Melamun dipagi hari dengan pikiran menjurus ke overthinking memang paling nikmat untuk dilakukan. Apalagi masih belum banyak orang-orang di dalam kelasnya. Narendra memang sudah berada di kelasnya pada pukul 6 pagi dengan sepeda motornya. Hari ini, ia memutuskan untuk membawa kendaraan sendiri tanpa diantar oleh sang ayah maupun supir pribadinya.
Semenjak kejadian kemarin, perang dingin masih dilakukan oleh keduanya. Meskipun Nirina sudah meminta maaf kepada putranya tesebut, tetapi tetap saja Narendra belum bisa menerima maafnya sepenuhnya. Masih ada kekesalan ketika mengingat bahwa sang ibu selalu memaksakan apa yang tidak disukai oleh dirinya.
Sudah terbiasa baginya memang menerima paksaan tersebut tetapi yang kemarin sudah kelewat batas. Narendra tidak menyukai hal itu dan berakhir dongkol. Membawa kendaraan sendiri pun masih diperdebatkan oleh Nirina dan juga Bagas tentunya. Sang ibu terus mendesak agar tidak menggunakan sepeda motornya tetapi bukan Narendra jika ia tidak mempertahankan argumennya.
Bagas, sebagai kepala keluarga akhirnya menyelesaikan permasalahan tersebut. Jika tidak direlai, akan semakin besar keributan yang terjadi. Akhirnya, ia memutuskan menerima Narendra untuk menggunakan kendaraannya tetapi tetap pada peraturan. Tidak menggunakan sepeda motor dijam sepulang sekolah tanpa izin dirinya.
Nirina awalnya tidak menerima dan tetap pada pendiriannya untuk Narendra tidak menggunakan sepeda motornya tapi untungnya Bagas bisa memberi pengertian kepada istri mungilnya tersebut. Dan akhirnya ia mau menerima keputusan akhir yang diberikan oleh sang kepala keluarga.
Sebenarnya, Narendra tau kenapa sang ibu tidak memperbolehkan dirinya membawa kendaraan sendiri. Ya, Gisela. Ibunya khawatir dengan kembarannya, takut-takut terjadi sesuatu terhadap anak gadisnya itu. Takut akan sesuatu yang menimpa Gisela karena tau Narendra jika menggunakan motornya akan pulang hingga larut malam dan terpaksa Gisela harus menggunakan bus sendirian.
Sang ibu sudah pernah berbicara hal tersebut kepada Narendra ketika pertama kali dirinya diberi sepeda motor oleh sang ayah. Argumen-argumen yang diberi oleh Nirina pasti selalu menyangkut tentang anak gadisnya dan itu sedikit membuat Narendra cemburu. Tapi untung Bagas tetap pada pendiriannya memberikan sebuah sepeda motor kesukaan Narendra karena berhasil memenangkan kejuaran Olimpiade matematika.
Narendra cukup senang mendapat hadiah keinginannya tetapi ada rasa sedih juga ketika sang ibu tidak memberikan ucapan selamat dengan benar. Selalu ada nama Gisela disetiap katanya. Tentu saja dirinya kesal dan sedih karena Nirina seperti lebih memperdulikan adik kembarnya dibandingkan dirinya. Ada kecemburuan sosial dalam dirinya. Tapi tetap Narendra menyayangi adik kembarnya meskipun merasakan perbedaan yang begitu signifikan dalam perhatian yang didapatkan dari sang ibu mereka.
"Woy! Ngelamun aja masih pagi. Kesurupan baru tau rasa lo" teriak seseorang di depan wajah Narendra.
Narendra terkesiap mendengar teriakan Jelaga yang secara tiba-tiba tersebut. Tanpa pikir panjang, ia langsung memukul kepala si pria tampan tersebut dengan buku paket kimianya. Jangan lupakan dengan raut kesal dan sebal.
"Njing! Sakit ndra. Gak kira-kira anjir mukulnya"
"Siapa suruh ngagetin gue lo! Udah tau gue gampang kagetan. Masih aja dikagetin" rengutnya dan kembali membaca materi kimianya.
Jelaga hanya berdecak kesal seraya duduk disebelah Narendra. Mereka memang table mate sejak SMP. Mereka sudah saling kenal sejak duduk dibangku SMP dan sama-sama terkenal dengan kepintarannya. Maka dari itu mereka menjadi teman dekat.
"Lagian ngelamunin apa sih pagi-pagi. Tumbenan juga lo dateng jam segini? Biasanya jam setengah 7 kalo gak mepet masuk"
"Gue bawa motor sendiri gak dianter papa. Makanya gue dateng lebih pagi dari biasanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI ✔
FanfictionElegi ; Sebuah syair dukacita. Alunan musik kehidupan bernuansa sukacita harus berakhir sementara tergantikan dengan syair dukacita. Mempunyai anak kembar yang cantik dan tampan adalah sebuah alunan musik yang begitu Indah mewarnai kehidupan sukaci...