9

116 16 0
                                        

Astaga.

Astaga.

ASTAGA.

ASTAGAAAA.

Aku tidak suka keramaian ini, membuatku gugup, bagaimana kalau yang diucapkan Daniel benar? Aku akan main?

“Semangat Nineee. Ayo semangat! Kau tidak pernah terlihat sepucat itu karena gugup.” Liuyu sedang berada di sebelahku dan aku beri mandat untuk membantuku menghilangkan rasa gugupku.

“Ini karena tidak sesuai dengan kemampuanku, aku sangat takut,” ucapku lemah.

"Daniel pernah bilang kalau sekolah akan memainkan semua cadangan, aku takut,” tambahku lagi semakin bersembunyi di lengan kecil Liuyu.

“Heh, ini baju bukan handuk, gunakan handukmu sendiri.” Liuyu mengguncang lengannya saat aku mengusapkan keringat dinginku ke lengannya. Hehehe.

“Ambilkan untukku, aku merasa lemas,” ucapku masih lemas.

‘Nai! Tangkap!’

‘Nai shoot!’

‘Nai kenapa masih diam disana? Cepat shoot sebelum pelanggaran!’

‘Nai!!!!!!’

“Nai!!! Dengar namamu dipanggil pelatih, saatnya ganti pemain,” pekik Liuyu menyadarkanku dari lamunan.

Astaga aku benar-benar gugup sekarang.

Yuan keluar dan kini saatku menggantikannya. Astaga apa yang akan aku lakukan disini. Berlari-lari berpura-pura merebut bola?
Suasana semakin riuh karena skor imbang dan waktu hampir habis, dari tadi aku baru mendrible satu pantulan dan sudah direbut oleh musuh.

Sial, latihanku sebulan tidak menghasilkan apa-apa. Aku sedikit malu kepada wajah Santa yang berkata ‘tidak apa-apa, masih ada kesempatan’. Astaga.

“Nai!! Tangkap!! Three point!!!” Teriak yujie melemparkan bola ke arahku, tubuhku sedikit terhuyung kebelakang saat menerimanya. Dengan ragu kuangkat kedua tanganku dengan bola diantaranya, siap menembak. Fokus mataku menjauh dan aku mendapati Daniel disana, dibelakang ring, duduk di tribun paling depan.

Waktu terus berjalan.

“Nai!!! Cepat!!!” Teriak Santa.

Kulihat tanganku sudah melempar bolanya.

Semua terasa melambat.

Astaga.

Bagaimana kalau tidak masuk, dan aku baru sadar skor lawan lebih banya dengan selisih 3, dan waktu sudah benar-benar menipis. Aku akan malu kalau itu tidak masuk, ada Daniel di sana

“Duk” Kulihat bolanya sudah menyentuh lapangan, aku terdiam.
Tidak tau pihak mana yang memasukkan bola ke ring sebelum waktu habis.

“Hey, kerja bagus Nai, tidak sia-sia sebulan melatihmu, kau sudah menyumbang 3 poin meskipun sangat membuang waktu kita, untung aku berhasil memasukan 1 bola.” Liuyu menepuk bahuku, aku mengangkat kepalaku dam tersenyum sedikit malu kearahnya, teman-teman lain juga menghampiriku.

Dan aku baru sadar kalau riuh tepuk tangan sangat memekakan telinga.

*******
"Ehem!"

Aku menoleh dan terkejut seketika, "Daniel? Sedang apa disini?"

"Kerja yang bagus Nai. Lain kali gunakan waktu sebaik mungkin, ok." Dasar ini orang wajah manis, aura keren, tapi tidak sopan.

"Hahahaha. Ya. Ya. Aku tidak mau tanding lagi, membuat jantungku bekerja ekstra. Sedang apa disini?" Aku mengulang pertanyaan berharap dijawab.

"Untuk melihat performa pertamamu lah. Hahahahaha, selamat!" Seringai Daniel sambil mengulurkan tangannya.

Haahhhh...
Aku akan menjabat tangannya. Sebentar lagi. Ayo tangan bergeraklah perlahan tapi jangan memalukan. Ayo. Ayoo..

Yess... Menyatu.

Catatan baru dalam buku sejarahku.

Astaga, terima kasih Tuhan. Aku tidak peduli bagaimana dia bisa datang kesini, yang penting dia ada di sini sekarang.

"Daniel ?!" Interupsi seseorang membuat tautan tangan kami terlepas. Terkutuk orang ini.

"Ah Yuqi. Ucapkan selamat ke Nine baru kita pulang." Daniel menarik tangan Yuqi untuk mendekat. Detik berikutnya tangannya sudah terulur kearahku, aku menjabatnya, lalu menarik tubuh Yuqi dan memeluknya. Singkat.

"Selamat Nine." Ucapnya penuh senyum manis.

"Yaaa, terima kasih."sahutku dengan senyuman yang jika kalian lihat adalah senyum kesakitan.

Dan tetapsaja pengagum akan tetap berakhir sebagai pengagum , hanya bisa berharap happy ending dia akhir ceritanya.

Tamat.
.
.
.
.
.
.
.
Tapi boong 😆

Si Manis ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang