Jalan yang berkelak-kelok yang dilalui ini sangat panjang seperti tidak berujung. Menanjak dan menurun seperti roller coster. Di sebelah kiri ada banyak pohon-pohon pinus tinggi memandangi dengan angkuh. Di sebelah kanan ada jurang yang seolah berkata 'ayo lompat ke bawah sini'. Jalan ini membuat perutku terkocok seperti minuman kocok bersoda. Berkendara di daerah bukit dan pegunungan memang membuatku sangat tidak nyaman. Semakin naik, semakin telingaku ditekan oleh udara. Membuat pendengaranku sedikit terganggu.
"Lenan ...." Seseorang memanggil namaku.
"Lenan ...." Sekali lagi ada yang memanggilku.
Tubuhku tiba-tiba terguncang. Aku tersadar kemudian melihat Dina memegangi pundakku.
"Lenan, kamu tidak apa-apa?" tanya Dina sambil mengguncangkan tubuhku.
"Aku tidak apa-apa. Ada apa?" sahutku dengan kepala bersandar di kaca jendela mobil.
"30 menit lagi kita sampai. Supaya kamu tidak mual ayo bicara jangan diam saja," tutur Dina.
"Eh kamu mabuk perjalanan!" seru Putri yang sedang duduk di bangku depan bersama Rio.
Rio yang mengendarai mobil miliknya sendiri. Dia menjulurkan tangannya ke belakang memberikanku beberapa kantung muntah.
"Ini kalau kamu sudah tidak bisa menahannya lagi," ucap Rio.
"Ah, terima kasih," kataku.
Dina menyodorkan minyak angin miliknya padaku. "Lenan coba pakai ini," ucap Dina.
Dina terlihat hangat, tubuhnya dibalut sweter rajut berwarna merah muda. Rambutnya yang hitam dihiasi jepitan rambut kupu-kupu berwarna biru.
"Terima kasih Dina," ucapku sambil mengembalikannya setelah mengusapkannya di bagian kepala, perut dan leherku.
Putri melirik dari kaca depan. Dengan sweter berbulu berwarna biru muda yang dipakainya dia terlihat sangat trendi. Gaya senior yang satu ini memang sedikit berlebihan.
"Ada apa?" tanyaku.
"Tidak apa-apa, jangan sampai muntah ya," jawab Putri.
"Putri jangan begitu," tegur Rio.
Perkenalkan senior Rio yang ternyata orang yang bisa dibilang sultan. Mengendarai mobil sendiri dengan baju lengan panjang berwarna biru, aku bertanya-tanya apa dia sudah punya SIM? Rio tiba-tiba memulai sebuah pembicaraan.
"Karena kita sudah hampir sampai di penginapannya, saat di sana jangan berjalan sendiri-sendiri ya. Banyak makhluk halus yang berkeliaran di sana," jelas Rio.
"Makhluk halus seperti apa itu?" tanya Dina.
"Jangan menakut-nakuti kami Rio," ucap Putri.
Rio memperhatikan kami dari kaca depan. "Aku tidak ingin menakuti kalian tapi aku cuma memberitahu demi keselamatan diri kita sendiri. Makhluk seperti apa? Makhluk ini biasanya muncul ketika akan hujan. Wujudnya bermacam-macam, tapi kebanyakan yang kudengar sosoknya seperti perempuan berambut panjang dengan baju panjang berwarna putih ...."
Putri memotong cerita Rio. "Hah itu pasti kuntilanak!" seru Putri.
"Benarkah ada yang seperti itu?" tanya Dina.
"Tidak ada, Dina," jawabku.
"Biar aku lanjutkan ceritanya. Perempuan berbaju putih itu juga membawa kepala dengan mata yang merah menyala. Saat hujan turun makhluk itu mulai mencari rumah untuk berteduh dan ..." tutur Rio tidak menyelesaikan perkataannya.
"Dan?" ucap Dina penasaran.
"Dan..." sambung Putri terlihat tegang.
"Dan memakan kepala orang-orang di dalam!" kejut Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orion - Bagian 1 Batu Berharga
Mystery / ThrillerLenan bermimpi menjadi anak SMA yang bersantai di ruangan milik pribadinya sendiri. Tapi, Dina tiba-tiba muncul dan mengacaukannya. Tanpa disadari mereka ternyata terhubung dan akhirnya terseret dalam kasus-kasus yang membuat mereka menemukan kenyat...