Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Treesna dan teman-temannya baru saja sampai di kampus karena penampilan grupnya masih dua jam lagi. Setibanya di sekitar area panggung, beberapa orang langsung menghampiri dan meminta foto bersama. Treesna dan temannya dengan ramah melayani para penggemar tersebut. Band mereka memang tidak terlalu besar, tetapi beberapa kali mengisi acara di ulang tahun sekolah sehingga banyak dikenal kalangan siswa.
Saat sedang melakukan foto bersama, mata Treesna menangkap sosok wanita tengah menunduk dan mendapat omelan dari lawan bicaranya. Treesna berniat menghampiri, tetapi datang lagi penggemar lain yang akhirnya menahan ia lama.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Treesna mendapati wajah pucat kekasihnya. Ia sudah menyelesaikan urusan dengan beberapa penggemar.
"Tidak. Hanya saja jadwal yang dibuat sedikit berantakan, salah satu penyanyi jadi protes karena akan mengisi di tempat lain. Tapi tenang saja, Rainy dan bandnya sudah mau bertukar tempat. Teman-temanmu tidak apa-apa, 'kan, kalau jadwalnya sedikit mundur?"
Treesna hanya mengangguk dengan senyum lega.
"Tri, aku pergi dulu, ya. Masih ada yang harus kuurus. Oh, iya, jangan lupa ambil makan siangmu." Purnama menunjuk sebuah tumpukan nasi kotak yang memang disediakan untuk para penampil di acaranya. Sebelum benar-benar pergi, ia komat-kamit tanpa suara, "Aku cinta kamu." Tak lupa juga ia mengerlingkan matanya dan tersenyum jahil.
Treesna tak mampu menahan senyumnya karena kelakuan wanitanya yang semakin lama semakin tidak bisa dikendalikan. Namun, kekhawatirannya muncul kembali saat ia melihat Purnama merenggangkan tubuhnya kuat-kuat. Wanita itu tampak sangat kelelahan, tetapi tetap saja memaksakan diri.
"Tresna, lihat Purnama ada di mana?"
Baru beberapa menit punggung Purnama menghilang, seseorang datang menanyakan keberadaannya. Di tangannya terdapat sebuah kotak makan yang sepertinya milik Purnama. "Apa ini punya Purnama?"
"Iya, dia belum mengambil jatah makan siang," jawab Sadewa yang sudah cukup akrab dengannya.
Treesna mengangguk paham, kemudian meminta izin untuk mengantarkannya. Tanpa pikir panjang, kini kotak makan tersebut berpindah tangan ke Treesna. Treesna menyusuri jalanan yang sepertinya dilewati Purnama. Tanpa permisi, ia mengintip satu per satu ruangan yang mungkin dituju wanitanya.
Sudah tiga ruangan ia lewati, tetapi belum juga menemukan sang kekasih. "Bukankah dia belum pergi lama?" gumamnya tak kunjung menemukan tanda-tanda keberadaan Purnama. Kakinya melangkah ke sebuah ruang yang sepertinya digunakan untuk persiapan para penari. Awalnya Treesna ragu untuk mengintip, tetapi dari balik kaca saja ia sudah melihat jelas Purnama sedang duduk di sana.
Treesna membuka pintu perlahan dan betapa terkejutnya ia melihat apa yang sedang dilakukan kekasihnya. Dalam ruangan sepi tersebut, Purnama sedang menangis sendirian. Treesna mengurungkan niatnya dan menarik napas dalam-dalam. Perasaan bersalahnya semakin banyak. Ia merasa tidak dapat menjaga kekasihnya lagi.
Aku ingin kembali, tapi sepertinya menyerah memang lebih baik. Maaf, Nam ....
**
"Baiklah, sudah cukup. Ada apa dengan mataku? Sudahlah, Purnama." Purnama terus saja mengusap matanya yang tak henti mengeluarkan air mata. Ia merasa gagal dengan acaranya hari ini. Banyak yang tidak sesuai harapan, terutama yang berhubungan dengan tugasnya. Ia merasa sudah mempersiapkan semuanya begitu matang, tetapi tetap saja ada celah kesalahan.
Purnama menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Ia menepuk-nepuk matanya agar tidak lagi cengeng dan berusaha yang terbaik hingga acara usai. Wanita itu melangkah keluar dari ruangan. Dahinya mengernyit saat melihat sebuah kotak makan diletakkan di depan pintu yang masih tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal..: When Leaves Fall [Songfic]
FanficDi musim kemarau, sepasang insan dipertemukan. Dalam takut dan salah, dua insan memilih pisah. Di setiap tawa bahagia, tersimpan banyak kekhawatiran dan kenangan menyakitkan. Bertahan, menetapkan prasangka, hingga menyerah adalah metode yang mau tid...