Senyumanmu tempo hari masih membekas.
Meski sudah berlarut-larut sepersekian bulan.
Pandangan yang tidak sengaja bertemu atau sedikit gombalaan andalanmu yang aku tau hanya sekedar gurauan itu selalu bisa membangkitkan senyumku.
Bahkan ucapanmu yang ku tau tanpa keseriusan dimalan yang penuh letih tanpa jeda itu masih nyata dipelupuk mata.
Jika saja hari itu aku lebih berani, mungkin jawaban yang sejujurnya akan kau dapat dari bibirku.
Mungkin bukan hanya aku yang tau perihal nasi yang sudah menjadi bubur tak akan pernah kembali menjadi beras lagi,
Atau waktu yang telah berlalu tak mungkin terulang lagi.
Meski rasanya engkau terlalu dekat untuk diraih tetap saja, aku bukan atau belum menjadi pilihanmu.
Kita hanya sebatas nama yang saling mengenal.
Tanpa komitmen untuk masing- masing tinggal.
Namun jika saja takdir telah manautkan.
Aku hanya ingin meyakinkan jika kelak ucapan itu kembali kepadaku,
Aku tak akan ragu menjawab.
Meski aku tau kesempatan itu hampir tidak ada atau malah tidak akan pernah ada.
Sekali lagi,
Kita hanya tau sebatas nama,
Bercanda sebatas pengusir lelah,
Dan berpisah sebab rasa yang tidak pernah sama, juga takdir yang memang sudah seharusnya.260721
KAMU SEDANG MEMBACA
sekertas hati
PuisiAntologi puisi sekertas hati. Untuk kamu yang patah hati atau tengah mengayuh mimpi, Kemari biarkan duka menyapu, bisa jadi akulah penyembuhmu.