5

105 17 0
                                        

Baru selangkah dari pintu, bel masuk sudah berbunyi, aku segera menuju tempatku.

“Kalau aku nggak ikut basket mungkin tinggiku tinggal semeja ini, tiap hari bawaan berat,” celotehku disamping Liuyu yang hanya dibalas dengusan darinya.

“Sst, kau sudah tau kalau Daniel dan Yuqi jadian?” Liuyu menyikut lenganku.

“Apa? Serius?” Yes, aku berhasil berakting, sepertinya aku cocok menjadi aktris.

Tentu saja aku tau, aku kemarin yang menjadi saksi hidup atas pernyataan Yuqi. Apa mereka tau kalau Yuqi yang memulai?

“Yaa, Daniel yang menembak. Apa kau terkejut? Aku sangat terkejut. Seleranya tinggi juga, anak pinter mulus polos dipacarin,” Liuyu berbisik.

Aku sedang memperhatikan Daniel, sejak tadi pagi baru sekarang kesempatannya, ah iya, aku harus mengurangi frekuensinya, dan apa? Daniel yang menembak? Jadi Yuqi yang menyatakan perasaan tapi tetap Daniel yang menembak? Jadi mereka saling menyukai? Ashh..

“Bagus, bukankah mereka serasi,” jawabku tidak peduli, padahal dalam rasanya…

Liuyu hanya berdehem.

*****

“Ayo!”

“Ayo! Ayo Naiiiiin!! Kurang 6 putaran!!!!” Seru Liuyu disampingku.

Anak ini benar-benar sinting, baru hari pertama latihan sudah suruh lari 10 putaran lapangan basket!? Apalagi nanti kalau sudah sehari sebelum pertandingan apa mau disuruh lari 50 putaran?

Oh Tuhan, kakiku rasanya, nafasku rasanya, perutku rasanya, semua rasanya…

Pusing…

Mengabur…

Berat…

“Eh Eh Nai, berhenti dulu, sini minggir.” Badanku rasanya mati rasa, mual, dengan sisa-sisa tenaga aku mengikuti Liuyu minggir.

“Ya, astaga, kamu pucat sekali, siapa yang membimbingmu selama ini? Lari 4 putaran saja sudah lemas,” suara Santa terdengar kawatir atau lebih tepatnya ketakutan, jelas saja setiap sesi lari aku selalu mencuri finish.

Aku hanya tersenyum lemah.

Si Manis ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang