4

102 17 0
                                    

Angin berhembus santai, sesekali mampir ketelinga setiap orang yang dilewatinya, bahkan tidak segan-segan untuk merubah haluan hanya untuk menyampaikan berita menggemparkan.

Menggemparkan? Tidak ada gempa disini, jadi bagiku, TIDAK! Aku sudah tahu jadi bukan hal yang menggemparkan, tapi mengguncangkan, mengguncangkan jiwa ragaku.

Hahaha. Tidak, itu berlebihan, cukup mengguncang perasaanku saja. Saja?
Oh baiklah, aku bahkan belum mencapai kelas tapi berita itu semakin memanas.

Daniel menerima Yuqi. Begitulah inti dari pembicaraan anak-anak sepanjang teras.

Baiklah, sekarang saatnya mengganti mind set. Dimulai dari menghilangkan kebiasaan memperhatikan diam-diam, yap. Hari ini harus masuk catatan sejarahku.

"NAAAAIIIII!!!!!!" Apa? Liuyu sudah datang? Aa, pasti ini gara-gara langkahku melambat untuk mendengarkan berita itu loncat dari satu mulut ke mulut lain.

Tanpa sempat aku menjawab teriakannya, Liuyu sudah lebih dulu menarikku menjauhi kelas, melewati jalan yang kulewati tadi, belok kanan, merapat ke tembok karena ada guru, menambah kecepatan jalan cepat, dan sampailah di

...kantin.

Ayolah, apa Liuyu akan memoroti ku lagi dengan gelas-gelas jus apel, lagi?

"Jus apel ya, ya, ya, yang kemarin kan belum lunas." Ucap Liuyu sekenanya setelah memesan, ini anak emang sinting.

"Liuyuuuuu... Aku bawa bekal hari ini! Karena uang sakuku untuk seminggu ini sudah habis hanya untuk menraktirmu jus apel kemarin, kenapa kau tidak memilih air putih saja, lebih ekonomis," omelku membenarkan letak tali tasku, ini sangat berat.

"Yeh, pelit banget sih," kulihat Liuyu menyerahkan selembar uang begitu jusnya datang. Siapa yang pelit sekarang, yu?

"NAIIIIIN!!!" Teriak seseorang saat aku dan Liuyu sudah menuju kelas, aish, siapa lagi? Ini tasku sangat berat, someone help me please!!!

"Nai, sini ikut aku dulu." Lenganku sekarang sudah ditarik oleh Santa, anak kelas sebelah. Tumben, aku bahkan tidak dekat dengannya.

"Apa?" Tanyaku langsung sambil member kode kalau tasku sangat berat, menarik ulur tali tas dan membenarkan letaknya dipundakku.

"Oke, langsung saja. Kamu jadi cadangan tanding basket antar sekolah bulan depan ya," ucap Santa penuh kehati-hatian.

"APA?! No! Apa kamu gila? Kamu ingin merusak reputasi basket sekolah kita kalau aku ikut bertanding?" Teriakku terkejut tentu saja, yang benar saja, alasanku mengikuti latihan basket setiap senin rabu karena si wajah manis. Dan setelah hari ini, aku memutuskan untuk berhenti.

"Pemain inti dan cadangan inti sudah dikirim ke provinsi, jadi cadangan lainya menjadi inti di kompetisi ini, trus nggak ada cadangan, lagian kan Cuma cadangan, malah kamu bisa nggak main," jelas Santa.

Tidak, aku tidak bisa, bisa mendrible bola dengan baik saja baru minggu lalu, dan sekarang harus menjadi cadangan.

"Nggak, kenapa tidak pilih yang lain, toh kamu tau sendiri kalau aku baru bisa mendrible bola minggu lalu," bantahku.

"Iya, tapi aku lihat kamu rajin datang, dan sepertinya kemauanmu untuk bisa itu tinggi, kita kan juga masih punya waktu sebulan untuk melatih kamu, ya, ya, mau ya..." Hey, aku benci wajah memelas seperti itu.

Apa dia bilang tadi? Aku rajin datang? Iya itu karena si manis.

Si Manis ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang