Bagian 8

385 88 17
                                    

Gisela dan Nirina sudah sampai dirumah nyaman dan asri mereka. Terlihat suasana begitu sepi seperti tidak ada penghuninya. Nirina mengernyitkan dahinya ketika masuk ke dalam rumah, tidak melihat Bagas maupun Narendra di dalam rumah. Ia pun langsung melihat ponselnya, siapa tau kedua pasang lelaki berbeda usia tersebut sedang berada di luar rumah. Tapi nihil, tak ada pesan masuk sama sekali.

"Pa, Ndra. Aku pulang"

Gisela memandang sang ibu sekilas dan berjalan menuju sofa ruang tamu seraya meregangkan tubuhnya yang mulai kaku karena terlalu lama di dalam mobil. Nirina meletakkan tas serta ponselnya di meja depan Gisela seraya pergi menuju lantai dua yang juga terasa sepi. Mungkin saja kedua lelaki itu sedang melakukan rutinitasnya, tidur siang.

Nirina langsung membuka pintu kamar dirinya dan sang suami seraya menghela nafas. Ia berjalan perlahan mendekati sang suami dan putranya itu yang asik terlelap di kasur miliknya dan Bagas. Nirina tersenyum kecil melihat kedua kesayangannya asik saling memeluk dalam tidur mereka. Lucu sekali. Ia mengelus surai Narendra sayang seraya mengecup pipi semi tembamnya tersebut. Dan beralih kepada sang suami yang juga melakukan hal sama seperti apa yang ia lakukan kepada Narendra.

Mereka menggeliat sedikit, ketika mendapat ciuman singkat itu. Tapi hanya Bagas lah yang membuka mata semi besarnya, sementara Narendra masih bergelut nyaman di selimut tebal tersebut. Bagas langsung mendudukkan dirinya diatas kasur ketika melihat Nirina dihadapannya. Ia langsung mengecup bibir tipis itu singkat. Nirina yang mendapat hal itu hanya terkekeh lucu.

"Dari jam berapa kamu pulang? Sekarang jam berapa?" tanyanya seraya menggaruk perut berototnya yang gatal. Tak lupa dengan mulut menguab lebar. Nirina hanya menggelengkan kepalanya seraya mengelus surai sang putra sayang.

"Baru sekitar 10 menit yang lalu. Sekarang udah jam setengah 3, sayangku. Kalian tidur dari jam berapa emang? Udah makan belum? Kalau belum aku masak simple aja ya. Takutnya gak keburu kalo masak yang aneh-aneh" ujarnya menatap sang suami yang masih menggaruk perutnya itu.

Bagas mengangguk kecil seraya mendekati Nirina yang asik mengelus surai Narendra. Ia pun mendudukkan bokongnya disebelah Nirina seraya memeluk perut mungil sang istri erat. Ia merindukan Nirina. Padahal setiap hari pasti bertemu. Nirina yang mendapat perlakuan mendadak itu hanya mendengus jengah, pasti ada maunya.

"Bikinin ayam rica-rica dong, ma. Aku tiba-tiba pengen banget nih makan ayam rica-rica. Ngidam deh keknya"

"Dih apaan deh ngidam-ngidam. Kamu tuh laki-laki mana ada laki-laki hamil! Ngaco!"

Bagas semakin mempererat pelukannya kepada sang istri, apalagi ketika mendapat semprotan kasih sayang dari Nirina. Ia suka melihat Nirina yang mengomel seperti ini, lucu.

"Bukan aku yang hamil. Maksud aku tuh kamu. Kan ada tuh kasus dimana seorang istri mengandung tapi yang mengidam si suaminya karena terlalu cinta sama istrinya. Nah, mungkin aja kan kamu hamil lagi terus aku yang ngidam karena aku cinta mati sama kamu hehe"

Nirina mencubit kecil tangan kekar itu dan dihadiahi ringisan kecil sang suami. Memang ada-ada saja pikiran random dari otak besar Bagas itu. Ia memang pernah mendengar kasus seperti itu cuman mana ada Nirina hamil kembali, tanda-tanda saja tidak ada. Apalagi setiap berhubungan intim dengan sang suami, wajib menggunakan alat kontrasepsi alias kondom. Agar tidak kebobolan. Nirina enggan memeliki keturunan kembali karena sudah cukup ia dikaruniai Narendra dan Gisela. Tapi jika tuhan berkehendak, Nirina akan senang menerimanya.

"Dah gak usah ngaco. Makin kesini malah makin ngaco omongan kamu. Awas aku mau masak. Jangan lupa bangunin Endra buat makan siang ya" ujarnya dan diangguki lemas oleh Bagas. Ia sebenarnya tidak rela tapi karena takut terkenal omelan lebih banyak, mending di lepas saja. Nanti malam juga dapat pelukan lagi hehe.

ELEGI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang