Aqila kesel setengah mati sama Awan. Bisa bisanya cowok itu memainkan perasaannya begini. Padahal, Aqila sudah berharap padanya.
Memang, berharap pada manusia tidak pernah berujung baik.
Sedangkan Awan, kembali menggalau karena keberaniannya pupus begitu saja sampai sampai dia mengatakan pada Aqila kalau dia hanya BERCANDA.
Dasar, hidup itu memang sangat bercanda. Aqila yang baper tapi yang dia tau Awan cuma bercanda, sedang Awan kehilangan keberanian karena takut nanti Aqila akan jauh darinya.
"Bun," panggil Awan pada sang bunda suatu hari. Saat itu, ia sedang mengantar sang bunda belanja mingguan.
Iya, karena penghuni rumah mereka ada 9 orang, bunda Yanti selaku bunda Awan harus belanja setiap minggu, bukan bulan.
"Apaa??"
"Kalo Awan punya pacar, boleh gak??"
Yanti langsung berhenti bergerak mengambil yogurt dari kulkas supermarket.
"Awan punya pacar?? Emang ada yang suka sama kamu dek??" Kata sang bunda pada akhirnya.
"Ada, kali."
"Hmmm, gapapa deh kalau adek mau pacaran. Lagian udah bukan bayinya bunda lagi kan. Awan udah gede." Kata bunda.
Awan berseru dalam hati, kegirangan karena sang bunda memperbolehkan ia memiliki pacar.
"Tapi selalu ingat pesan bunda ya. Perempuan itu bukan untuk di mainkan, kamu gak boleh rusak perempuan sembarangan aja. Perempuan itu untuk di jaga, dek. Kamu benar benar gak pantas untuk menyakiti perempuan dari segi fisik, hati maupun mentalnya. Karena anak perempuan itu udah orang tua mereka didik dan besarkan sebaik mungkin.
Kalau kamu sakitin, berarti kamu tuh gapunya hati dek. Ga pantas mendapatkan seseorang yang baik. Kalaupun dia punya salah, kekerasan bukan solusi, menyakiti bukan caranya. Perempuan harus di beri tau dengan baik dan lembut. Kalau memang udah kelewat batas, tugas kamu adalah menyadarkan mereka. Ngerti??" Pesan sang bunda.
"Iya, Bun. Awan ngerti kok. Hehehe."
"Good boy anak bundaaaa."
———
Mumpung hari minggu, Aqila niatnya mau ke mall untuk healing. Soalnya akhir akhir ini, dia jadi sering stress. Apa karena mikirin Awan ya??? Gak tau juga deh.
Cewek itu lagi di dalam toko jam tangan saat seseorang menyapanya.
"Aqila???"
"Eh, Rasi, Adam. Lo berdua mau beli jam tangan juga???" Tanya Aqila melihat Rasi memegang sebuah kotak jam tangan keluaran merk Casio. Sedangkan Awan hanya memandang sekeliling.
"Iya, hadiah buat abang gue. Minggu depan mau ultah dia. Adam cuma nemenin gue doang."
"Oalaaaah."
"Eh, mau jalan bareng aja gak?? Atau lo ada kegiatan yang mau lo lakuin sendiri, gapapa kok. Gue cuma gabut aja minggu begini." Ajak Rasi saat keduanya keluar dari toko jam tangan. Alah, modusshh.
"Jadi lo tuh gabut ngajak gue ke mall gitu, Ras???" ucap Adam tak terima, yang jelas tidak di hiraukan oleh Rasi.
Aqila mengangguk setuju, "Ayo deh. Gue juga masih gatau mau ngapain sebenernya."
Ketiganya pun mengobrol sambil berjalan. Niatnya, Aqila mau pergi ke Mr.DIY karena mau beli tumbler. Kata Jena, disana ada tumbler lucu lucu, murah pula.
"Eh, lu tau ga siii. Kesel banget gue sama si Awan sumpaahhh." Kata Aqila membuka topik pembicaraan.
"Kenapa emang si Awan??" Tanya Rasi penasaran.
"Kemaren dia bilang suka sama temennya sekaligus tetangganya sekaligus anak temen bundanya sekaligus orang yang duduk di sampingnya sekarang. Dan itu gue anjiiiirrr." Jelas Aqila menggebu gebu.
"Trus lo kesel sama dia karena dia suka sama lo tapi lo nya nggak gitu???" lanjut Adam.
"Bukan gitu begooo. Abis ngomong begitu, dia ngacak ngacak pala gueee. Yang di acak acak kepala kok yang berantakan malah hati." Kata Aqila lagi, berhasil membuat Rasi menelan ludahnya sendiri.
"Jadi, lo jadian sama dia??" Tanya cowok itu dengan perasaan yang campur aduk.
"Nahhhh. Anjingnya si Awan tuh ya, abis ngomong begitu, dia malah bilang dia bercandaa. Sialan emang. Kan gue jadi berharap. Hadeeehhhh." Ucap Aqila sambil kesal sendiri.
"Duuuh, gak bener temen gue ngebaperin anak gadis gak tanggung jawab." kata Adam sambil menggeleng geleng.
Duh, diem diem hati Rasi rasanya kayak garing kriuk kress, auto patah berkeping keping deh.
Hari semakin sore. Akhirnya, tiga muda mudi ini pun segera pulang bersama dengan mobil yang Rasi bawa.
"Ras, Dam, makasih yaa udah dengerin cerita gue dan nemenin gue hari iniii." Kata Aqila saat turun dari mobil Agya putih Rasi yang di namai olehnya Agam. Aneh memang.
"Sama sama, kapanpun lo butuh tempat cerita, gue akan selalu ada. Thanks juga udah beliin gantungan kunci mobil gue ya. Bakal gue pake terus nih."
"Yoi, lo kalo mau cerita bisa ke kita aja. Ye gak??" kata Adam sambil melirik Rasi dan menaik turunkan alisnya.
"Hueee, kalian kok sweet amat siiihhh. Nanti gue bakal cerita ke kalian lagi deh kapan kapan. Lo berdua sahabat gue yang paling bisa ngertiin gue deh, hehehe. Gue masuk dulu ya, Dam, Ras. Bye!!!"
Rasi dan Adam ikut melambaikan tangannya pelan saat melihat Aqila masuk ke dalam rumah dengan melambaikan tangannya pada Rasi.
Huhu, Rasi tidak menyangka akan sesakit ini hanya di anggap sahabat oleh sang tambatan hati :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh
FanficCaca gak berniat untuk jatuh hati sedalam ini kepada sahabatnya sendiri.