Janet mulai bertingkah aneh dan memegang-megang lehernya dan seketika mengeluarkan suara yang berat seperti kakek-kakek, "AKU BILLY WAHEHAHEHEHEHE, SENANG MELIHAT KALIAN MENJERIT,"
"Tolong keluar dari putri kami!" teriak ibu Janet.
Janet menatap ibunya dan mengatakan, "DIAM KAU SAPI TUAA!"
Kami semua terdiam menatap layar laptop milik Rio dengan wajah terkejut dan ketakutan. Kami semua duduk berdampingan di empat kursi kayu yang di susun memanjang. Sebuah laptop usang diletakkan di tengah meja kayu agar semua bisa melihat layar ukuran 14 inchi. Aku bisa merasakan ketakutan yang kuat dari permukaan kulitku. Dina dan Putri saling berpelukan di tengah adegan yang menakutkan.
Ditengah layar hanya ada satu simbol yang berputar-putar. Aku, Rio dan dua perempuan penakut masih menunggu kelanjutan ceritanya. Berputar terus berputar di tengah layar.
"WAHEHAHEHA"
"AAAA," Dina dan Putri berteriak seketika.
Tubuhku tersentak karena teriakan Dina dan Putri bukan karena Rio yang tiba-tiba tertawa tidak jelas.
"SENANG MELIHAT KALIAN MENJERIT," lanjut Rio dengan suara yang berat.
"He Rio kamu tidak kesurupan kan? Hey," kata Putri sambil menggoyang badan Rio.
Kepala Rio berputar dengan kaku ke arah Putri dan menatapnya dengan tajam, "Ya enggaklah beb," kata Rio.
Dina yang sedari tadi menahan nafas akhirnya membuang nafasnya keluar dengan lega.
Simbol yang berputar-putar itu sudah hilang, "Lihat sepertinya ini sudah mulai lagi," kataku.
Musik yang bahagia dan gembira terdengar.
"Merriieees," suara bayi.
"Di Merries My Lab kami berinovasi menciptakan popok yang berbeda," suara wanita.
"Eaa," suara bayi.
"Bayi tetap tersenyum,"
"Wehaha,"
"Sirkulasi udara lancar, permukaan lembut aman untuk kulit bayi,"
"Waaahehehe,"
"Banyak menampung cairan dan cepat terserap,"
"Yehaa,"
"Permukaan kering dan bebas iritasi,"
"Hehehe,"
"Merries rahasianya telah teruji klinis,"
Kembali lagi ditengah layar ada simbol berputar dan berputar. Kami semua kembali terdiam menatap layar dan kembali menunggu.
"Apa itu tadi? Ada yang mau beli popok bayi?" tanyaku.
"Aku mau beli popok," jawab Rio.
"Untuk apa?" tanyaku.
"Untuk calon anak-anakku sama Putri nanti," jelas Rio sambil matanya melirik ke arah pujaan hatinya.
"Aaa so sweet," kata Putri meleleh.
Perasaan aneh dan bulu kuduk ku berdiri melihat betapa cringe mereka berdua ini.
"Beruntung ya anak bayinya dipasangi popok sama ibunya," jelas Dina.
"Hmm iya," kataku.
"Betul," kata Rio.
"Heheh iya Dina," lanjut Putri.
Pernyataan yang aneh memang selalu keluar dari mulut Dina dan kami selalu menyetujui karena kebenaran yang dia katakan.
Iklan tadi memiliki resolusi yang tinggi dan tajam menusuk mata, kenapa untuk nonton filmnya malah buffering. Waktu terus berlalu sampai aku menopang dagu karena diserang kantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orion - Bagian 1 Batu Berharga
Mystery / ThrillerLenan bermimpi menjadi anak SMA yang bersantai di ruangan milik pribadinya sendiri. Tapi, Dina tiba-tiba muncul dan mengacaukannya. Tanpa disadari mereka ternyata terhubung dan akhirnya terseret dalam kasus-kasus yang membuat mereka menemukan kenyat...