Suara desiran angin yang menerpa pepohonan di sepanjang jalan sungai Han sedikit menghibur gadis cantik yang kini tengah duduk terdiam. Matanya yang sembab menatap jauh kedepan. Suasana yang cukup syahdu itu didukung dengan sepinya jalanan saat ini.
Lamunan gadis itu terhenti ketika deep voice seseorang yang ditunggunya menyapa."Minjeong~ah.." sapa Jaemin sembari duduk disampingnya.
Winter menoleh.
"Wae? Kenapa kau menangis? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Jaemin panik saat melihat buliran air mata keluar dari pelupuk mata gadis cantik itu.
Minjeong tetap diam. Namun ia memberikan 3 buah benda yang pagi tadi mengejutkannya kepada Jaemin.
"Ini... Testpack. Tapi.. kenapa kau memberikannya padaku ?" Tanya Jaemin kebingungan.
"Aku hamil Oppa."
Deg. Jaemin terdiam. Seketika pikirannya kacau dengan satu kalimat dari Winter.
"Mwo.."
"Eoh. Aku hamil. Aku sekarang mengandung anakmu.." jelas Winter sembari mengusap perutnya yang masih sangat rata.
Sepertinya Jaemin masih belum mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana bisa Winter hamil? Namun seberkas kenangan malam itu terlintas dipikirannya.
Pertama, Jaemin sadar betul saat itu dia tidak menggunakan pengaman. Jelas tidak mungkin. Yang terjadi malam itu juga tidak direncanakan.
Kedua, dia masih ingat dengan jelas bercak darah keperawanan milik Winter yang ada di kasur hotel itu. Itu tandanya , Winter memang baru pertama melakukan itu dengannya.
Ketiga, yang ini dia tidak begitu ingat sudah berapa kali dia keluar didalam.
"Arrgghh, Na Jaemin.." gumam Jaemin sembari menepuk jidatnya sendiri.
"Lalu bagaimana.. apa yang harus kita lakukan? Aku tidak mungkin memberitahu semua orang jika kau telah hamil karena ku. Aku masih dalam masa promosi albumku.." kata Jaemin seolah lebih mementingkan karirnya dibanding keadaan Winter sekarang.
"Mwo?"
"Minjeong~ah.. mianhae." Ucap Jaemin saat melihat air mata Winter yang semakin deras membasahi pipinya.
"Jadi kau lebih mementingkan karirmu Oppa? Lalu bagaimana denganku? Apa karir ku tidak penting? Apa hanya kau yang sedang berjuang saat ini? Apa ini semua hanya salahku?" Teriak Winter.
"Minjeong~ah, bukan begitu maksudku."
"Lalu apa? Bagaimana dengan bayi ini?"
"Minjeong~ah. Bagaimana ... jika kita gugurkan saja bayi ini."
"Apa maksudmu!? Jika sudah seperti ini, apa kau mau lari dari tanggung jawabmu???" Teriak Winter yang semakin frustasi mendengar saran Jaemin. Dia tidak pernah menyangka ide gila itu akan keluar dari mulut pria yang amat dicintainya itu.
"Minjeong~ah.. dengarkan aku dulu. Maksudku-"
"Sudahlah. Jika kau tak mau bayi ini, tak apa. Lebih baik kita sampai disini!Dan satu lagi, ada tidaknya dia (bayi ini) , sekarang menjadi urusanku, hak ku." Ucap Winter sembari menunjuk kearah perutnya.
Gadis manis itu berlari meninggalkan Jaemin sendirian. Entah untuk keberapa kalinya ia menangis pagi ini.
Sesampainya di dorm, Winter langsung berlari menuju kamarnya dan mengunci diri disana.Panggilan dari Ningning, Karina dan Giselle pun ia acuhkan. Yang terdengar kini hanya isakan tangis yang semakin menjadi-jadi.
"Eonni, ada kunci cadangan tidak?" Tanya Ningning.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Garis Biru ( END✅ )
Teen FictionSebuah cerita cinta remaja yang terjerat cinta satu malam. Sebuah peristiwa yang mengantarkan mereka pada suatu titik balik kehidupan. Aespa Member💜 X NCT Dream Member 💚