6 (+)

1.4K 17 0
                                    

Selang berapa detik, Jody melepas ciuman nya dengan nafas terengah-engah kedua tangan nya mencengkram pundak Yuta dengan kuat sampai kuku nya tertancap di celah- baju nya.

"Jody-san, kuku mu terlihat putih" Yuta mengusap jemari nya, membuat cengkraman nya perlahan mengendur. Jody mendongak – menatap nya frustasi.

Yuta meraih wajah nya, mengusap nya dengan lembut bibir nya membentuk senyuman manis.

"Kau lapar tidak? Aku dari pagi belum makan" ucapnya dengan eskpresi normal Jody kembali kalut , di raih wajah nya dan meraup bibir nya. Ciuman nya sangat kasar dan terasa menuntut. Mau tak mau Yuta harus mengimbangi nya , tak apa dengan begini – Ia berharap jika Jody mau membuka sedikit ruang untuk nya.

'Kenapa? Kau bersikap seakan tak terjadi apa-apa padahal baru saja Aku melukai mu. Hey, sebenar nya perasaan mu itu bagaimana? Apa kau merasa marah, kecewa, sedih dan-'
Jody semakin hilang kendali menjadikan bibir Yuta sebagai sasaran nya.

Mengigit nya dengan kuat kemudian menghisap nya lebih dalam seperti ingin menelan habis. Meski begitu dia pun mendapat balasan tak kalah agresif dari nya.

'Sensei, Aku menyukai mu. Sangat menyukai mu' lengan Yuta melingkar di pinggang nya memeluk nya dengan erat dan posesif. Dengan begini segala kecemasan dan rasa takut nya hilang sudah.

Ia harap waktu terus berhenti untuk nya.

Masih berada di Osaka, Jody menyewa kamar hotel untuk nya- tidak melainkan bersama Yuta sekaligus memesankan makanan untuk keduanya. Jody bertindak di luar kendali nya, yah anggap saja dia berbuat baik pada murid nya sendiri.

"Ittadakimasu" Yuta menyantap makan siang nya dengan lahap  jika begini dia sungguh seperti manusia normal lain nya. Bahkan saat tersenyum tak menutupi jika dia sangat manis.

Hanya saja Jody belum sepenuh nya siap dijadikan obsesif nya dan itu terlalu mengerikan. Tak mungkin seumur hidup dia akan terus di teror oleh kehadiran nya. Bukankah setiap perasaan tak bisa di paksakan? Begitu juga saat Jody menantikan Jong Hoon

"Sensei  kau tidak makan?" tersadar dari lamunan nya kepala Jody menggeleng tak nafsu menatap makanan di hadapan nya.

Bahkan karena masalahnya sendiri dia sudah kenyang.

"Lalu untuk apa kau memesan banyak makanan?"

"Untuk mu" jawab Jody enteng kemudian beranjak dari sofa – berjalan menuju balkon kamar.
Ini masih terlalu siang untuk kembali ke rumah nya. Jody ingin tahu lebih banyak lagi tentang Yuta- atau mungkin saat ini adalah kesempatan untuk nya mengorek kepribadian nya lebih dalam.

"Jody-san" pemuda itu sudah berada di dekat nya, melingkarkan tangan nya di tubuh Jody memeluk nya dengan posesif. Meski kurus ketika dia mengeluarkan tenaga nya- jujur saja Jody merasa kualahan dan pelukan ini- entah sudah berapa kali merasakan nya. Dari mulai terpaksa sampai terbiasa. Mungkin.

"Aku penasaran kenapa pria Yamashita itu malah pergi dari mu. Apa kalian hanya pura-pura?" pertanyaan mulai terdengar mengintimidasi. Tangan Yuta melepas kancing blouse Jody hingga tuntas dan membuka lebar kedua sisi nya, jemari besar nya dapat meraba perut rata sang wanita dan payudara yang masih terbungkus dengan bra.

"Hey jawablah pertanyaan ku!" paksa nya.

Jody menoleh melingkarkan satu tangan nya di leher nya sembari memasang senyum sensual.

"Aku bisa berteman dan tidur dengan pria manapun , tapi tidak dengan paksaan" Ucapnya sengaja menohok namun ekspresi Yuta tak berubah tetap rileks selayaknya orang normal.

My ObsesionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang