat ke sekolah denganmu akhir-akhir ini," ucap Putri.

"Dia itu cuma ...." Rio menghentikan ucapannya dan segera berdiri dan menuju ruang klub musik tepat di samping ruangan klub ini.

Dina hanya terdiam tidak berkata apa-apa, karena dia sepertinya sudah tahu letak permasalahannya. Jadi, minggu lalu saat kami bertemu Putri di sore hari saat dia terjebak ternyata dia sedang mencari barangnya yang hilang.

"Tunggu biarkan saja, jangan membuat keributan Rio," ucap Putri memegang erat pergelangan tangan Rio.

"Lepaskan, aku akan mencarinya sekarang," tegas Rio menarik dan melepaskan genggaman Putri.

Apa perasaanku saja atau memang hubungan mereka berdua lebih dari teman. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi asal itu tidak melibatkanku.

Rio kembali berjalan dengan cepat keluar. Putri mengekor Rio dari belakang disusul oleh Dina yang terlihat sedikit cemas. Sebaiknya akupun ikut keluar melihat keadaan.

Dengan kepalan tangan kanan Rio yang cukup besar dan ketidak sabaran yang juga sama besarnya, dia mulai menggedor-gedor pintu dan berteriak, "Buka pintunya, buka!"

Orion - Bagian 1 Batu BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang