Bagian 17

299 59 17
                                    

Hari semakin mendekati acara perlombaan, namun Narendra belum sama sekali memberitahukan kepada sang ibu masalah perlombaan tersebut. Untuk sang ayah, Narendra sudah menceritakannya bahkan sesekali Bagas akan mendatangi anak lelakinya itu untuk sekedar menyemangati dan melihat lakonnya atau pun memberikan camilan untuk para pemain di teater tersebut. Narendra merasa terharu akan hal tersebut, tapi yang menjadi beban pikirannya saat ini adalah sang ibu. Bagaimana ia akan menceritakan semua ini kepada Nirina?. Narendra hanya mengusak rambutnya kasar seraya membanting bolpoin yang berada di tangannya.

Beberapa ketukan dari pintu membuatnya menoleh. Gisela, adik kembarnya disana membawakan segelas susu dan juga cookies. Narendra tersenyum manis dan menyuruh gadis cantik itu masuk ke dalam kamarnya. Gisela menaruh nampan berisi susu hangat dan sepiring cookies buatannya bersama sang ibunda. Kebetulan hari ini, Nirina membuat cookies untuk camilan sehari-hari anaknya dan Gisela pun turut membantu. Sekaligus membuat cookies itu untuk kekasihnya, Jordie.

Nirina memang tau perihal hubungan keduanya, bahkan sang ibu mendukung keduanya menjalin percintaan. Karena Nirina behitu mempercayai pemuda tampan nan jangkung tersebut untuk menjaga anak gadis semata wayangnya itu. Bahkan Bagas pun turut bahagia atas hubungan mereka berdua dan membuat Gisela senang bukan main. Gadis cantik itu tersenyum kecil dan duduk di ranjang Narendra tanpa mengatakan hal apapun. Sementara, Narendra membiarkan adik kecilnya itu berada di kamarnya sementara ia menyelesaikan soal olimpiade matematika yang harus ia selesaikan.

"Kak"

Panggilan itu membuat Narendra menoleh dan mengangkat alisnya. Gisela sedikit gugup entah kenapa, padahal dirinya cukup dekat dengan kakak kembarannya itu. Tapi sejak Narendra memutuskan mengikuti lomba teater tersebut, mereka jarang menghabiskan waktu berdua. Gisela tidak membenci apa yang dilakukan sang kakak, tapi ia hanya rindu bagaimana Narendra selalu ada untuknya sebelum Jordie datang ke kehidupannya.

"Lusa aku ada terapi seperti biasa. Kakak bisa temenin aku kah?"

Narendra menatap Gisela sejenak dan menghela nafas berat. Ia menaruh bolpoinnya dan menghadap ke adik kesayangannya. Narendra lagi-lagi menghela nafasnya, ia menggeleng untuk memberi jawaban membuat senyum Gisela perlahan meluntur. Narendra bisa melihat senyum itu perlahan menghilang dan ada rasa bersalah dalam hatinya.

"Maaf ya, Icel. Kakak lagi-lagi gak bisa nemenin kamu. Maaf banget kakak harus latihan teater karena beberapa hari lagi waktunya kakak buat ikut lombanya. Maaf ya adik kecil"

Rasa bersalah terus menghantui Narendra tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi cita-citanya, keinginannya yang tidak mungkin ia lewatkan begitu saja. Meskipun harus dibenci oleh adiknya atau bahkan ibunya sendiri pun, Narendra tidak peduli. Yang terpenting keinginannya tercapai. Menjadi seorang pelakon dan terkenal di kancah dunia.

Gisela tersenyum manis dan mengangguk memahami keadaan sang kakak. Meskipun dalam hatinya ia sangat sedih karena lagi-lagi Narendra tidak menemaninya dalam proses terapi pendengarannya. Tapi apa boleh buat, Gisela harus mengiyakan keputusan sang kakak untuk menggapai keinginannya itu.

"Iya, gak apa kok kak. Icel paham kok, udah ah jangan merasa bersalah gitu. Makin buat Icel ikut bersalah juga. Kakak semangat ya! Jangan lupa bawain pialanya buat aku! Oke?"

Narendra tertawa dan mengusak rambut adik kesayangannya. Ia mengangguk mengiyakan ucapan sang adik kembaran. Narendra janji akan membawakan piala untuk dirinya dan juga adiknya ini. Untuk konsekuensi nanti ia akan pikirkan yang terpenting ia harus fokus terlebih dahulu kepada lombanya agar tidak mengacaukannya. Ya, urusan berbicara pada Nirina nanti saja ketika lomba akan berjalan satu hari sebelumnya.

"Pasti! Kakak bakal bawain piala sama piagam buat kamu dan juga buat kakak sendiri. Doakan ya!"

Gisela mengangguk dan memeluk kakaknya itu. Menyalurkan kasih sayang yang begitu besar untuknya dan juga menyalurkan semangatnya untuk sang kakak tercinta. Narendra menerima pelukan itu seraya memejamkan matanya, terasa nyaman dan membuat perasaannya sedikit membaik. Gisela memang penenangnya sejak dulu.

ELEGI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang