6

105 17 0
                                    

"Hey, jangan minum dulu!!!!" Suara cempreng Santa sudah menjadi lagu rutin soreku, aku tidak peduli, berhasil lari 10 putaran benar-benar membuat dehidrasi, daripada dia panik lagi melihatku hampir pingsan, apa dia tidak bosan merasa takut 2 minggu melihatku yang hampir ambruk setiap sore, huh? Aku tidak peduli. Okay Santa.

"Shoot!" Pekik Liuyu yang kesekian karena aku masih saja memegang bola sambil memasang wajah polos dan bingung.

Perasaan dia belum mengajariku yang ini, tapi dia sudah memerintah? Yang benar saja.

Santa setengah berlari menghampiriku dengan wajah kesalnya yang siap mengomel, lihat, aku sampai hafal apa yang akan dia lakukan dengan ekspresi wajahnya.

"Astaga Naii!! Selama ini kamu rajin datang latihan ngapain aja? Ini sangat dasar dan seharusnya kamu sudah mendapatkan materi ini sejak hari pertama, ishhhh." Lihatkan, tebakanku benar.

Haruskah aku jawab jujur yang ini kalau selama latihan aku hanya memperhatikan wajah manisnya, setiap gerakannya memencarkan aura kekerenannya sangat sayang untuk dibiarkan menguap begitu saja.

Dan aku memegang bola hanya saat ada bola yang keluar dari area permainan dan itu berada didekatku, jadi aku akan melemparnya ke lapangan lagi. Tapi disana ada Liuyu di dekatku dan anak-anak yang tidak ikut main, duduk-duduk bangku pinggir lapangan.

Ah iya, soal si wajah manis itu, 2 minggu ini aku sudah semakin berhasil menghindari auranya.

Hahaha.

Lihat aku semakin berhasil. Dan reaksiku saat Liuyu membicarakan si wajah manis semakin alami, meskipun masih ada sedikit unsure acting, setidaknya tidak penuh hasil acting. Tapi, kadang aku juga rindu menatapnya tapi sayangnya pacarnya selalu menghalangiku. Hiks. Tapi, bukankah itu baik? Tapi aku tetap merasa ada yang nyempil tidak baik disana.

Tapi. Tapi. Tapi tetap masih ada kesempatan untukku memperhatikannya, bahkan kesempatan ini kelewat emas karena auranya benar-benar tidak bisa dihindari. Cara bermainnya, merebut bola, mendrible bola, membawanya menuju ring, pra lay up, lay up, dan pasca lay up, setiap langkah kakinya, setiap ayunan tangannya, setiap naik-turun dadanya, setiap pergerakan matanya, setiap kedip matanya.

Aku benar-benar ingin melempar tubuhku kesana, meskipun aku tau badannya keras tapi rasanya pasti beda dengan terjun ke kasur kapuk yang sudah lama tidak dijemur.

Fokus mataku sedikit menjauh, dan aku dapati Yuqi berdiri disana, disebelah tiang depan kelas sambil memperhatikan Daniel, tentu saja. Yuqi. Gadis itu. Hahaha. Pacar Daniel. Tentu saja dia cowok keren memilih gadis kalem, bertelapak tangan halus, kuku rapi bercat soft pink dengan efek glow in the dark atau sesekali glitter silver. Andai saja Yuqi ikut club basket, pasti aku tidak akan sempat memiliki perasaan kagum berlebih kepada si wajah manis karena dia pasti sudah memblokade segala sudut si wajah manis yang bisa dilihat leluasa.

Pasti aku tidak akan menjadi pembohong besar bagi diriku sendiri. Pasti...

Pasti...

"NAIII!!! JANGAN MELAMUN! AKU SEDANG MENGAJARIMU!!!!" Astaga! Aku lupa masih ada Liuyu disini, ah kapan ini berakhir, telingaku sudah panas, tidak tahan ingin pergi ke dokter THT.

2 minggu lagi?

Serius?

"Ah iya, jangan teriak-teriak karena telingaku harus masih berfungsi sampai latihan ini berakhir, karena aku tidak mau bolak-balik ke dokter THT, biaya mahal jeng!" Gerutuku merebut bola basket dari tangannya.

Si Manis ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang